Profesi Utama Dunia Akhirat
Daftar Isi
Hari ahad, 22
November kemarin adalah hari yang super sibuk *gaya* yup! Hari itu ada agenda sarasehan guru TPQ se Kecamatan Pedurungan,
Gayamsari dan Genuk. Dua minggu sebelumnya, panitia baru rapat dan menentukan
tema acara, undangan, pembicara dan tetek
bengek lainnya.
Konsep acara
yang digagas adalah silaturrahim guru TPQ di wilayah tiga kecamatan, sekaligus
memberikan penghargaan terhadap mereka. Selama ini tahu dong ya, namanya guru TPQ itu sangat lebih tidak diperhatikan
dibanding guru honorer. Iya, kalo guru honorer ada kemungkinan bisa naik jadi
PNS, lha kalo guru TPQ jalurnya kemana?! *nangis*
Jadi inget
masa-masa dulu bantu ngajar TPQ, pengelolanya hanya satu orang dan beliau masih
bertahan sampai sekarang meskipun hanya mendapat sedikit perhatian dari takmir
masjid. Pernah sih, sesekali mendapat THR dari pemkot, tapi jumlahnya tak
setimpal dengan tenaga dan pikiran yang sudah mereka keluarkan.
Ya, ngajar
ngaji kan urusan akhirat, harusnya nggak usah mikirin dapat ‘sesuatu’ dong..! ups. Ada yang punya pikiran gitu?! Hm...
memang jadi guru TPQ itu urusan akhirat, kalo nggak mana mungkin mereka betah
tiap hari kudu ngeladenin puluhan kepala dengan beda sifat dan karakter, ratusan
keinginan anak didiknya dan segala tingkah polah mereka, juga harus sabar
ngajarin semua huruf hijaiyyah sampai benar. Kadang gurunya sabar, eh muridnya
nggak sabar gara nggak naik-naik bacaannya padahal emang belum bener trus
ortunya ikutan sensi trus brenti deh ngajinya. Nahloh! Padahal mah ngaji itu
emang kudu sabaaar selebar lapangan nggak berpagar.
Dan yang lebih
penting, mau ngajar ngaji atau ibadah lain pun butuh materi. Busana muslimnya,
pulang/pergi ke tempat ngajarnya, buku panduannya, sarana prasarana, dan yang
paling penting ilmunya. Jangan dikira bisa ngajar ngaji itu gampang nyari
ilmunya ya... *kalo para guru TPQ pasti tahu perjuangannya, hehe* so, semuanya
harus saling mendukung dan seimbang.
Untuk itulah
panitia juga ngundang Ustadz Zuber Safawi. Iya, calon wakil walikota Semarang tahun 2015 itu, karena beliau punya program untuk menyejahterakan guru TPQ.
panitia juga ngundang Ustadz Zuber Safawi. Iya, calon wakil walikota Semarang tahun 2015 itu, karena beliau punya program untuk menyejahterakan guru TPQ.
Ustadz Zuber Safawi. dok.panitia |
Kembali ke
panitia dulu ya... rencananya sih panitia pengen ngasih ‘sesuatu’ untuk mereka
yang hadir. Disepakati jilbab san sarung, tapi dengan target peserta 500 orang,
jika semua hadir maka budget-nya
kurang lebih Rp.12.500.000 dengan asumsi harga jilbab kurang lebih Rp.25.000/pc
dan sarung Rp.50.000/pc. Biasanya yang hadir kan lebih banyak kaum ibu J
Jadi bendahara
bingung lah, darimana bisa dapat uang sebanyak itu dalam waktu dua minggu?! Padahal
banyak agenda yang masih butuh dana juga. Bismillah....
semua panitia pun optimis dan berdo’a memohon jalan kemudahan dari Allah. Proposal
dan ‘gerakan peduli jilbab’ pun disebar. Tak sampai dua hari, dalam grup
Whatsapp panitia selalu dilaporkan perkembangan dana dari para donatur. MaasyaaAllah...
kami banyak bertakbir. Betapa Allah
menggerakkan hati mereka yang dermawan untuk menyumbangkan dana dan apa yang
mereka punya. Mulai dari donatur cetak undangan, jilbab, sprei, makan siang, hingga
uang jutaan rupiah per orang pun kami terima. Ya, mungkin inilah berkah buat
para guru TPQ. Semua tak lepas juga dari perjuangan semua panitia terutama Ibu
ketupat yang lobi sana-sini nya jos gandos.
Dan segala
keriuhan mulai dari cetak undangan, editing,
nyebar, sampai segala persiapannya tumpah ruah di hari Ahad itu. Bertempat di Halaman Toko Paving Adhi Jaya Jl. Woltermonginsidi, 300 guru TPQ
hadir dalam suasana takdzim dan gembira.
diantara 300 peserta yang hadir. dok.panitia |
300 dari target
500 sudah membuat kami tersenyum senang meskipun masih dipusingkan dengan
urusan setelahnya. Jam 6 pagi, sebagian panitia sudah standby dengan nuansa putih-hijau yang menyejukkan. Pas banget sama
konsep tempat acaranya. Outdoor, ada
banyak pohon, udara panas tapi cukup ada semilir angin, backdrop pun dengan warna senada. Hadir pula Tiga badko TPQ dari
tiga kecamatan.
Acaranya
seperti biasa dong... pembukaan trus pembacaan ayat suci Al-qur’an. Oia, qari’
yang sedianya mau tasmi’ qur’an ternyata kecelakaan dan berhalangan. Qadarullah akhirnya digantikan oleh
ananda Dani, yang masih imut-imut tapi qira’ah Qur’annya jempolan. Habis itu
ada sambutan dari SC mewakili semua panitia oleh Ustadzah Khodijah, dan sambutan dari ketua Badko Pedurungan yang
memberikan apresiasi atas terselenggaranya acara itu.
Setelah itu
acara sarasehan bersama Ustadz Zuber
Safawi yang didampingi Bapak Imam Mardjuki,
seorang anggota dewan Kota Semarang. acaranya gayeng banget, ustadz karismatik
itu menyampaikan program beliau terkait kesejahteraan
guru TPQ sekaligus strateginya. Beliau juga memohon do’a restu kepada para
hadirin dalam pemilihan Walikota dan
Wakil Walikota Semarang tanggal 9 Desember nanti. Semoga dimudahkan,
Ustadz.. aamiin.. kami rindu pemimpin yang menjadi teladan.
Ustadz Zuber dan Badko. dok.panitia |
Dan acara
intinya adalah taujih oleh Ustadzah
Aisyah Dachlan. Familiar dengan nama beliau?! Yup! Beliau adalah putri dari ulama besar KH. Dachlan Salim Zarkasyi, penemu metode baca tulis Al-Qur’an Qiroati. Beliau bercerita bahwa semua
anak KH. Dachlan yang berjumlah 13, profesi utamanya adalah ngajar ngaji dengan
profesi sambilannya sebagai dosen, pengusaha, guru SD, dll. Denger itu,
langsung merinding deh. Betapa apa yang dulu telah diperjuangkan oleh
ayahandanya kini dilanjutkan oleh semua anaknya.
Hj. Aisyah
Dahlan mewakili panitia memberikan penghargaan terhadap guru TPQ yang
pengabdiannya paling lama. Ada seorang bapak yang mulai ngajar TPQ dari tahun
1983 dan sampai sekrang masih bertahan. Salut dengan perjuangan beliau. Lalu penghargaan
untuk TPQ dengan murid terbanyak, tercatat ada 250 murid TPQ. Jumlah yang
fantastis untuk TPQ di kampung, kan?!
Sambil ngisi
taujih, banyak doorprize bertaburan
juga..!! selamat ya, Bapak/Ibu guru TPQ. We love
you full! Hihi.
Pemberian penghargaan. dok.panitia |
Lanjut ke
ustadzah Aisyah, beliau melanjutkan lagi bahwa dalam sebuah hadits dikatakan sebaik-baik manusia adalah yang mempelajari
dan mengajarkan Al-Qur’an. Bukankah ini tertuju untuk para guru ngaji?! Tapi
memang terkadang banyak ketimpangan di masyarakat. Inginnya semua pendidikan
yang terbaik untuk anak-anaknya sampai dileskan sana sini, tapi untuk urusan
membaca Al-qur’an malah disepelekan. Padahal, tugas orangtua yang utama salah
satunya adalah mengajarkan Alqur’an kepada anak-anaknya.
Pembawaan Bu
Aisyah yang tegas tapi tetap humoris membuat peserta tersihir untuk fokus
mendengarkan ceramah beliau. Sayangnya, sound
system kurang memadai jadi yang
bagian belakang kurang jelas dengan suara beliau. Terakhir, sebelum pulang bisa
menukarkan kupon Serbu (Serba Seribu) dengan jilbab/sarung. Barakallah, Bapak/Ibu semoga berkah dan
bermanfaat. Selamat melanjutkan kembali perjuangan menjadi guru ngaji.
Serius mendengarkan ceramah. dok.panitia |
Menyerbu stand SERBU. dok.panitia |
Hfft.. habis acara langsung merasa makjleb ingat waktu ‘dipaksa’ bapak
untuk ngaji waktu masih kecil. Dulu sering misuh-misuh jam main kurang karena
harus ngaji, tapi baru kerasa banget sekarang. Terimakasih, Bapak.. love you Pak..!! Ngaji tahsin
alhamdulillah udah, tapi ngaji qiro’atinya udah lama banget vakum sampai gharib dan empat tahun lebih belum
lanjut lagi. Hiks! Malu...
*tutupmuka*
Yuuuk...
belajar ngaji bareng J
Posting Komentar
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam