[Resolusi 2017] Kembali Membangun Mimpi
Daftar Isi
Man Proposed God Dispossed
Pagi tadi saat sedang mulai merangkum apa saja resolusi yang sudah
tercapai selama tahun 2016 sambil ngubek-ubek instagram, salah seorang teman posting gambar dengan caption yang menarik dan mengingatkan
pada mimpi-mimpi besarku.
Copast kesini aja yes, sudah izin saya yang punya caption ko J
Sharing Economy_ Ini
konsep ekonomi yang lagi hits banget di Indonesia sejak Go-Jek muncul.
Sebenernya enggak tepat juga sih sebutan sharing economy untuk Go-Jek, OLX ,
atau Airy Room dan sejenisnya. Kenapa? Coba cari tahu pake keywords sharing
economy is not sharing economy 😉 .
Tapi apa sih sebenernya sharing
economy? Simplenya gini. Jaman dulu, orang kalo pengen punya bisnis harus punya
modal gede. Apa kabar kita-kita yang modalnya pas-pasan bahkan gak ada?
Disinilah sharing economy muncul. Misal nih..kita brangkat naek mobil. Nah daripada
ini mobil cuma ngangkut 1 orang, kenapa gak kita pake buat brangkat sama
temen-temen iuran bensin aja. Ato ada motor nganggur di rumah. Pinjemin aja ke
yang butuh untuk jadi alat yg bisa menggerakkan ekonominya dia TANPA ngambil
keuntungan gila-gilaan. Ada rumah nganggur. Daripada jadi sarang tikus, mending
diberdayakan. Jadi kontrakan gratis, base camp positif atau jadi guest house yg
duitnya diputer lagi buat modalin hal-hal lain. Sharing economy intinya adalah
kolaborasi yg gak money oriented.
Apakah ini konsep baru? Gak kok 😊
Islam udah merumuskan konsep ini dengan sangat baik dalam WAKAF yg punya banyak
turunan. Indah ya (Nana)
Mimpi yang telah sekian tahun terpendam itu akhirnya muncul lagi ke permukaan,
meskipun masih rasanya teramat dari jangkauan, melihat secuil ujungnya pun
belum mampu. Ialah mimpi untuk memiliki rumah yang luas lengkap dengan aula dan
kama-kamar yang bisa digunakan untuk menginap saat acara atau dimanfaatkan
(dengan murah atau free) oleh
mahasiswa yang membutuhkan. Di sekeliling rumah ada halaman luas yang
difungsikan sebagai taman dan kebun buah sekaligus proyek hidroponik atau
semacamnya, juga ada space yang cukup
untuk berolah raga. Hm... muluk-muluk sekali bukan? Biarlah, biarkan saya punya
mimpi ini entah kelak bisa terwujud atau tidak.
Mimpi ini berawal dari kerepotan saat masih menjadi mahasiswa dulu,
menjadi pengurus kos kaum egaliter *halah* memutar otak agar bisa
mendapat kos dengan harga terjangkau (baca: sangat murah) demi bisa membayar
SPP sekaligus biaya kontrakan. Kami hunting
kos meskipun agak jauh yang penting masih memadai, dengan biaya patungan yang
harus sangat murah (inginnya). Bagaimana caranya? Ya dengan sharing sebanyak mungkin penghuni kos. Kamar
yang cukup besar dimanfaatkan untuk bertiga, sedangkan kamar lebih kecil untuk
berdua. Cukup efektif juga, meski harus rela kamar jadi lebih sempit berisi 3
kasur dan 3 lemari, atau apesnya lemari ditaruh di luar kamar. Belum lagi jika
ada kekurangan dana, maka pengurus beserta penghuni kontrakan harus mencari
dana dengan jualan donat atau pakaian bekas di Simpang Lima setiap ahad pagi. Maknyus yes!
Sejak saat itulah saya bermimpi punya rumah yang bisa saya fungsikan
sebagai (katakanlah) semacam tempat pembinaan mahasiswa putri (muslimah),
dengan biaya yang murah atau bahkan gratis. Sampai sekarang, seperti saya
bilang tadi, ujungnya pun belum terlihat. Ya, sampai saat ini kami masih
menumpang di rumah orangtua, keinginan punya rumah sendiri masih samar bahkan
gelap. Apalagi mimpi besar seperti itu? Fyuh...
Tapi biarkan saya bermimpi, menuliskannya dalam kertas, dan menempelkan
kuat-kuat dalam ingatan, melarungkannya ke langit dalam do’a-do’a. Lalu biarkan
Allah menentukan di akhirnya nanti.
Ilustrasi, gambar diambil dari rumahminimalis.blogspot |
Man proposed God Dispossed, seperti
halnya dulu saya bercita-cita menjadi dokter karena setiap melihat di
desa-desa, saat ada bencana, ada baksos dll yang paling dibutuhkan adalah
tenaga medis. Tapi, Allah justru menuntun saya menjadi mahasiswa Sastra (yang
salah jurusan) dan sekarang duduk di depan lappy
sembari mengawasi si Kecil yang bermain dengan temannya.
Ada hal yang jauh dari impian, tapi ada banyak yang dulu tak terbersit
sedikitpun malah sekarang menjadi anugerah yang sangat layak untuk
disyukuri. Kecewa dengan mimpi yang
belum terwujud? insyaAllah nggak,
karena apa yang sekarang di tangan berarti masih sebesar itu kemampuanku memegang
amanah berupa rejeki.
Resolusiku Tahun 2017
Resolusiku tahun 2017 adalah Resolusi tahun 2016 (yang belum terwujud). Pliss... jangan diketawain, ya gimana lagi, memang tahun 2016 ini
sangat nggak fokus dengan hal lain
kecuali seputar blogging dan si
Kecil. Dan apakah resolusi 2016 juga sama dengan resolusi 2015? Hmm... nggak
sama persis, tapi sebagian ada yang sama. Bukankah hidup itu melanjutkan dari
satu stasiun ke stasiun berikutnya? Jadi saya harus ikuti rel-nya terus dong..
(halah. Alasan)
Alhamdulillah, bersyukur sekali tahun 2016 banyak mendapatkan ‘hadiah’
dari Allah, beberapa hal yang tak terduga meskipun sebenarnya berupa
hadiah-hadiah kecil saja. keinginan yang belum terwujud? Banyak bangeeet! Tapi
saya yakin, seperti halnya do’a yang kita panjatkan setiap saat, ada yang
seketika dikabulkan, ada yang ditangguhkan, ada juga yang dikabulkan dalam
bentuk lain yang lebih tepat untuk kita, karena Dia yang lebih tahu mana yang
terbaik untuk hambaNya.
Oke, ada beberapa hal yang ingin sekali kuraih di tahun 2017, terlepas
kelak bisa terwujud atau tidak, yang penting kita berusaha untuk meraihnya.
2017 juga merupakan tahun special buatku, karena tahun depan tepat memasuki
kepala tiga. Iya, jika Allah masih memberi jatah hidup sampai kepala tiga sih..
Oia, saya bagi jadi beberapa hal karena posisiku sekarang adalah sebagai
seorang perempuan yang seorang anak, ibu, dan istri.
Pertama, Sebagai seorang anak
dulu yak! Ingin banget bisa
membahagiakan orangtua (terutama mamak), yang meskipun hubungan kami tidak
mesra seperti yang kulihat pada teman-temanku dengan ibunya, tapi saya tahu
pasti dia sangat menyayangi anak-anaknya.
Berbakti kepada orangtua adalah kewajiban, meskipun saat ini ketika sudah
bersuami maka setiap hal harus dikomunikasikan. Alhamdulillah justru suami yang
mengingatkan untuk sering-sering silaturrahim dengan keluarga di kampung
meskipun lewat telepon/SMS. Harapanku tahun depan bisa punya penghasilan yang
lebih banyak dibandingkan tahun ini sehingga bisa rutin membantu mamak yang
masih punya tanggungan biaya sekolah si bungsu. Aamiin... ya Rabb... entah mau
Kau lewatkan mana jatah untuk mamak. Lewat blog, online shop atau lewat
jalan yang lain.
Kedua, sebagai seorang ibu.
Jadi ibu untuk pertama kali memang hal yang amazing bagi saya. Sudah menyiapkan teori ini-itu tapi praktiknya
sungguh di luar dugaan. Sedih-sedih bahagia gitu lah (sedih ko bahagia, bahagia
ko sedih?!)
Keinginan paling kecil adalah HASNA LULUS TOILET TRAINING. Bisa jadi ini
semacam hal sepele dan kecil seupil
bagi orang lain tapi bagi saya sudah membuat kepala kemut-kemut ngebul-ngebul. Seperti
ASI/MPASI/Menyapih, setiap anak itu unik dan punya cerita sendiri kan? Mungkin
itu juga yang berlaku untuk Hasna.
Terhitung hari ini, sudah 8 hari hasna melewati proses toilet training (TT)
yang kedua. Yang pertama dulu, setelah sukses menyapih ASI, sepekan kemudian
TT, tapi baru berapa hari berjalan bunda sudah nggak kuat sama gayanya sikecil.
Apalagi ngepasin banget mau pulang Wonosobo. You know, Wonosobo kan
dingin banget, jadi sering pipis kan? Trus rumah di kampung juga sebagian
dipasangin karpet supaya nggak dingin banget. Kalau Hasna pipis di karpet kan
rempong.. udah gitu nyuci pakaian yang kena ompol pun nggak bisa kering dengan
hanya dijemur sehari. Makin galau dong, padahal sebelum pulang Wonosobo sudah
dibela-belain beli training pants (TP) yang sebenarnya ngak masuk budget bulanan. Hiks. Pakai TP malah
makin keasyikan dia. Secara teori, pakai TP bikin sikecil nggak nyaman dan
nggak suka pipis di celana. Tapi bagi Hasna, TP udah basah tetep enjoy kesana-kemari.
Setelah itu, mau mencoba TT lagi jadi malas-malasan, saking dimanjakan
sama popok sekali pakai (pospak). Apalagi Mbah-nya Hasna rajin banget beliin
pospak kalau pas beliau pulang ke Semarang. Tuh, masih menumpuk-numpuk juga,
tapi akhirnya menguatkan diri buat mencoba TT lagi.
5 hari yang lalu, nekat pergi beberapa jam tanpa dipakaikan pospak, dan
tentu saja bawa ransel besar punya si-Ayah, sudah mirip mau backpacking pokoknya. Isi tas ada 3 stel
pakaian hasna, dan 1 stel pakaian bunda, masih ditambah dengan mainan dan camilan
buatnya. Dan benar saja, selama sekitar 3 jam pergi dia ngompol 2 kali.
Di rumah pun sama, sudah berkali-kali di-sounding untuk pipis di kamar mandi, tapi berkali-kali pula ia
pipis di celana lalu dengan wajah innocent-nya
memanggil minta dicebokin. Hfftt..
rasanya matanya mengatakan “Ayo Bunda, kita bertanding. Hasna akan ngompol
setiap hari sampai Bunda bisa sabar ngadepin Hasna. Setelah itu, Hasna akan
pipis ke kamar mandi. Hasna sebenarnya sudah bisa ko, cuma menguji kesabaran
Bunda aja.” Jelas, kali ini saya nggak boleh kalah meskipun isi chat ke WA
suami sudah dengan gambar kepala merah setiap sore, menunggu ‘tukar shift’ jaga Hasna. Maaf ya Yah, pasti
capek banget habis kerja seharian trus ditodong ngopeni Hasna. Kalau nggak
gitu, urat sabarku sudah mencelat sejak kemarin-kemarin.
Kata banyak orang sih, yang cepat paling seminggu sudah lulus, ada yang
sebulan, ada yang 6 bulan! Hoho, sudah keder duluan nih. Makanya berharap
banget semoga tahun ini sudah lulus TT, kalaupun belum bisa ya tahun depan
sebelum usia Hasna genap 3 tahun di bulan Februari. Aamiin..
Ketiga, Sebagai seorang
individu dan istri. Banyak banget nih mimpinya.
Memperbaiki Time Management, ini dari tahun kemarin malah belum ada progres. Hiks. Mungkin karena keasyikan di rumah
ya, jadi memprogram waktunya jadi kacau. Apalagi saya gampang banget stress. Hm.. next harus benar-benar nyiapin semacam daily planner gitu, biar
hidup teratur. Hidup teratur, badan jadi lebih sehat, hati juga lebih bahagia.
Aamiin..
Lebih Sabar. Sabar ngadepin
Hasna, sabar nemenin suami, sabar sama mertua, dan sederet sabar lainnya yang masih
harus terus menerus naik level selanjutnya.
Saya sendiri yang tahu ambang stress
dan bad-mood, makanya harus menghindari penyebabnya. Kalau tidak, bisa buat
meledak-ledak begitu Hasna berulah sedikit. Perbedaan pandangan dengan suami
pun kadang membuat kepala ‘bertanduk’ lagi, Astaghfirullah... padahal itu
seni-nya berumah tangga ya kan? Sabar...sabar... *smile*
Memperbaiki Online Shop dan Bisnis
Crafting bersama Adik-adik. Ini sebenarnya pekerjaan sambilan yang
dilakukan sangat tidak fokus di tahun 2016. Olshop-ku
sekarang ibarat hanya menyediakan barang yang dicari oleh orang dari mulut ke
mulut. Semacam sebagai sarana untuk menjalin silaturrahim saja dengan
orang-orang yang kadang masih bertanya ‘Mba, masih jual clodi?’ atau ‘Ada gamis
Mba?’ dan sejenisnya.
Adik saya di Wonosobo sedang merintis bisnis crafting sejak tahun kemarin, tapi belum ada progresnya, terkendala
di marketing. Sebenarnya saya dan adik yang masih mahasiswa bertugas mengelola market online-nya tapi (lagi-lagi) belum bisa fokus. Apalagi Hp adik saya
rusak sehingga tidak bisa support.
Berharap sekali tahun 2017 nanti bisa memodali adik dengan smartphone yang mumpuni, minimal agar
bisa bisa lebih mudah membuka medsos untuk berjualan dan mencari referensi
kreasi paper quiiling, flanel atau bros pita-nya. Juga untuk mengambil foto
dengan hasil yang cukup, kamera resolusi minimal 5 MP gitu lah, bisa 8MP lebih
baik lagi. Aamiin.. sabar dulu ya Dik, doakan semoga lancar..
Selain itu, ingin sekali bisa
traveling lagi bareng suami dan si Kecil. Beberapa bulan terakhir nggak
pernah pergi-pergi, bosan di rumah terus. Minimal pergi ke beberapa destinasi
wisata sekitar Semarang dan Jateng dulu lah, kalau belum bisa ke tempat yang
jauh-jauh.
Mengenai blogging, ingin lebih
fokus ngeblog dan punya domain dot com untuk blog yang masih menggunakan domain
gratis. Inginnya paling tidak punya 2 blog Top Level Domain (TLD) yang
sama-sama aktif. Sekarang ini ada beberapa blog belum TLD tapi belum konsisten update setiap pekan nih, masih kalang
kabut kejar-kejaran dengan ‘pekerjaan emak’ yang seperti tak ada habisnya. Pokoke
dinikmati bae lah ya, keluarga tetap
nomor 1.
Lalu setelah tahun 2015 pecah telur tembus
media, malah tahun 2016 ini belum ada satu pun tulisan yang termuat. Iya sih,
kirimnya pun baru sekitar 3 kali, dan semuanya belum dimuat. Semoga tahun 2017
bisa memperbaiki dan bisa kirim ke media minimal sebulan sekali, harusnya tiap
pekan kirim (uhuk! Ini buatku sudah ideal banget, jadi coba konsisten dengan
sebulan sekali dulu) aamiin..
Sebelum punya bukus solo, pajang buku keroyokan dulu ;) |
Masih ada lagi?! Masih... terakhir adalah Menerbitkan Buku Solo dan Umroh. Sengaja menjadi impian yang paling
bontot karena saat ini belum ada gambaran real-nya.
‘penyakitnya’ masih sama, yaitu ada ide tapi belum dituntaskan, baru sebatas outline dengan draft seuprit.
Pernah mendapat tawaran untuk menerbitkan gratis di salah satu penerbit indie karena dulu pernah membantunya
mengadakan event menulis di dunia
maya. Tapi, belum menemukan yang pas untuk ditulis dan bukukan. Sempat mau
mengumpulkan cerpen yang sudah ada, tapi lagi-lagi merasa belum layak terbit.
Semoga semakin seringnya menulis di blog bisa berimbas pada kelihaian
menulis yang makin meningkat supaya makin pede
untuk menerbitkan buku. Eh, supaya draft
bukunya diterima oleh penerbit mayor. Aamiin..
Tentang Umroh, yang jelas sampai saat ini pun belum punya tabungan yang
memadai untuk biaya umroh. Maka saya hanya bisa ‘merayu’ Allah dengan do’a-do’a
karena Dia yang memiliki segala kekayaan.
Huaaaa! Ini saya nyerocos banyak banget, maafkan ya
Temans, semoga tidak bosan membacanya. Supaya makin banyak orang yang mendoakan
agar do’a dan mimpi itu diijabah Allah. Aamiin..
Kalau Kamu, apa mimpi-mimpimu?
Salam,
Tulisan ini diikutkan
dalam Hidayah-Art First Giveaway
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam
salam,
ara
Aku doain semoga selalu diberi kesabaran ya, Mbak. Tahulah ya maksudku. Wkwkwk
salam
nia
Semoga resolusinya tercapai semua maaa :)