Waspada Pelecehan Terhadap Perempuan di Jalan Raya
Daftar Isi
Assalamu’alaikum, Temans...
Sebagai perempuan, kadang merasa waswas gitu nggak sih, teruatama saat
bepergian sendiri? Tak bisa dipungkiri, berbagai kasus kejahatan dengan korban
seorang perempuan kerap kita jumpai. Sebut saja pelecehan di angkutan umum, di
mall, jalan raya, bahkan juga komplek perumahan kita sendiri.
Teman-teman ada yang pernah mengalaminya? Seharusnya begitu melihat atau
mengalami pelecehan kita harus melaporkan, tapi seringnya adalah karena
kekurangan bukti yang mendukung akhirnya hanya kita telan mentah-mentah
kenyataan tersebut.
Saya pernah lho, mengalaminya sendiri sewaktu kuliah dulu. Amit-amit deh,
semoga itu untuk pertama dan terakhir kalinya. Aamiin..
Pelecehan yang paling ringan adalah saat berjalan berdua dengan seorang
teman kuliah, dari arah berlawanan tiba-tiba datang seorang laki-laki muda
berpakaian necis mengendarai sepeda motor besar dengan sangat pelan. Sampai di
depan kami tiba-tiba dia mendesis memanggil, sontak kami yang sedang mengobrol
langsung menoleh, tetapi si lelaki itu malah memamerkan muka mesum (aduh,
bingung mau nulis bagaimana, semoga paham) dan menjulurkan lidahnya. Hiiii....!
kami pun berpandangan dan bergidik ngeri lalu memeprcepat langkah. Untung saja
posisi kami waktu itu sudah dekat dengan jalan raya yang lebih ramai dan sudah
dekat kampus.
Setelah kejadian itu, kami jadi lebih berhati-hati saat melintasi jalan
tersebut di jam yang sama. Jika dari kejauhan sudah terlihat gelagat kedatangan
si lelaki itu, maka kami gerak cepat dan sama sekali tak menanggapinya. Alhamdulillah,
dia tidak melakukan yang lebih dari itu, tapi tetap saja tidak nyaman kan
jadinya jika melewati jalan itu saat sepi.
Paling parah adalah saat ada seorang lelaki ekshibisionis (biasanya
dikenal dengan ekhsibis) mendatangi kos kami di suatu malam. Apaan sih ekshibis
itu?
Ekshibisionisme adalah
tindakan memamerkan atau mengekspos, dalam konteks publik atau semi-publik,
bagian-bagian tubuh seseorang yang biasanya tertutup - misalnya, payudara, alat
kelamin, atau bokong. Praktik ini mungkin timbul dari hasrat atau dorongan
untuk mengekspos diri mereka sedemikian rupa kepada kelompok teman-teman,
kenalan, atau orang asing untuk hiburan mereka, kepuasan seksual, atau untuk
kesenangan berhasil mengejutkan pengamat yang tidak menduganya (Wikipedia)
Nah, seram banget kan? Desas-desus tentang laki-laki dengan kelaian yang
sering melintasi daerah kampus Undip bawah sudah lama kudengar, tapi tak pernah
menyangka jika malam itu saya akan benar-benar didatanginya.
Malam menjelang pukul 9, saya menutup pagar rumah setelah pergi bersama
teman. Teman saya memasukkan motor ke garasi sementara saya berusaha menutup
pintu garasi sekaligus akan menutup pintu pagarnya.
Saat saya masih di pintu garasi itulah seorang laki-laki paruh baya melintas
di depan rumah dan dekat sekali dengan pagar. Memang kos saya itu sering
kedatangan tamu karena sekaligus sebagai markas organisasi.
Mendengar motor berhenti saya pun menengok sekilas sambil membatin ‘siapa
bertamu malam-malam gini? Kan batas bertamu jam 9. Eh tapi nggak kenal ding
sama Bapaknya, mungkin mau ke kosan depan..’
Baru saja selesai mengucapkan kalimat itu dalam hati tiba-tiba si bapak
mendesis dan sontak saat saya menoleh lagi, dia dalam posisi berdiri dan
memamerkan kemaluannya. Tentu saja campur aduk rasanya antara terkejut, takut
dan ingin teriak sekerasnya.
Tapi saya masih ingat betul, banyak orang yang mengingatkan jika sampai
bertemu ‘kaum seperti itu’ jangan berteriak. Berlagaklah santai kalau perlu
ejek aja.
Dengan dada berdebar dan ketakutan, saya mencoba bersikap cuek tapi
entahlah si bapak itu melihat ekspresi kaget-takut saya atau tidak. Selebihnya saya
melenggang santai meskipun si Bapak masih memamerkan saat saya meliriknya
sekilas.
“Mba...! tolong bantuin dong...! aku nggak kuat nutup pagarnya nih..! aku
pun teriak sambil melongokkan wajah ke pintu depan, memanggil ‘bala bantuan’
demi bisa menutup pagar sekaligus berlagak tidak terjadi apa-apa. Rasanya seperti
ingin masuk ke dalam saluran got aja deh! Memang waktu itu pagar rumah sedang
bermasalah, roda-rodanya sulit digerakkan karena kurang oli.
Salah satu teman kos keluar, dan si bapak masih pada posisinya, tapi
sudah menutup ritseling celananya lagi. Si teman saya yang tak tahu apa-apa itu
malah menyapanya dengan ramah. Saya tentu saja menjaga jarak sambil berusaha
menutup pagar. Ealah, si bapak tanpa berdosa menawarkan bantuan ke teman saya,
dan saya pun segera mungkin melipir ke arah pintu rumah.
Setelah beberapa menit, dan yakin si bapak sudah jauh, saya pun baru
berani teriak-teriak heboh di kos dan menceritakan pengalaman pahit tadi. Sambil
bercerita itulah saya baru bisa menangis dan berdoa semoga teman-teman dan saya
juga tak pernah lagi bertemu orang semacam itu.
Aduuh... belepotan banget ya ceritanya. Habisnya menuliskan ini jadi mengingat
kembali peristiwa menyeramkan itu dan terasa lagi horrornya. Semoga jadi pelajaran buat teman-teman semua..
ilustrasi |
Dan belum lama ini, teman kuliah saya juga mengalami kecelakaan akibat pelecehan.
Seperti ini yang ia ceritakan.
Minggu, 30 Oktober 2016, sekitar
16.30 wib...kami, saya dan seorang kawan dari Kanada, harus mengalami kejadian
buruk yang sudah menjadi takdir kami sore itu. Setelah menghabiskan waktu
bersama selama beberapa jam sebelumnya dengan begitu lancarnya, kami tidak
pernah membayangkan bakal mendapat celaka sebagai pengakhir pertemuan kami kali
ini. Nikmatnya eskrim yang kami santap siang jelang sore itu, seketika menjadi
pahit saat kami terjatuh dari motor karena kejahatan satu orang.
Ya...dalam perjalanan pulang menuju
kos kawan saya di daerah Sompok, ketika motor yang kami kendarai melaju tenang
dan santai di jalan Dari. Cipto tetiba kawan saya berteriak, spontan saya
menengok ke kiri dengan prasangka dalam otak saya 'ada jambret nih', lalu
nampak seorang lelaki mengendarai "motor lanang" dengan helm dan
jaket hitam begitu dekat di samping kiri kami. Motor lelaki itu berlalu dengan
kencang saat itu juga, dan kemudian saya kehilangan kendali atas motor yang saya
kendarai. Selanjutnya...bisa terbayangkan di benak teman-teman apa yang terjadi
tanpa saya deskripsikan.
Kemudian saya sadar dalam keadaan
setengah berbaring, ditolong beberapa orang bapak yang baik hati untuk berdiri
dan duduk di trotoar. Saya langsung bertanya pada kawan saya kenapa tetiba dia
berteriak. Rasa sakit akibat jatuh makin menyesakkan ketika kawan saya
berbicara sambil terisak kalau lelaki yang tepat mepet di samping kiri kami
tadi telah Memegang Buah Dadanya.
Astagfirullah...innalillah...kejam
biadab benar lelaki itu. Kami, yang benar-benar berhati-hati ketika kami di
jalan, dengan pakaian kami yang sudah sopan dan tidak mengundang nafsu, harus
mendapat perlakuan tidak senonoh seperti itu. Kami berpelukan, menangis,
melepaskan kesal, jengkel, sakit kami. Saya termenung memandang motor ringsek
di depan saya. Rasa kesal karena telah melukainya lagi, tapi kali ini bukan
karena keteledoran saya di jalan. Saat itu trauma mulai timbul.
Beruntung kami langsung ditolong
oleh beberapa bapak yang berada di sekitar tempat kami jatuh. Seorang bapak yang
sedang bertugas di kantor PT Surveyor Indonesia, tepat di seberang titik saya
jatuh, mempersilakan saya untuk menitipkan motor ringsek saya sementara saya
berobat ke rumah sakit terdekat. Tak kalah mengharukan pula, seorang Kanada
temannya kawan saya datang dan membawa kami ke rumah sakit untuk mendapatkan
pemeriksaan. Selama di rumah sakit, saya dan kawan Kanada saya bergandengan,
memeluk dan kembali menangisi kejadian yang kami alami.
Kami sedih karena esoknya kawan saya
harus kembali ke Kanada dengan kondisi yang tidak baik. Hari terakhir kami yang
saya bayangkan akan menjadi memori manis harus berlangsung tragis traumatis.
Kami hanya bisa berjanji untuk segera memulihkan kondisi masing-masing dan
saling berkirim kabar. Tak lama setelah pemeriksaan, datanglah kakak lelaki saya
beserta istrinya untuk menjemput saya pulang. Sengaja saya tidak mengabari
orang tua, biarlah mereka tahu nanti.
Berselang hari, kami bertukar kabar
melalui surel. Alhamdulillah..kami dalam keadaan yang tidak terlalu merisaukan,
bertahap kami bisa pulih secara fisik. Tapi saya tetap tidak bisa mengira-ira
bagaimana kondisi psikis kawan saya di Kanada.
Saya berjanji untuk melakukan
sesuatu untuk mengobati sesak trauma kami. Maka saya meminta nasihat dari
seorang kawan yang mengerti hukum. Dia juga sosok yang terlintas pertama kali
ketika saya berpikir saya harus melakukan apa setelah kejadian buruk itu. Dia,
Nika V Ardn, menyarankan untuk melaporkan ke polisi.
Maka, setelah saya merasa cukup
kuat untuk keluar rumah, 8 hari setelah kejadian, saya diantar Bro Tohom
menceritakan ke polisi kronologi kejadian minggu sore itu. Bapak polisi dengan
seksama mendengarkan cerita saya. Beliau merespon (redaksi kurang-lebihnya)
"itu tindak pelecehan seksual masuknya, baru terjadi ini, sebelumnya
biasanya perampasan. Tapi karena tidak ada saksi dan bukti, ya tidak bisa
diproses selanjutnya. Kami berterima kasih atas pemberitahuan dari Mbak,
selanjutnya akan kami teruska ke pimpinan."
Dengan legawa saya terima respon
Bapak Polisi, meski tidak ada catatan tertulis atas pemberitahuan saya. Maka, saya
rasa perlu untuk membagi kisah ini di dinding FB saya. (Dari Status FB Wuri
Sayekti, dicopy atas izin yang bersangkutan)
Nyesek banget kan dengar kisah teman saya itu? Hiks.
Ladies, kejadian serupa akan
terus mengintai dimana-mana, makanya kita harus terus waspada dan membekali
diri dengan beberapa hal, diantaranya:
Memiliki ilmu bela diri dasar.
Seorang perempuan (muslimah) seharusnya juga membentengi diri dengan latihan
fisik seperti ini agar bisa membela diri dalam kondisi darurat. Hiks. Tapi saya
pun belum ahli karena saat ada pelatihan saya tidak bisa datang. Semoga ada
gitu ya, diadakan lagi pelatihan bela diri dasar untuk ibu-ibu, supaya saya
bisa ikutan.
Membawa ‘perlengkapan perang’.
Tips ini saya dapatkan dari teman kuliah saya. Barang-barang yang kecil tapi
berguna bisa kita bawa/pakai dan digunakan sebagai ‘senjata’ dalam keadaan
darurat. Kalau saya dulu selalu memakai jarum pentul meskipun jilbab sudah
rapat dengan peniti kecil. Selain itu, jika membawa payung pun jarang saya
masukkan ke tas. Tapi sekarang apalagi setelah punya anak, pakai jilbab pilih
yang tidak ada peniti/bros-nya karena bisa melukai si kecil.
Jika memungkinkan, membawa semprotan merica sepertinya berguna juga.
Selalu waspada saat melewati
tempat-tempat apalagi yang tidak biasa dilewati. Penting banget ya, jangan
sampai lengah saat berkendara atau berjalan.
Pakailah jaket terutama saat mengendarai motor. Selain melindungi tubuh
dari angin kencang selama perjalanan, jaket juga membantu melindungi dari
pandangan orang. Meskipun kadang kejahatan tak pandang bulu dan ada saja celah
bagi mereka, paling tidak kita sudah berusaha untuk melindungi diri.
Kalau pakai tas punggung, ada baiknya juga dipakai di depan menutupi
dada. Ada lho yang dulu melintasi jalan di depan R.S Roemani saat lalu lintas
cukup sepi dan mengalami pelecehan juga. Katanya dia biasa memakai tas punggung
di depan, tetapi hari itu ia memakai tas selempang. Sampai di dekitar RS ada yang
mendekat dengan tampang tak ubahnya orang gila. Si orang tadi meminta uang tapi
tangannya menyambar bagian dadanya. Sejak saat itu jadi makin berhati-hati jika
membawa tas, termasuk saya.
Tadi malah saya juga baru diingatkan oleh seorang ibu untuk
menyembunyikan tas kecil yang dibawa di balik jaket, supaya tidak memancing
perhatian.
Yang paling utama adalah senantiasa berdoa dan memohon perlindungan dari
Allah. Saat akan keluar dari rumah, juga selama berada di suatu tempat.
Semoga Allah selalu melindungi kita dari kejahatan setan dan orang-orang dimanapun
kita berada. Jika pun yang tak diinginkan terjadi, semuanya telah tertulis tapi
kita sudah melakukan ikhtiar semampu kita. Allahua’lam,
Semoga bermanfaat.
Salam,
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam
Pakaian dan lagak-lagu juga yang pantas
Salam hangat dari Jombang
Berpakaian rapi, tidak mencolok, sesuai syariat. jangan lupa berdoa sbelum keluar rumah..
Serem bgt ya. Aku biasanya bawa gunting dan tetap waspada