Biarkan Fotomu Berbicara
Daftar Isi
Assalamu’alaikum, Temans...
Semoga masa liburan ini selalu menyenangkan, baik untuk yang liburan ke
tempat wisata yang jauh, pulang ke kampung halaman, atau menghabiskan waktu
bersama keluarga.
Tentunya setiap kita berpergian atau dalam aktivitas sehar-hari pun kita
tidak pernah melupakan untuik mengabadikan setiap moment, terlebih dengan canggihnya teknologi saat ini dimana kita
bisa mengambil foto yang bagus dengan cara yang mudah. Kamera pocket dengan
kualitas sekelas pro atau kamera smartphone yang sudah mumpuni.
Bagi blogger, foto pun menjadi perangkat yang penting untuk memanjakan
mata pembaca blog agar tidak bosan dengan tulisan yang panjang. Selain itu,
lewat foto yang ‘berbicara’ juga akan semakin memperkaya konten yang
dihadirkan.
Beberapa waktu yang lalu, saya mengikuti sebuah pelatihan bertajuk
pelatihan fotografi. Pelatihan kali ini bukan membahas teknis bagaimana cara
mengambil gambar agar hasilnya menarik, melainkan lebih menekankan pada foto jurnalistik.
Well, teknis akan seiring dengan jam
terbang seseorang menggunakan kameranya, dan biasanya pun setiap kamera berbeda
penangannya. Setidaknya begitu yang saya simpulkan dari paparan panitia
penyelenggara.
Dari awal mengikuti acara tersebut sudah sangat antusias, meskipun
sebagian peserta sudah siap dengan DSLR terkokang sedangkan saya hanya membawa smartphone andalan. Semoga, suatu saat
bisa memiliki DSLR atau mirrorless
yang lebih mudah untuk dibawa bepergian. Aamiin..
Mulai dari moderator yang juga seorang fotografer dan aktivis salah satu
komunitas fotografi, pembicara pertama dan kedua, semuanya memaparkan hal yang
sama dengan cerita masing-masing yang berbeda.
“Secara umum, fotografi dibagi menjadi dua yaitu jurnalistik dan art (landscape,
human interest, dll). Dan mengabadaikan gambar untuk urusan jurnalistik
memang dibutuhkan keahlian yang lebih tinggi dibandingkan foto lainnya,” ucap
moderator.
Uhuk! Asli saya jadi terpekur di belakang, wong fotografi yang biasa aja masih meraba-raba, ini tentang
jurnalistik, piye?! Wislah, ikuti
saja apa kata trainer-nya. Hehe.
Lanjut aja deh, pembicara pertama Mas Teguh Tsuyoi memberikan materi
seputar peliputan foto. Dalam tujuannya untuk peliputan, fotografi dibutuhkan
untuk menggambarkan acara, untuk memperkuat ilustrasi bagi tulisan feature dan
press release, serta memperkuat visual. Nah, beberapa hal yang penting untuk
diperhatikan adalah EDFAT (Entire, Detail, Frame, Angle, Time).
Simpel kan? Hohohoho! Tidak sesimpel itu, ternyata saudara-saudara!
Entire Shoot, yaitu suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan
begitu melihat suatu peristiwa. Dikenal juga dengan established shot.
Secara sederhananya, saat kita meliput suatu acara, maka kita mengambil
gambar yang hanya dengan 1 gambar orang telah memahami tentang acara tersebut. Juga
untuk memperlihatkan banyaknya orang atau luasnya tempat. Pemotretan ini
berfungsi untuk memilih subjek tertentu yang lebih detail pada pemotretan
selanjutnya.
Detail shoot, adalah suatu pilihan atas bagian tertentu dari
keseluruhan pandangan entire. Angle ini
disebut ‘point of interest’.
Contoh point of interest bisa
berupa ciri khas tokoh, simbol-simbol unik atau mimik muka secara close up dan
diambil dengan detail.
Frame Shoot, yaitu suatu tahap dimana kita membingkai suatu
detil yang telah dipilih.
Disini, rasa artistik mulai penting dan jurnalis foto mulai mengenal
komposisi, pola, tektur, dan subjek pemotretan dengan akurat.
Ehem! Sampai sini saya makin pusing lho, nggak mudeng apa yang beliau
sampaikan. Uhuk! Lanjut dulu lah, secara umum sih sudah paham hanya tekniknya
yang masih nggrambyang.
“Bermain framing dapat
menimbulkan kedalaman gambar dan dramatisasi. Fotografer dapat pula menyertakan
informasi tambahan di sekitar tokoh untuk memperkuat apa yang ingin
disampaikan,” lanjut Mas Teguh.
Angle Shoot, tahap dimana sudut pandang menjadi dominan,
memotret dari ketinggian (high angle),
bawah (low angle) dan sejajar (eye level).
Memotret dengan sejajar akan terlihat alami, tapi hasilnya kurang
memperkuat visualisasi. Nah, dengan low
angle kita bisa membuat tokoh tunggal yang akan kita foto menjadi makin
besar dan dominan. Sedangkan high angle
akan membuat suasana atau pattern yang lebih luas di bawah.
Time (moment) Shoot, tahap pemotretan dengan kombinasi yang
tepat antara pemilihan diafragma dan kecepatan dan keinginan membekukan gerak.
Misalnya dalam suatu liputan acara, bisa mengambil foto dengan moment yang pas adalah hal yang sangat
berharga. Untuk itu, diperlukan kejelian dan mata yang awas untuk menangkap
setiap peristiwa yang terjadi.
Pembicara kedua, Mas Nurul Wahid, seorang wartawan. Beliau pun mengatakan hal
senada dengan pembicara pertama. Beliau menceritakan pengalamannya menjadi fotografer
studio yang tidak sesuai dengan passion-nya
lalu suka-dukanya menjadi jurnalis foto.
“Tantangannya adalah bagaimana kita bisa menghadirkan sebuah foto yang
bercerita. Tak usah takut, karena persoalannya pada jam terbang,” kata Mas Nurul.
Hihi. Mungkin mas-nya melihat kami para peserta yang melongo dengan kedua
pembicara sehingga beliau mengatakan seperti itu.
Tapi, benar juga sih, jam terbang semakin tinggi artinya teknik sudah
sangat paham dan mata serta telingan makin jeli menangkap moment. Pun kamera dengan si-empunya sudah seolah ‘menyatu’ dan
saling memahami.
Lha saya, kamera HP sendiri saja belum paham.. hiks.
“Mendapatkan foto atau moment yang pas itu termasuk rezeki lho,” lanjut
mas Nurul.
Beliau pun menceritakan bahwa pernah meliput acara latihan tim SAR di
pantai Marina. Saat helikopter terakhir tergelincir dan jatuh ke lantai, beliau
dalam kondisi siap membidik. Tapi, saking terpukaunya dengan kejadian di depan
mata, malah lupa untuk menekan tombol. Hasilnya, ia hanya mendapatkan beberapa
detik terakhir sebelum ekor helikopter tercebur total. Belum rezeki...
Kamera terbaik adalah kamera yang
kita punya. Moderator dan kedua pembicara mengatakan hal yang sama.
Baiklah, terimakasih atas pencerahannya. Saya akan rajin belajar
mengambil foto supaya bisa lebih akrab dengan kamera HP dulu. Semoga selanjutnya
bisa makin mahir teknik-tekniknya. Aamiin...
Habis acara lanjut praktik hunting foto di Sam Poo Kong dan dikritisi oleh para narasumber. Punya saya masih banyak 'bocor' tapi sudah ada perbaikan dibanding sebelum mengenal teknik-teknik di atas. Alhamdulillah.
Bagaimana, Temans? Sudah siap hunting foto dengan kamera terbaik kita?
Semoga bermanfaat,
Yukmari lanjutkan liburan sambil candid di tempat wisata yang ramai *ups.
Salam,
Note: Foto adalah koleksi pribadi, diambil saat aksi damai Save Aleppo bersama masyarakat muslim Semarang. Jumat. 23 Desember 2016 di Area Air mancur Jl. Imam Barjo. Mohon maaf jika hasilnya belum maksimal :D *piss
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam