Dari Tempe Kemul Sampai Grubi, Makanan Masa Kecil yang Ngangenin dan Penuh Kenangan
Daftar Isi
Dari Tempe Kemul Sampai Grubi, Makanan Masa Kecil yang Ngangenin dan
Penuh Kenangan _ Happy weekend, All!
Baru saja ada sahabat semasa tinggal di kos saat kuliah dulu bertandang
ke rumah, apalagi agendanya kalau bukan nostalgia, temu kangen dan ngerumpi?!
Ngobrol ngalor-ngidul bikin hepi juga, meskipun sambil sesekali menguap karena
ngantuk sesiang tadi banyak agenda.
Nostalgia. Satu kata itu menuntunku untuk mengingat masa kecil, masa-masa
sebelum saya mengenal bangku sekolah. Kala itu mungkin usiaku masih 4-5 tahun.
Keluarga besar tengah mengadakan hajatan, kalau tidak salah kakak sepupu
saya dikhitan. Tiba-tiba saya seperti bumil ngidam yang ingin makan kue pasung.
Kue pasung adalah sebutan kami untuk menyebut apem yang dimasak dengan balutan daun
pisang berbentuk kerucut. Jadi, daun pisangnya dibentuk, diisi adonan lalu kue
apem dikukus hingga matang.
Masa itu, apem termasuk makanan langka, yang hanya dibuat saat hajatan
saja. Maka saya pun merengek meminta pasung, padahal saat itu belum ada yang
matang. adonan baru saja dimasukkan ke dalam kerucut-kerucut daun pisang. Tak sabar,
saya pun menangis.
Kue Pasung |
Begitu masakan pertama masak, saya pun langsung bergegas mengambil sebiji
pasung yang masih panas mengepul uap. Girangnya melebihi saat mendapatkan
mainan baru yang diimpikan. Serta-merta kubuka bungkus daunnya, tak sabar untuk
menyantap. Tapi, begitu suapan pertama masuk mulut, langsung hilang selera
untuk menghabiskannya. Trus, untuk apa coba sampai nangis-nangis dan nunggu
hampir satu jam jika akhirnya nggak dimakan? Yah, namanya juga anak-anak..
*alibi*
Sejak itulah saya hampir tidak pernah menyantap kue pasung, kecuali tidak
ada makanan lain.
Tapi, ada makanan masa kecil yang sampai sekarang masih kugemari dan
selalu kurindukan. Makanya saat pulang kampung tak pernah bosan berburu makanan
itu.
Apa saja kah? Hm.. dijamin yang pernah ke Wonosobo pasti keragihan. Hihi
Tempe Kemul, dok. pribadi |
Pertama, ada Tempe Kemul
Ini makanan khas Wonosobo yang paling ngehits. Berupa tempe goreng,
dengan tempe khusus yang dibuat tipis. Tepungnya menggunakan pati kanji basah
dengan sedikit tambahan tepung terigu dan potongan daun kucai yang membuat
aromanya makin menggugah selera. Warna kuning cerahnya didapat dari rimpang
kunyit yang ditambahkan ke dalam bumbu. Selain itu ada bawang putih, ketumbar,
kencur, dan garam.
Tempe tipis yang dibalut dengan tepung yang tebal itu digoreng dalam
minyak panas hingga renyah. Hm.. rasanya krispi di luar dan tempenya lembut di
dalam. Paling cocok dinikmati bersama nasoi megono atau mie ongklok. Tapi dimakan
begitu saja dengan cabai rawit hijau atau bersama bakso panas yang pedas, tetap
terasa nikmatnya.
Mie Ongklok lengkap dengan Sate sapi Makin mantap dengan Tempe Kemul dan Geblek |
Coba tanyakan ke orang Wonosobo, rasanya tak ada yang bosan meskipun
setiap hari menyantap tempe kemul. Mau pagi, siang, sore, malam, adalaah waktu
yang selalu pas untuk menikmatinya.
Saat kecil dulu, seringkali Mamak membuat sendiri tempe kemul untuk
disantap pagi-pagi supaya hangat. Atau saat ada hajatan/arisan pun kadang
membuat tempe kemul dalam jumlah besar. Jika tidak membuat, biasanya simbah memintaku
beli tempe kemul di warung dekat rumah. pagi sekitar pukul 05.30, beberapa
orang sudah antre di warung dan si empunya warung tengah beraksi dengan adonan
dan penggorengan. Begitu satu penggorengan diangkat, yang mengantre langsung
berebut mengambil tempe kemul panasnya.
Inilah sensasinya, saat mengantre itu, harus berani mengambil tempe panas
yang baru digoreng dan memasukkan sendiri ke dalam plastik, lalu membayar
sesuai jumlah yang diambil. Jika sudah siang, maka saya pun buru-buru pulang
untuk segera bersiap sekolah. Makan tempe kemulnya kapan? Sebelum berangkat
sekolah dong, sambil buru-buru. Hihi
Baca juga: Tempe Kemul, Si Kuning yang Ngangenin
Geblek, salahs atu makanan khas Wonosobo, sejenis Cireng |
Practical Life Skill dengan adonan
Geblek
Apalah, saya ini anak kampung yang hanya bermain dengan apa yang ada di
sekitar. Dulu tentu saja Mamak saya tidak menganal istilah practikal life skill
atau apalah-apalah dunia parenting sekarang. Tapi, kami sering membuat makanan
bersama-sama, saya dan dua adik saya seringkali harus bertugas membantu Mamak
saat beliau kerepotan menyiapkan jamuan untuk pengajian/arisan, dll.
Geblek, makanan yang dibuat dari kanji basah. Hampir sama dengan cireng. Berat
sekali untuk nguleni adonan geblek hingga bisa dibentuk menjadi seperti angka
8, bentuk khas Geblek Wonosobo.
Nah, itulah tugas kami. Masing-masing mennghadapi satu tampah yang telah
ditaburi tepung terigu, lalu adonan geblek yang sudah jadi kami bentuk bulat
panjang dan siap untuk dibuat angka 8. Terakhir inilah yang tersulit, karena
harus presisi dan merekat tanpa membuat si adonan berubah bentuk. Asli! Susahnya..
bahkan sampai saat ini pun saya belum bisa membuat angka 8 yang sempurna dan sama
ukurannya.
Seru sekali! Tak kalah dengan anak-anak sekarang yang main play-doh dan
sejenisnya. Aiih.. kangen masa-masa itu. mungkin kalau Hasna sudah besaran
nanti, bisa juga diajarin buat geblek pas pulang kampung :D
Kue Grubi |
Cucur dan Grubi yang Manis, tapi
Jadi Ejekan
Sebenarnya saya suka sekali dua makanan manis ini (apasih yang nggak
disuka?! Macam tempat sampah lah, apa saja masuk. :P )
Tahu dong, kue cucur?! Kue manis yang digoreng dan rasanya kinyis-kinyis
itu..
Kalau Grubi, itu makanan yang terbuat dari ubi jalar/ketela pohon yang
diparut/diiris kecil tipis, digoreng hingga kering lalu dogongso dalam larutan
gula merah. Rasanya manis legit, dan keras dari ubinya. Setelah adonan digongso
dengan gula merah, harus segera dibentuk agar tidak mengeras di dalam wajan.
Ada seorang tetangga yang setiap harinya memproduksi aneka jajanan,
termasuk kue cucur dan grubi. Tak jarang, tetangga sekitar termasuk kami juga
membeli darinya. Enak lho, pagi-pagi di Wonosobo yang dingin, makan kue cucur
panas J
makanya meskipun sedianya jajanan itu akan dikirim ke pasar pagi, tak jarang
yang membelinya langsung di rumah.
Tetangga tersebut mempunyai anak yang sebaya dengan saya, mungkin hanya
selisih 2-3 tahun. Sayangnya, anak tersebut (yang maaf, dulu sering lola) seringkali
diejek oleh teman-teman sekolah dengan ungkapan ‘kakean cucur’ (kebanyakan
makan kue cucur).
Kue Cucur |
Kasihan kan? jadilah seantero kampung mengenalnya dengan ungkapan semacam
‘anak cucur’ yang konotasinya negatif. Sayang ya, kue cucur yang lezat itu
malah jadi bahan ejekan. Anaknya penjual cucur toh tak tahu apa-apa, bahkan dia
setiap pagi rajin membantu ibunya membuat cucur.
Mengingat itu jadi sedih juga, jangan-jangan dulu saya termasuk anak-anak
yang ikut mengejeknya. Maafkan ya, semoga kenangan masa kecil itu tidak
membekas di ingatannya. Aamiin..
Membahas makanan itu, saya beneran jadi makin homesick nih, padahal
jadwal pulang kampung masih belum jelas kapan.. hiks L
Kamu juga punya kenangan seputar makanan diwaktu kecil?
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam
Yang grubi itu juga sering makan dulu tapi baru tahu kalau namanya grubi. Sayang saya kurang suka mi ongklok, nggak begitu segar ya. Kue cucur saat ini di pasar tradisional masih ada, dan pasung masih ada juga meskipun dibulan-bulan tertentu :)
Aku lagi ngidam kue bikang nih mbak :D