Kenangan Mbolang ke Guci, Tegal
Daftar Isi
Kelas tiga SMA, kami berencana
pergi ke Tegal dan Pekalongan. Kebetulan tiga orang sahabat akrabku berasal
dari sana. Aku pun harus memutar otak
supaya bisa kesampaian ke sana karena saat cerita tentang rencana itu ke Ibu,
beliau cuma bilang: “Ya nggak apa-apa kalau mau pergi-pergi, tapi Ibu nggak bisa
ngasih uang saku banyak-banyak”. Glekh!
Musti gimana dong?! Biayanya kan nggak murah tuh perjalanan dari Wonosobo-
Tegal-Pekalongan dan balik lagi Wonosobo.
Kubuat celengan khusus dengan
tulisan NABUNG BUAT PERGI KE GUCI. Jangan kira isinya lembaran biru bergambar
presiden Soeharto (eh, sekarang udah nggak ada ya uang itu) dan merah, isi
celengan itu mulai dari cepek-an
sampai paling gede cebanan. Lumayan lah, hampir satu semester terkumpul
sekitar Rp. 70.000 ditambah uang saku dari si emak totalnya masih dibawah
seratus ribu. Cukup nggak ya?!
Saking kompaknya kami pun
menggelar ‘rapat’ biar bisa pergi dengan modal sedikit tapi dapat nyaman.
Diputuskan berangkat masih dengan pakaian seragam. Yup! Anda benar! Karena dengan pakai seragam, hanya bayar ongkos
naik bis setengah harga. Jadilah kami berangkat dari Wonosobo menuju Purwokerto
dan berganti lagi bis jurusan Tegal. Rasanya ini perjalanan terlama dan
terberat buatku. Merasakan panas dan sumpek nya bis yang isinya tumplek-blek, kernet yang teriak-teriak
dan marah-marah sama kami yang pakai seragam sekolah, penjual asongan,
pengamen. Huah! Pengap lah. Kami pun pura-pura
nggak dengar bin pura-pura tidur cuek saat si kernet galak ngusir kami dari
tempat duduk, katanya yang pakai seragam sekolah berdiri aja.. hehe.
Kurang lebih 4 jam perjalanan,
kami turun di Yomani trus naik bis jurusan Bumijawa, turun di pertigaan Tuwel.
Dari sana berjalan kaki sebentar untuk sampai di rumah sahabat kami. Malamnya,
dihabiskan dengan rencana-rencana seputar pergi ke Guci esok hari.
Ba’da subuh kami bersiap. Dengan
pakaian seadanya karena niat mau mandi di air hangat, kami pun semangat
berjalan kaki. Di tengah jalan ada mobil bak terbuka yang berhenti. Wah, ada
tumpangan nih...lumayan, pikir kami yang memang sedang berhemat. Dan asyik naik
di belakang sambil ber-hahahihi foto-foto
masih pakai tustel pinjaman dengan roll film lho....
Tahu-tahu pas kami turun diminta
bayar. Rupanya di sana angkutan umumnya ya mobil bak terbuka itu. Lumayan
lah... naik mobil ini kami nggak diminta bayar tiket sama petugas loket.
Mungkin dikira warga Desa. Kolam air hangat di Guci pun belum ada penjaganya.
Lagi-lagi free!! Oooh.. senangnya tak
terkira, meski harus nyebur di kolam air hangat bareng sama embah-embah berkain
jarik.
Taman Wisata Guci, Tegal. foto ambil di sini |
Puas mandi-mandi kami keliling
naik kuda, jalan ke air terjun, lalu menjelajah bukit menuju barisan hutan
pinus. Waaaa!!! Puasanyaaa!! Rasanya nggak pengen pulang aja ngeliat ginian,
padahal di Wonosobo juga sering sih lihat yang ijo-ijo.
Pulang dari Guci, kami sengaja
mampir ke sebuah rumah kaca milik petani bunga. Isinya barisan gerbera dan
krisan cantik warna warni yang biasanya cuma dilihat di gambar. Kesini tentu menikmati
dan tak lupa ambil foto, sayang fotonya sudah rusak semua.
Besoknya lagi, melanjutkan mbolang ke pekalongan. Lucunya, dalam
perjalanan naik bis yang cukup rempong karena nggak dapat tempat duduk plus
dikibulin sama kernet yang katanya lanjut sampe Pekalongan ternyata hanya sampai
Pemalang. Alhasil kami harus naik bis lain lagi dan bayar lebih untuk sampai
terminal Pekalongan. Kami duduk terpisah karena waktu naik bis tidak ada tempat
kosong. Aku di depan dekat sopir dan dua temanku di belakang. Asyik aja
diajakin ngobrol sama si bapak sopir, sampai tahu-tahu pas turun terminal
celingak-celinguk ko dua temenku nggak ada sih?! Waduuuh.... gimana doong!!!
Dan paniklah aku.
Waktu itu, yang namanya
terminal adalah sarangnya preman dan orang jahat. Duuh.... dengan hati dagdigdug nggak kenal medan, aku mencoba
santai masuk terminal sambil berfikir gimana caranya ngubungin temenku itu.
Maklum, waktu itu baru segelintir orang yang punya HP.
Aku duduk sejanak di depan
terminal dan mencoba santai meski berkali-kali ditanyain orang dan calo bis.
Mencoba tetap tenang, ambil nafas dalam-dalam, padahal rasanya pengen nangis
bombay dan teriak sekencangnya: “Aku tersesaaat!!”
Fyuh... sekitar 30 menit terasa 30 hari di sana, aku memutuskan
mencari wartel untuk menghubungi temanku barangkali sudah sampai rumah. tetiba
di sebuah gang kecil terminal muncul dua orang temanku dan berteriak: “Waaaa...!!
akhirnya ketemu..!! nggak jadi hilang..!!” ups. Rupanya tadinya aku jadi DPO
alias daftar pencarian orang. Hihi. Nggak peduli diliatin sama petugas
retribusi terminal, pengamen, ibu-ibu penjual minuman bahkan kucing yang nongkrong
di sana, kami berpelukan ala teletubbies. Alhamdulillah... akhirnya bisa pulang
dan istirahat di rumah teman, nggak jadi ngegembel
di terminal.
Ehm! Capek nih ngoceh cerita lama
yang sudah lebih dari 10 tahun ini. Intinya sih piknik itu memang penting...! Seberapa penting?! Yuk kita cek
bareng-bareng.
Pertama, Piknik adalah sarana refreshing. Ini alasan paling sering disebut
orang, piknik ya mau refreshing. Jalan-jalan ke taman kota, sekadar cari angin
sore, atau menikmati weekend di luar
aktivitas dan tempat yang biasa dilihat akan menyegarkan fikiran, badan dan
hati.
Kedua, Sarana belajar dan berempati. Saat bepergian, apalagi jauh
dengan kendaraan umum, kita bisa mengambil banyak pelajaran dari setiap orang
yang kita temui. Contohnya, dalam perjalanan saya ke Tegal waktu itu, bertemu
dengan seorang bapak yang awalnya membuatku kesal karena si Bapak cerita
terus padahal saya pengen tidur. Tapi lama kelamaan salut dengan beliau
karena beliau bercerita bahwa dengan rajin berinteraksi bersama Al-qur’an
bersama istrinya terutama waktu hamil, beliau punya dua anak jenius. Cerita itu
masih kuingat sampai sekarang.
Ketiga, Jadi lebih bersyukur. Setelah bertemu banyak orang entah
dijalan atau di tempat tujuan, menemukan sesuatu yang berkesan, akan
membuat kita makin mensyukuri hidup yang diberikan Allah. Contohnya, saat
travelling ke ibukota, jadi merasa
bersyukur hidup di Semarang yang macetnya masih level biasa.
Keempat, Mendekatkan keluarga. Yup!
Ini sih pasti, bahkan sekedar makan di luar berdua atau bersama keluarga pun
akan lebih menghangatkan keluarga. Sekarang banyak kan, perusahaan atau
organisasi yang rutin ngadain family
gathering minimal setahun sekali. Tujuannya, ya biar lebih akrab, hangat,
dan harmonis
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam