[JANGAN] ke Brown Canyon Semarang
Daftar Isi
Hi Temans... Pernah mendengar atau datang ke Grand Canyon di Colorado sana? Semarang pun punya tempat yang konon
sangat mirip dengannya sehingga orang-orang menyebutnya Brown Canyon. Awal mula tempat ini menjadi viral dan kemudian
banyak pengunjungnya adalah karena masayarakat sekitar sering menjadikannya
sebagai tempat wisata murah meriah yang tak jauh dari rumah. Selain itu, banyak
pula para fotografer yang sengaja jauh-jauh ke sana untuk mencari angle yang
bagus guna memuaskan klien untuk keperluan foto pre-wedding mereka.
Lama kelamaan saya pun tertarik untuk menyambanginya. Sayang berhubung
Pak #OjekPalingSetia sering tak bisa mengantar, maka pasrah saja menunggu
waktu. Hingga suatu hari setelah bertugas di hari Sabtu, dia pulang menjelang
sore dan memintaku menemaninya mengantar barang ke daerah Pucanggading. Pucuk
dicinta ulam tiba, saya 'menodong' untuk sekalian pergi ke Brown Canyon yang
katanya tak jauh dari Pucanggading.
Ternyata benar, setelah mengikuti jalan di perumahan Pucanggading,
sampailah kami di sebuah tempat yang gersang dengan jembatan kecil yang hanya
cukup dilewati sepeda motor yang menghubungkan dengan tebing tinggi. Tebing
tinggi itu hanya terlihat pucuknya, tapi saya yakin itulah Brown Canyon.
"Benar, nyebrang jembatan itu saja, langsung sampai ke sana. Kalau
truk pasirnya memang nggak lewat jalan ini," kata seorang ibu pencari kayu
bakar yang kami tanyai.
Ya, kami sempat ragu untuk melewati jalan itu, takut kesasar. Hehe.
Sampailah kami di hamparan ladang bercadas dengan tanaman jagung yang
terlihat hidup segan mati tak mau. Melewati ladang itu terlihat ceruk lebar
membentang di bawah sana. Beberapa alat berat tergeletak di pasir-pasir.
Mungkin sudah waktunya istirahat sehingga tak ada aktivitas penambangan pasir
yang terlihat.
Ya, Brown Canyon yang terkenal itu adalah lokasi galian C! Tambang pasir
yang setiap hari beroperasi, mengeruk pasir-pasir dari gunung batu kemudian
mendistribusikannya ke para pengguna untuk membuat bangunan, tentu saja. Eh,
barangkali perlu dicek, jangan-jangan pasir yang dipakai untuk membangun
rumahmu berasal dari sana.? Haha. Lupakan! Becanda ya Temans..Bebatuan cadas
yang berdiri gagah menjulang itu adalah sisa pengerukan pasir. batu-batu yang
tersisa dari karena pengerukan terus-menerus.
Trus wilayah itu sekarang katanya jadi tempat wisata baru di Semarang?
Memang benar, tapi sekali lagi tempat itu sebenarnya bukanlah tempat wisata yang
dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Untuk menuju ke sana dengan kendaraan
roda empat bisa melalui jalur truk pengangkut pasir yaitu lewat Desa Rowosari.
Sedangkan jalur Pucanggading hanya bisa dilalui dengan roda dua. Kelemahan
melalui jalur Pucanggading pun kita sampai ke Brown Canyon bagian dalam, jadi
langsung sampai di area penambangan pasir. Konon ada tukang parkir liar yang
menarik bayaran Rp. 5.000/motor dan @Rp.10.000 untuk mobil. Tapi saat saya
sampai sana ternyata tidak ada tukang parkir juga, mungkin karena menjelang
maghrib dan sepi.
Ada beberapa muda-mudi berpasangan yang sibuk mengambil foto selfie, juga
serombongan anak muda yang membawa kamera pro asyik mencari angle foto
terbaiknya. Nekat, kami pun turun melewati jalan berdebu yang mungkin debunya
setebal kurang lebih 5-10cm karena roda motor sukses terbenam di jalanan. Saat
terpaksa menginjakkan kaki karena motor oleng, seluruh telapak kaki saya masuk
ke dalam debu yang tak ubahnya hamparan tepung terigu. Nafas jadi pengap, tentu
saja. Apalagi saya membawa si Kecil yang meski antusias melihat bebatuan tinggi
menjulang, sesekalu dia terbatuk karena debu.
Banyak debu saat musim kemarau |
Buru-buru kami beranjak melewati jalur truk yang ada di sana. Jalanan tak
rata dan debu tebal membuat motor sesekali oleng, hampir terjatuh. Fyuh.. Lega setelah akhirnya sampai di
bagian yang cukup rata dan ternyata banyak pengunjung yang tengah berfoto atau
sekedar duduk-duduk menikmati senja.
Matahari yang jingga mengintip dari sela bebatuan dan terpantul di kolam
kecil. Sepasang (calon) pengantin pun tengah berpose dengan arahan
Fotografernya. Ah ya, tempat ini juga terkenal berkat para fotografer yang
melakukan sesi foto prewed di sana. Saya tak sempat mengabadikan momen itu
karena pak #SopirPalingSetia sudah mewanti-wanti untuk segera pulang, berhubung
kami belum tahu jalan dan sebentar lagi adzan maghrib berkumandang. Berkat
tanya ke penduduk setempat, kami pun bisa menemukan jalan dan menuju Tembalang
untuk suatu urusan.
Danau kecil akibat genangan air di bekas galian |
Alhamdulillah, keinginan untuk mengunjungi Brown Canyon telah terlaksana,
meskipun rasanya tak ada keinginan untuk kembali lagi ke sana.
Teman-teman ingin datang ke sana? Tentu saja BOLEH asal perhatikan
beberapa hal berikut ya.. pertama, Saat ini Brown Canyon adalah bukan tempat wisata
resmi sehingga tidak ada fasilitas yang memadai, dan perlu diperhatikan juga
untuk berhati-hati dengan kendaraan yang dibawa.
Kedua, banyak debu saat musim kemarau dan jalanan licin (apalagi tidak
rata) saat musim hujan. Semacam membayangkan si Cincah Laurah ngomong “Becek
nggak ada ojek...”
Ketiga, jalan menuju Brown Canyon sebagian rusak, sehingga perlu
memperhatikan kondisi kendaraan saat menuju dan pulang dari sana.
Keempat, lalu lalang truk dan alat berat saat jam operasional galian,
sehingga makin banyak debu yang berterbanggan di sekitar.
Karena tidak ada fasilitas sebagaimana tempat wisata, jadi kalau
Teman-teman ingin datang ke sana, perhatikan kondisi juga ya, apalagi membawa
anak-anak. Salah-salah malah bisa kena ISPA. Semoga sih tidak yes.
So, Jangan pergi ke Brown Canyon TANPA persiapan dan perbekalan.
Pemandangan di sana memang indah terutama saat ditumbuhi rerumputan hijau.
Kalau pas lagi musim kemarau sih gersang sekali. Indah juga untuk dijadikan objek
foto. Sayang tempatnya kurang representatif.
(rencana) Brown Canyon Botanical Garden |
Semoga kelak jalan raya-nya dipebaiki sehingga memudahkan akses
masyarakat yang ingin menikmati keindahan alamnya. Sumpah! Saya pun terpukau
begitu datang dan melihat ke bawah sana, alat-alat berat dan kendaraan terlihat
sangat kecil. Jadi merasa seperti kita yang tak ada apa-apanya di hadapan Dia.
Semoga rencana untuk menjadikan tempat itu sebagai Brown Canyon Botanical Garden sebagaimana spanduk
yang terpasang di sana, segera terwujud. Agar menambah daya tarik masyarakat
untuk berkunjung ke kota Semarang. Kelak jika telah menjadi tempat wisata
sebagaimana mestinya, semoga terawat dan menjadi tempat wisata yang mendukung
berbagai sektor masyarakat. Aamiin..
Salam,
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam