Selamat Jalan, May
Daftar Isi
Sabtu, 10
Oktober 2015 menjelang ashar tiba-tiba mendengar kabar tentang kepergian
seorang aktivis kampus Undip, Maya Rizki Analia.
Tahun 2009 itu,
aku mengenalnya lewat data mahasiswa baru hasil oprek KMMS (Keluarga Mahasiswa
Muslim Sastra), berasa mendapat angin segar karena ada banyak nama. Salah satu
nama yang membuatku girang adalah Maya Rizki Analia, yang kata selentingan
teman-teman tembalang anaknya santun banget. Alhamdulillah... semoga ia kelak
menjadi penerus perjuangan di Rohis, doaku.
Saat bertemu
dengannya yang masih malu-malu sempat kutanyakan perihal kebenaran namanya
Analia bukan Amalia karena telingaku ternyata lebih familiar dengan nama kedua.
Dia membenarkan sambil tertawa.
Tahun 2012,
adikku mendapat beasiswa masuk Undip akhirnya aku pun harus mengantarnya ke
Semarang, sembari mengenang masa-masa mahasiswa dulu. kalau tidak salah registrasi
waktu itu tepat di bulan Ramadhan. Kami menginap di wisma sepupu, tapi malamnya
kedatangan beberapa ‘tamu’ yang akan menyelesaikan membuat ‘amunisi’ alias
souvenir untuk diberikan kepada Mahasiwa baru yang mampir ke stand UKM Rohis. Karena sedang nganggur,
aku pun mencoba menemani Maya yang tengah berjibaku dengan kain perca. Ya,
waktu itu sedang nge-trend kanzhashi jadilah kami membuat kerasi
bros dari perca itu. Tentu saja sambil ngobrol ngalor-ngidul dan menanyakan
kabar teman-teman rohis. Waktu itu sempat kugoda ia ‘calon ibu muslimah Undip’
yang lagi-lagi hanya dijawabnya dengan senyuman.
Setelah itu
menjadi lebih sering berkomunikasi karena di kos (wisma islam), dialah yang
membina adikku, dan aku pun sering bertanya perihal kondisi di wisma saat itu.
Tahun 2013, tiba-tiba
Maya menghubungi, menanyakan agenda kemuslimahan periodeku waktu itu. Hm..
rasanya merasa sangat bersalah karena aku sudah banyak lupa. Kujanjikan akan
meminjamkan buku ‘Panduan Pengembangan Potensi Muslimah’ yang diterbitkan oleh
Jarmusnas namun karena keterbatasan sampai cukup lama kami baru bisa
mengantarkannya, dan ternyata dia sudah mendapatkannya lewat jarmusda Semarang.
Komunikasi
setelahnya hanya sebatas tanya kabar lewat SMS/WA dan info-info kegiatan rohis
dan sesekali bertemu dalam kegiatan besar se-Kota Semarang. tahu-tahu dapat
kabar dia pulang ke Bogor tapi skripsi masih pending, terhenti sejenak untuk
pengobatan. Ah, hanya bisa mendoakannya waktu itu, termasuk saat beberapa hari
terakhir mendengar kabar kondisinya makin kritis.
Allah lebih
sayang padamu, Dek. Engkau berpulang dalam kondisi terbaik setelah
mepersembahkan toga sarjana untuk kedua orang tuamu. Semoga tiap tetes keringan
dan langkah yang kau tempuh dalam menuntut ilmu, serta langkah ringanmu
mengajak kepada kebaikan menjadi jalan engkau sampai ke surgaNya. Aamiin...
"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang
gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan
mendapat rezki. mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang
diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang
yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."
(QS. Ali Imran: 169-170)
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam