3 Tokoh Fiksi Inspiratif Versi Saya
Daftar Isi
Pernah punya pengalaman terasa terhipnotis setelah membaca novel atau
cerita fiksi lainnya? seolah-olah kita adalah tokoh utama dalam kisah tersebut.
Ya, saya pun hampir setiap kali membaca novel atau cerpen merasakan hal yang
sama.
Namun sayang, saya bukanlah pengingat detail segala sesuatu kecuali yang
sangat berkesan. Dan jika ditanya tentang tokoh fiktif yang sangat
menginspirasi saya, saya teringat tiga nama: Sukirman, Slamet dan Laisa. Siapakah
mereka? Tentu saja mereka tokoh utama dalam novel yang saya baca. Oke, hampir
setiap membaca novel selalu ada inspirasi seberapapun besarnya, tapi entah
kenapa tiga tokoh itulah yang muncul di kepala tanpa berfikir panjang.
Sukirman dan Kisah Di Balik Rumpun
Bambu
Di Balik Rumpun Bambu, judul buku cerita anak SD yang masih kuingat
sampai sekarang. Well, mungkin saya salah mengingat nama tokohnya, entah
Sukirman atau Suparman dan Su lainnya. kita sebut saja Sukirman, semoga jika
penulisnya membaca tulisan ini bisa dikoreksi, hehe.
Buku itu kutemukan di (sebutlah) perpustakaan sekolahku, di Madrasah
Ibtidaiyah dengan status terdaftar dan sehari-hari jarang sekali siswanya yang
mengenakan sepatu. Karena tidak punya, dan sebagian karena lebih nyaman
bertelanjang kaki. Perpustakaan itu hanya berupa rak buku yang menempel di salah
satu dinding ruang guru yang kecil. Tak ada prosedur peminjaman buku yang
jelas. Jika ingin meminjam buku, tinggal datang saja ke sana dan pamit kepada
bapak/ibu guru yang ada di kantor. Jadi jangan tanya jika lama-kelamaan koleksi
bukunya habis karena (mungkin) ada yang lupa mengembalikan.
Ilustrasi, credit pixabay |
Sukirman, seorang anak SD yang tinggal dengan ibunya. Ayahnya telah
meninggaal dan hanya mewariskan sepetak tanah dan rumah reot yang ditinggali
bersama ibunya. Dia tumbuh menjadi remaja yang tangguh dan tidak banyak maunya.
Bahkan cerita itu dimulai dengan pagi harinya yang harus berkutat dengan sumur
timba untuk mengisi ember-ember dan bak mandi, lantas saat ia sudah menyiramkan
air ke tubuhnya dan hanya menemukan sisa-sisa sabun mandi, ia hanya diam dan
melanjutkan mandi sambil membatin ‘pasti ibu belum punya uang untuk membeli
sabun mandi’.
Sebelum berjalan kaki ke sekolah, ia sarapan dengan singkong rebus hasil
menanam di sepetak tanah di samping rumah. Setelah pulang sekolah ia akan membantu ibunya
membuat besek yang akan dikumpulkan ke pengepul. Begitulah aktivitasnya
sehari-hari.
Singkat cerita, dengan kegigihannya ia bisa membuat berbagai macam
kerajinan dari bambu dengan kreasi yang lebih modern dan cantik sehingga bisa
dijadikan ornamen penghias ruangan. Cerita happy ending dengan dia berhasil mengembangkan
bisnis kerajinan anyaman bambunya dan merekrut banyak orang untuk bekerja di
tempatnya.
Slamet dan Petualangan Hidupnya
Sama dengan kisah Sukirman, buku ini kutemukan di perpustakaan sekolahku.
Saya tak ingat judulnya, tapi masih lekat dalam ingatan jalan ceritanya.
Slamet, seorang yatim piatu yang terpaksa harus mengundi nasib ke kota,
sendirian. Awalnya ia mencari kerabatnya tapi tak ia temukan hingga ia
terkatung-katung di alun-alun Kota Semarang, hidup bersama seorang gelandangan
di pasar Jaik (Johar).
Suatu hari ia memutuskan untuk pergi ke ibu kota, karena malu selama di
Semarang hanya menumpang temannya itu, dan sesekali berkerja pada penjual
wedang ronde. Ia menumpang truk kenalan temannya yang juga mengurus segala
sesuatu agar ia bisa sampai ke Jakarta.
Di Jakarta, setelah berhari-hari terkatung-katung tak jelas dan menjadi
pencari putung rokok, ia mencoba peruntungan dengan menjadi penjual bakso keliling.
Malang, suatu hari ia dicegat preman yang merampas semua uang dan dagangan
miliknya. Praktis ia dipecat dan akhirnya mencoba membuat bakso sendiri,
berjualan bakso milik sendiri.
Sempat menuai untung besar, tapi akhirnya rugi karena banyak pesaing
bermunculan, ia memutuskan pergi ke Irian Jaya. Meski keadaan awal tak sesuai
yang diharapkan, di sana ia pun berjualan bakso dan menjadi juragan bakso
terbesar.
Ilustrasi, credit pixabay |
Cerita diakhiri dengan kepulangan Slamet ke kampungnya setelah sukses di
pulau ujung timur itu, dan kunjungan singkatnya ke Semarang namun ia tak
menemukan sahabat yang telah banyak membantunya di masa lalu.
Laisa si Bidadari Surga
Temans, kamu suka membaca novel tulisan Tere Liye? Toss dulu ya! Sejak membaca Hafalan Shalat Delisa beberapa tahun
silam, saya seperti kecanduan untuk membaca tulisan-tulisannya. Meskipun kadang
menemukan beberapa hal yang tidak sreg
di hati dan kesamaan alur cerita di beberapa novel, tapi saat membaca rasanya
tidak bisa beranjak dari setiap kalimatnya.
Bidadari-bidadari Surga, itu novel kesekian Tere Liye yang kupinjam dari
perpusda Wonosobo. Sebelumnya saya juga senang meminjam buku dari perpustakaan
guru ngaji yang juga memiliki beberapa karyanya, seperti tetratogi Pukat, Burlian,
Amelia dan Eliana.
Sumpah waktu membaca buku itu (bahkan sampai dua kali baca) saya bercucuran
air mata. Membayangkan betapa kerasnya perjuangan hidup Laisa, dan betapa
tangguhnya ia membersamai keempat adiknya, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, dan
Yashinta sehingga semuanya meraih kesuksesan sesuai mimpi masing-masing.
Tak perlu cerita lebih panjang tentang Laisa ya, karena pasti sudah hafal
dengan ceritanya apalagi telah difilmkan juga.
Bagi saya, ketiganya memberikan semangat yang sama bahwa dalam keterbatasan, tidak menghalangi
siapapun untuk bisa meraih impian. Memang dibutuhkan tekad baja dan
semangat tinggi karena harus melalui jalan terjal dan jatuh bangun tak
terhitung jumlahnya. Juga bahwa kita harus mengingat budi baik orang-orang yang
berperan membawa kota sampai pada titik ini.
Ketiga kisah dan tokoh itu berlatar belakang sama: kehidupan yang serba
sulit dan kekurangan, tapi akhirnya mereka bisa mendobraknya dan melaju di
tangga teratas. Bukan dengan lobi sana-sini atau membayarnya dengan harta yang
dimiliki, tetapi memeras otak dan keringat untuk bertahan hidup dan menggapai
mimpi, juga memberi manfaat untuk setiap orang.
Usaha, do’a, sabar dan syukur bukankah itu bekal yang harus selalu ada
dalam setiap tapak kaki kita?
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam