Dian Nafi: 5 Buku dalam Setahun
Daftar Isi
“Menjadi penulis itu seperti dipaksa menjadi gila. Iya! Bayangkan harus menulis sesuatu yang ada di kepalanya, kalau perlu sampai nangis agar emosi keluar dan menjiwai tulisan....”
Itu yang kudengar saat memasuki
Gramedia Pandanaran tempat diadakannya launching novel Matahari Mata Hati karya penulis asal Demak itu. Oh, ternyata
ketinggalan info kalau acaranya diajukan agar bisa selesai sebelum maghrib.
Alhamdulillah, untungnya masih belum tertinggal lama.
Meskipun tak mendengar paparan
langsung
dari beliau tentang proses kreatif dibalik novelnya itu, sejak awal langsung penasaran dan pengen segera baca. Apalagi behind the scene-nya adalah kisah Mba Dian dan orang-orang di sekitarnya.
dari beliau tentang proses kreatif dibalik novelnya itu, sejak awal langsung penasaran dan pengen segera baca. Apalagi behind the scene-nya adalah kisah Mba Dian dan orang-orang di sekitarnya.
Kalau belajar nulis ya sama
pakarnya, iya kan?! Nah, makanya bener banget belajar sama Mba Dian. Orangnya asyik dan apa yang
disampaikan langsung mengena. Sst...! beliau itu lulusan Arsitektur Undip lho..
keren yak! Arsitek jadi penulis
novel. Meskipun sudah banyak juga sih,
orang berlatar belakang eksak tapi menjadi penulis fiksi yang handal. Semuanya
tentang mau dan terus mengasah kemampuan. Semakin banyak menulis, semakin
banyak membaca, semakin lihai merangkai kata.
Ketika ada yang bertanya tentang
bagaimana mengatur waktu dan ide sampai dalam setahun bisa menuntaskan 5 buku
dengan berbagai genre, dengan renyah
Mba Dian menjawab kalau sebenarnya semua ide sudah ada di kepala, langsung
membuat outline lengkap mulai dari
awal sampai akhir cerita berikut konfliknya. Ide-ide yang sudah berbentuk draft itu akan ditulis kemudian dengan
penambahan dan edit hingga minimal lima kali.
Agar konsisten menulis, juga
harus punya waktu khusus dan target misalkan minimal one day one page, lanjutnya. Ide pun bisa bermunculan dari mana
saja, bahkan dari curhatan-curhatan teman dengan dramatisasi dan penajaman
konflik, curhat sepele bisa menjadi cerpen yang layak muat. Tapi yang perlu
diingat juga, kita tidak bisa memaksa suatu ide yang kecil bisa menjadi novel. Kalaub
hanya bisa jadi cerpen, jadikanlah cerpen; kalau bisa jadi cerpan, novel,
jadikanlah. Harus proporsional.
Terakhir, beliau menyampaikan
jika baginya, menulis novel bisa menjadi jalan untuk menghilangkan trauma,
jalan tasawuf dan pendidikan. MasyaAllah... membuat saya iri dengan banyak
karyanya.
'Tak cukup mimpi, butuh jua energi
dan sinergi tuk bersinar seperti mentari’ itu tagline di sampul depan novel
Matahari Mata Hati. Penasaran?! Saya juga. Yuk ah. Mau lanjut baca novelnya.
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam
Eh iya, sayang kemarin nggak bertemu dalam forum yg sama ya, hehehee