Penting Nggak sih, Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah?
Daftar Isi
Bismillahirrahmanirrahim,
Ngomong-ngomong soal budi pekerti, tidak akan terlepas
dari yang namanya pendidikan karakter. mungkin banyak kita dengar akhir-akhir
ini pendidik (guru) yang seolah tak punya taring ketika menghadapi orang tua
dan anak didiknya.
Memang seharusnya para guru pun mendidik anaknya tidak
dengan kekerasan. Tetapi bagaimana jika kesabarannya tengah diuji dan dia (yang
juga manusia biasa) akhirnya berlaku kasar terhadap anak didiknya yang tak bisa
diingatkan?
Sedih sekali dengan beberapa kasus pelaporan murid
terhadap gurunya yang menyebabkan sang guru mendapatkan perlakuan kasar dari
orangtuanya. Bukankah seharusnya ketika berada di lingkungan sekolah, anak
adalah tanggung jawab gurunya dan seharusnya masalah akan selesai begitu dia
keluar dari gerbang sekolah.
Berbagai kasus itu mengingatkanku pada masa dulu, yang
jika saya mengadukan guru yang menurut saya tidak adil, orang tua justru memarahi
saya, bukan melabrak guru ke sekolah.
Itulah pentingnya pendidikan budi pekerti di sekolah,
seperti masa itu ada pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) yang kemudian
berubah menjadi PKN (Pendidikan Kewarganegaraan).
Belajar dari Sistem
Pendidikan Pesantren
Pesantren, bagi saya adalah kawah candradimuka seorang
anak agar ia tumbuh menjadi pribadi yang kuat menghadapi tantangan masa depan.
Ya, karena saat berada di pesantren atau di boarding
school, maka ia diajarkan untuk
menghormati gurunya, bersikap baik terhadap teman-temannya, berbagi, juga menemukan
solusi jika terjadi perselisihan antar siswa/santri.
Saya memang belum pernah menjadi santri, kecuali
sekitar sebulan mencicipi hidup di pondok pesantren. Tapi, di lingkungan tempat
tinggal saya bertebaran pesantren dan keluarga saya pun tak sedikit yang
nyantri.
Hal utama yang sangat patut dicontoh adalah mengenai ketaatan dan ta’dzim-nya seorang santri terhadap guru
atau ustadz/ah-nya. Budi pekerti seorang santri terhadap gurunya dengan
menghormatinya, mendengarkan nasihatnya, juga mendengar dan taat terhadap
perintahnya.
Orang yang menuntut ilmu wajib menghormati gurunya. Bagaimanapun, seorang
murid dituntut untuk berlaku baik terhadap gurunya yang merupakan orangtuanya
di sekolah. Selanjutnya, seorang pencari ilmu juga semestinya tidak merasa
sombong dengan ilmu yang telah dimiliki, terlebih merasa sudah lebih pandai
dibanding gurunya. Karena, ilmu akan masuk jika seorang pencari ilmu ikhlas dan
menghormati pendidiknya.
Saya
jadi teringat dengan syair dari kitab ala laa tanalul ‘ilma yang dulu
sering dibaca saat belajar di TPQ (tapi sekarang lupa syairnya, hanya ingat
sebait pertama saja). Juga kitab Ta’lim
muta’alim yang berisi tentang adab seorang pencari ilmu (ah, saya juga
sudah lupa isinya, jadi PR untuk belajar lagi).
Reward
and Punishment
Mungkin
dari berbagai sumber kita pernah mendengar kasus mengenai kekerasan yang
terjadi di lingkungan pesantren. Namun sebenarnya hal itu tidak bisa dipukul
rata, semacam karena nila setitik rusak susu sebelanga.
Pasti,
setiap hal atau sistem mempunyai sisi buruk yang tidak boleh ditiru, termasuk
dalam pesantren. Tetapi di sini kita hanya akan membahas mengenai pendidikan
budi pekerti saja.
Saat
dulu teman-teman sekolah saya bercerita tentang ta’zir, saya bingung. Apa itu ta’zir?
ta’zir adalah hukuman yang bersifat
pendidikan atas perbuatan dosa (maksiat) yang hukumannya belum ditetapkan oleh
syara’.
Ta’zir di pesantren tempat teman saya nyantri
itu adalah cukur gundul baik santri laki-laki maupun perempuan. Peraturan yang
dilanggar oleh santri pun memiliki bobot hukuman yang berbeda. Misalnya,
hukuman untuk pencuri adalah langsung digundul. Namun hukuman untuk yang
melanggar aturan tidak berpacaran adalah dipanggil ke kantor pusat pesantren,
lalu dinasihati. Jika kejadian berulang kali, tak pelak akan terkena ta’zir
paling berat juga.
Jadi,
hal tersebut tidak bisa dikatakan kejam, karena sudah ada aturan yang
(seharusnya) dipahami oleh masing-masing
siswa/santri. Jika ada yang melanggar, mereka sadar betul bagaimana
konsekuensinya.
Hukuman/ta’zir
bukan bermaksud untuk menegaskan bahwa posisi seorang guru adalah sebatas
tingkat otiritasi saja, melainkan untuk memberi pelajaran baik bagi penerima
hukuman maupun bagi sesama lainnya. Hukuman yang cukup berat dimaksudkan untuk
memberikan efek jera.
Namun,
bagaimana jika seorang guru/ustadz memberi hukuman lalu si anak justru
melaporkan kepada orangtuanya? meskipun jika ia benar-benar bersalah? it’s fine jika ternyata yang salah
adalah gurunya, right?!
Well, itulah yang kita hadapi sekarang.
Terdegradasinya pendidikan karakter anak. Jadi, penting sekali untuk menanamkan
budi pekerti atau pendidikan karakter anak di sekolah. Sekolah bukan sekedar
untuk mendapatkan nilai dan ijazah dengan angka spektakuler yang menghiasi
lembarannya. Bukan, tak sesempit itu. Sekolah adalah rumah kedua tempat anak
belajar bersosialisasi, belajar menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang
muda, belajar berekspresi, belajar empati, dll. Hal yang sama yang ia dapatkan
di rumah.
Tugas
orangtua adalah untuk mendidiknya, bukan membelanya dari kesalahan yang mereka
lakukan. Semoga generasi yang akan datang akan lebih dan pendidikan budi
pekerti pun diberikan sebagimana pentingnya.
Allahua’lam.
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam
Harusnya sebagai seorang siswa/santri sadar juga dong kalau sudah ada peraturan begitu begini mau tidak mau ya harus dijalani, sebagai konsekuensi dia belajar di sekolah/pesantren. Dengan menyetujui untuk belajar d suatu tempat berarti dia setuju juga untuk menaati peraturan yang ada.
Perihal hukuman di sekolah/pesantren biasanya kan sudah dijelaskan kalau melakukan ini hukumannya ini. Jadi kalau sampai dihukum ya salah siswa/santri, aturannya kan sudah jelas.
Tidak ada alasan, "orang jaman dulu nggak pake parenting2an juga anaknya jadi semua.."
Iya tapi jaman dulu nggak ada gadget, nggak ada tayangan TV yang merusak, nggak ada sosmed...
Didiklah anak-anakmu sesuai jamannya.. orang tua dan guru juga harus mau berkembang tidak stagnan di tempat.. saat orang luar malah berbondong2 fokus sama pendidikan karakter, kita fokus biar anak nilainya tinggi, rangking satu, menang ini itu -- tapi nggak jujur bukan masalah, nggak hormat sama guru juga bukan masalah....
Dan yang lebih penting lagi pend. karakter/ budi pekerti nggak bisa sekedar teori kaya PMP or P4, ini life skill, butuh pembiasaan dan praktek :)
Jadi kalau guru dan ortu pengennya anak2nya santun dan hormat, tanya sama diri masing2... sudah jadi guru dan ortu yang santun dan hormat juga belum? :)