Save Hutan Indonesia
Daftar Isi
Asap: bencana tahunan ini selalu
melanda Indonesia khusunya wilayah dengan hutan terluas seperti di Pulau
Kalimantan dan Sumatera. Penyebabnya? Bisa proses alami karena gesekan dedaunan
dan kayu-kayu kering dalam masa kemarau panjang, bisa juga karena human error
dalam pembukaan lahan baru.
Namun, nyatanya setiap tahun kejadian
asap selalu berulang. Ya, memang hanya sebentar dibandingkan dengan lamanya
menikmati bersih sejuknya udara karena supply
oksigen dari hutan, tapi meski hanya sebentar selalu memakan korban tak
sedikit.korban langsung yang terkena ISPA, korban kecelakaan kendaraan karena
jarang pandang menyempit, korban dalam sisi
ekonomi, dan menjadi masalah grobal karena penerbangan ter-delay, distribusi barang dan jasa terkendala, akhirnya bermuara
kembali pada permasalahan negara yang tak kunjung selesai.
Dan tahun 2015 ini menjadi daurat sipil asap terpanjang dlam sejarah. Terlebih ditengah peliknya permasalahan yang tengah melanda Indonesia baik dari sektor ekonomi maupun politik. Hal ini tentu menelan korban yang tak sedikit mulai dari balita yang meninggal karena ISPA, anak-anak sekolah yang terpaksa tidak bisa mendapatkan pelajaran hingga para pekerja yang terancam tidak bisa mendapatkan penghasilan karena berbagai kendala setiap harinya. Dampak paling kecil mungkin jarak pandang yang menyempit, tapi ini juga berimbas pada banyak hal lain.
Apa pemerintah tidak punya tindakan
preventif
untuk masalah yang setiap tahun pasti ada ini? Hampir serupa dengan banjir yang terjadi di Jakarta dan kekeringan yang melanda banyak wilayah di Indonesia saat musim kemarau. Entahlah, masayarakat kelas bawah hanya bisa melihat dan memberikan aspirasi meskipun belum tentu didengar oleh mereka. Kabarnya untuk penanggulangan asap pemerintah telah mengucurkan dana milyaran rupiah. Apa dengan ini semua permasalahan selesai? Tidak! Atau belum, lebih tepatnya. Karena keterbatasan manusia tidak bisa mematikan selutuh titik api yang ada di sana.
untuk masalah yang setiap tahun pasti ada ini? Hampir serupa dengan banjir yang terjadi di Jakarta dan kekeringan yang melanda banyak wilayah di Indonesia saat musim kemarau. Entahlah, masayarakat kelas bawah hanya bisa melihat dan memberikan aspirasi meskipun belum tentu didengar oleh mereka. Kabarnya untuk penanggulangan asap pemerintah telah mengucurkan dana milyaran rupiah. Apa dengan ini semua permasalahan selesai? Tidak! Atau belum, lebih tepatnya. Karena keterbatasan manusia tidak bisa mematikan selutuh titik api yang ada di sana.
Darurat asap ini semacam fenomena bola
salju, dilakukan oleh segelintir orang yang tidak bertanggung jawab dan hanya
mementingkan kantong sendiri tapi harus mengorbankan hutan yang luas dan yang
seharusnya menjadi kekayaan seluruh rakyat Indonesia, bukan menjadi properti
individu/perusahaan.Tak mengapalah jika yang memanfaatkan adalah individu
dengan bijak dan secukupnya, tidak mengeksploitasi besar-besaran yang berakibat
Indonesia kehilangan ratusan hektar hutan setiap tahunnya. Kondisi ini seperti
yang ada dalam film animasi yang baru saya lihat dua pekan yang lalu, tentang
seorang pendatang yang menebang kayu di hutan, awalnya hanya sedikit dan selalu
merasa sedikit hingga semua pohon habis ditebang.
Dalam suatu tayangan televisi, saya
melihat suku terdalam di Papua sangat bijak menjaga hutan. Ketika mereka
membutuhkan kayu, maka mereka pergi ke ‘kebun’ dengan membawa meteran panjang
dan mengukur lingkar batang pohon itu, jika besarnya kurang dari kesepakatan
besar pohon yang boleh ditebang, mereka akan mencari yang lain. Ya, mereka
dengan ‘sopan’ menerapkan tebang pilih agar hutannya tetap lestari, mereka yang
notabene bukan orang berpendidikan. Lalu?! Manusia-manusia yang menebang pohon
dengan semena itu, atau yang mencuri dengan illegal loggingnya, apakah mereka
juga orang-orang tak berpendidikan yang punya perusahaan besar?!
Rasanya hanya bisa berdo’a agar mereka
mendapat balasan yang setimpal dari Allah, termasuk para korban agar mendapat
balasan kebaikan yang berlipat dariNya.
Kami (saya) hanya bisa berdoa dan
memberikan sedikit bantuan lain untuk mereka agar hujan penuh berkah segera
turun, agar malasah asap ini selesai, agar ada tindakan preventif nyata dari
pemerintah sekaligus masayarakatnya supaya tahun depan dan seterusnya tidak ada
lagi masalah asap yang mengancam hubungan bilateral Indonesia dengan negara
tetangga.
Foto kondisi asap yang makin parah dan pedih di mata. Palangkaraya 16/10/15 |
Foto kiriman teman di palangkaraya, sehari setelah kunjungan Bu Menkes |
Lalu, bagi masyarakat yang tidak tinggal
di daerah itu, apa yang bisa kita lakukan?
Pertama, mendo’akan mereka.
Kedua, ikut mendorong pemerintah agar
segera menyelesaikan permasalahan ini.
Ketiga, Reduce-Reuse-Recycle. Ini tindakan
nyata yang bisa dilakukan oleh semua orang. Seperti mengurangi pemakaian barang
yang menambah sampah (ex: barang sekali pakai), mengurangi penggunaan plastik, menggunakan
kembali barang yang sudah terpakai, usahakan menggunakan wadah foodgrade, mengurangi pemakaian kertas
dan barang-barang yang bahan bakunya dari kayu, dll.
Keempat, hemat air. Hemat air mulai dari hal
kecil seperti cuci tangan, wudlu, mandi, mencuci, dll agar persediaan air dalam
tanah tetap terjaga, tidak habis karena penggunaan yang tidak bijak generasi
sekarang.
Yuk, sama-sama menjaga hutan, seperti
kata Aa Gym: mulai dari diri sendiri,
mulai dari yang kecil, dan mulai dari sekarang.
#SaveHutanIndonesia
#BlogwalkingBloggerMuslimah.com
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam
aamiin
salam
motorsatria
Tulisannya menarik, Mbak. Di akhirnya ada solusi :)
Sukses :)