Rahasia Hidup Abadi
Daftar Isi
Rahasia Hidup Abadi_Memiliki kehidupan yang bahagia sepanjang masa adalah impian setiap
orang. Namun, hukum alam memberi kita jatah hidup di dunia yang tak bisa
diprediksi, tak bisa kita minta sebagaimana keinginan kita. Ada kalanya seorang
bayi hanya mendapat kesempatan yang sangat singkat sesaat setelah menghirup
udara dunia, ada juga yang mendapat rejeki umur panjang hingga seratus tahun,
melebihi umumnya harapan hidup manusia saat ini.
Ingin hidup 1000 tahun lamanya? Jika itu dikaitkan dengan usia biologis,
sudah pasti jawabannya imposible. Namun jika umur panjang itu adalah usia maka
jawabannya adalah I’M POSSIBLE. Manusia bisa hidup abadi, bukan dengan ilmu
sihir atau balsam seperti mumi, tapi dengan ia mengikat ilmu yang dimilikinya
lewat TULISAN.
Ya, manusia yang bisa hidup abadi adalah seorang PENULIS.
Ratusan kisah para ulama terdahulu kita dengar adalah tentang bagaimana
perjuangan mereka untuk menuntut ilmu lalu menuliskannya menjadi kitab-kitab
seperti yang sekarang kita pelajari. Ulama yang hidup ratusan bahkan ribuan
tahun yang lalu pun masih kita dengar gaung namanya sampai saat ini dan
masa-masa yang akan datang.
Alqur’an yang hingga sekarang tak pernah sehurufpun berubah, sampai
kepada kita juga melalui sebuah tulisan (kitab) dan hafalan para huffadz-nya.
Hari Ahad tanggal 2 Oktober kemarin lusa, saya berkesempatan mengikuti
training menulis yang diadakan oleh Kharisma (Rohis FIB Undip) yang bekerjasama
dengan FLP Semarang dan Gajah Mada Press. Hadir sebagai trainer adalah Ali
Margosim Chaniago, yang dikenal dengan Baba Ali. Beliau adalah seorang penulis,
blogger, trainer dan pakar ketahanan keluarga. Sepak terjang beliau dalam dunia
kepenulisan telah bertahun-tahun diuji hingga sampai sekarang berhasil menelurkan
beberapa buku.
Foto bersama peserta yang masih unyu-unyu semua *peserta laki-laki dicrop* haha dok. pribadi |
Senang sekali bisa datang bersama teman blogger, Mba Yuli Arinta dan
Relita. Berada di tengah-tengah mahasiswa dan bahkan ada pelajar SMP membuat
kami serasa remaja lagi *halah*
Alhamdulillah, meskipun trainingnya diadakan di aula masjid namun kami
tetap bisa leluasa mendengarkan materi dan tanya jawab dengan trainer.
Baba Ali mengawali dengan memberikan suntikan semangat berupa kisah-kisah
ulama terdahulu yang haus akan ilmu dan tiada hari tanpa menulis.
“Sejarah islam tidaklah tertulis kecuali dengan dua warna tinta. Tinta warna
hitam yang ditorehkan oleh tinta para ulama dan tinta warna merah yang
ditorehkan oleh darah para syuhada” (Syaikh Abdullah Azzam (rahimahullah)).
“Orang boleh pandai setinggi
langit, tetapi selama ia tidak mampu menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah, menulis adalah belajar untuk keabadian” (Pramoedya Ananta Toer)
Bagaimana agar menjadi ‘manusia abadi?’ berikut resep rahasia yang
disampaikan oleh Baba Ali yang beliau sebut dengan SECRET of WRITER
Pertama, 4M
Ingin menjadi penulis produktif? Maka syarat utamanya adalah 4M ini. Apa saja
4M itu?
Membaca- membaca- membaca- menulis! That’s the keywords.
Siap menjadi penulis produktif yang ‘hidup’ sepanjang masa? Mulailah dengan
4M
Kedua, Penulis yang baik adalah
seorang pembaca yang baik. Usahakan untuk membaca dengan lengkap, tidak
hanya skimming hal-hal penting saja karena dengan cara ini akan memperkaya
perbendaharaan kata. Tentu tak ada salahnya sesekali membaca dengan fast reading,
sesuaikan saja dengan kemampuan dan
waktu kita ya, Temans. Jika sesekali butuh membaca banyak tetapi waktunya
terbatas, bolehlah mengambil poin-poin pentingnya saja.
Ketiga, ATM (Amati, Tiru,
Modifikasi). Bagaimana caranya? Jika tidak ada ide kita bisa membaca beberapa
buku, amati baik-baik hal apa yang paling menarik dari masing-masing buku, lalu
sarikan, dan kita modifikasi dengan gaya bahasa kita sendiri. Voila! Jadilah sebuah
buku.
Mudah ya? Iya, sepertinya (hehe), tapi praktiknya membutuhkan jam terbang
yang tinggi. Untuk yang sudah biasa menulis bisa jadi hanya membutuhkan sedikit
effort, tapi bagi penulis pemula macam saya bisa menjadi pertaruhan besar.
Well, setiap yang memulai pasti akan menemukan hambatan sendiri, dan mereka
yang telah berada di punak sana pasti pernah melewati jalanan terjal menajak,
berliku dan penuh rintangan. Bedanya, mereka tidak menyerah. Will you?
Perlu diingat juga, untuk rumus ATM ini jangan sampai kita hanya copy-paste
karya orang. Plagiat itu seperti maling yang mencuri karya orang dan diakuisisi
menjadi karya sendiri. Oleh sebab itu, saat belajar menulis dari karya-karya penulis
lain, harus berhati-hati agar tidak terjebak dan malah menjiplaknya.
Keempat, Niatkan untuk ibadah.
Bagaimana jika saya berniat menulis sebagai sumber pendapatan? Why not?! Sah-sah
saja menjadikan menulis menjadi pekerjaan yang menghasilkan. Banyak sekali
peluangnya mulai dari menulis artikel, puisi, blog, copywriter, sampai menjadi ghostwriter pun bisa. Tapi, alangkah
lebih baiknya jika setiap pekerjaan (termasuk menulis) kita niatkan sebagai
ibadah, agar berkah. Jikapun apa yang kita lakukan masih menghasilkan rejeki
yang belum sesuai dengan keinginan kita, maka kemanfaatan dan keberkahannya
lebih utama.
Selanjutnya, menjadi seorang
penulis itu harus sabar. Seperti sebuah proses yang panjang, melewati
perjalanan untuk mencpai tujuan kita harus melalui setiap halte dan stasiun
untuk sampai di pemberhentian. Tak bisa secara ujug-ujug (Bahasa Jawa,
tiba-tiba) kita sampai di tempat yang kita inginkan, yeah! Kecuali kita bisa
meminjam pintu kemana saja-ya Doraemon. *LOL*
Pernah dengar seorang penulis yang mengirimkan hampir seratus karyanya
hingga akhirnya dimuat di majalah yang dituju? Jika dia berhenti menulis dan
mengirimkan karya, bagaimana mungkin karyanya akan dimuat di majalah kesayangannya?
Kisah-kisah heroik para penulis yang tak patah arang meski berkali-kali
ditolak penerbit
Masih belum lengkap, Temans.. menulis
juga kudu kontinyu. Misalnya sehari satu pararaf, sehari satu halaman, atau
sehari satu artikel semuanya disesuaikan dengan diri kita. Kita yang memahami
seberapa kapasitas kita.
Jika telah bisa konsisten menulis setiap hari, lama kelamaan kita akan
menemukan gaya dan track sendiri yang
khas.
Terakhir, mengurangi maksiat. Hm..
apa pasal? Karena maksiat akan membuat pikiran jernih kita tertutup kabut. Dengan
mengurangi maksiat, ilmu akan semakin mudah masuk ke dalam otak kita dan akan
lebih lancar saat menyimpulkan dan menuliskan kembali ilmu yang kita dapatkan.
Allahua’lam bishshawab, semoga kita bisa meniru teladan para ulama
terdahulu dan menjadikan menulis sebagai aktivitas harian kita. Menulis sebagai
sarana ibadah, mengajak untuk kebaikan, menyebarkan hal yang bermanfaat, dll.
Semoga bermanfaat, Temans.
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam