Be a Good Blogger
Daftar Isi
Istilah blogger bodrex baru-baru ini menjadi viral. Tak ubahnya dengan
wartawan bodrex yang mengacu pada para kuli tinta yang bekerja tidak sesuai
dengan kode etik jurnalisme, blogger bodrex juga merujuk pada mereka yang
mengaku sebagai blogger namun tidak mengedepankan etika saat dirinya sedang
'bertugas' sebagai seorang blogger.
Tak bisa dipungkiri, kian hari blogger kian dilirik oleh brand maupun digital agency sebagai
pihak yang diajak bekerjasama untuk buzzing
suatu produk/brand. Blogger menulis review dan project lain dengan imbalan yang disesuaikan dengan kualitas
tulisan dan blogger tersebut.
Tak ada salahnya bukan? Sama halnya dengan mereka yang bertahan menjadi
blogger sebagai sarana untuk merefleksikan diri, untuk menulis apa saja yang
ada di benak mereka tanpa berharap mendapatkan materi.
Mau monetisasi blog atau tidak, itu pilihan masing-masing, terkait selera
seperti makan bubur diaduk atau tidak (saya tim nggak diaduk. Aduh ga penting)
Namun yang menjadi konsensus adalah setiap orang harus mengedepankan ATTITUDE dimanapun dan sebagai apapun
dia.
Ya, makin banyaknya blogger dengan bayaran tinggi untuk tulisan-tulisannya,
makin banyak pula orang yang ingin mengikuti jejaknya. Namun, terkadang yang
baru memulai ini tidak sabar dengan proses panjang yang harus dilalui untuk
bisa menjadi seperti blogger famous
tersebut.
Coba tanyakan kepada mereka, sejak kapan mulai menggeluti dunia blog?
Hampir dipastikan sudah lebih dari 5 bahkan belasan tahun lampau dan mereka
baru merasakan manfaatnya sekarang.
Lalu, bagaimana sih supaya menjadi blogger yang baik?
Beberapa hari kemarin saya melakukan survey
kecil-kecilan, saya membuat status di facebook meminta pendapat dari
teman-teman tentang seorang blogger yang baik.
Kesimpulannya, blogger yang baik itu yang RAJIN NULIS (UPDATE BLOG), TAAT
DEADLINE, KONTEN BLOGNYA BERMANFAAT DAN TIDAK ADA YANG 'JOROK', TIDAK COPY-PASTE, dll.
Yang paling saya soroti adalah tentang Taat deadline atau jika dibahasakan dengan lebih luas adalah
menjaga kepercayaan.
Saat blogger bekerjasama dengan brand/agency, maka ia wajib melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya sesuai dengan kesepakatan kecuali misalnya ada halangan
yang tidak terprediksi. Tentu, ia pun harus memgkomunikasikannya terhadap pihak
terkait.
Terlebih saat kita datang membawa nama komunitas yang kita ikuti. Salah-salah
pihak lain akan gebyah uyah atau men-generalisir bahwa semua anggota komunitas sikapnya seperti itu. Sudah
nama pribadi jelek, nama komunitas juga ikut tercoreng. Mahal sekali kan biaya
yang harus dibayar?
Well, saya pun merasa belum
menjadi blogger yang baik. Paling tidak saat menghadiri undangan sebagai
seorang blogger, semoga tidak alpa melakukan hal yang tak semestinya. Aamiin..
Oia, saya menulis ini sebagai renungan untuk saya sendiri sekaligus memenuhi
kewajiban Blogger Muslimah Siterhood di Komunitas Blogger Muslimah Indonesia dan kali ini Mba Ade Delina Putri yang mendapatkan slot.
Baca tulisan Mba Ade di sini yuk! Menjadi Blogger yang Bisa Dipercaya
Bloggersphere pun sekarang
dipenuhi dengan kaum perempuan baik ibu maupun yang masih lajang. Bisa jadi
karena jumlah perempuan yang memang lebih banyak dibanding laki-laki ya?
ilustrasi |
Lalu bagaimana dengan blogger yang
membawa anak dalam menghadiri sebuah event?
Bagi saya hal ini tidak masalah dengan
syarat-syarat tertentu. Beberapa kali saya mengikuti event dengan membawa si Kecil, lapi lama kelamaan saya sadar diri
karena si Kecil sangat aktif.
Inilah beberapa pertimbangan saya saat membawa si Kecil ikut serta dalam
acara blogger:
Pertama, si Kecil masih minum ASI
Dulu, saat anak saya masih nge-ASI, saya selalu membawanya kemana-mana. Untungnya,
anak itu masih mudah di-handle dengan
menggendongnya, sesekali berdiri dan disusui jika rewel. Lamanya acara juga
saya pertimbangkan agar si Kecil tidak bosan dan tidak rewel berlebihan
sehingga mengganggu sesama peserta.
Kebetulan dulu saya juga tidak memompa ASI, karena beberapa kali mencoba pumping hanya keluar ASI sedikit sekali.
Pilihannya hanya ada 2, saya datang dengan anak saya atau absen dari agenda
tersebut.
Kedua, atas Izin Panitia /Person in Charge (PIC)
Alasan kedua ini adalah pertimbangan yang paling penting. maka dulu setiap
ada undangan blogger saya selalu menanyakan “Boleh bawa anak nggak Mba/Mas?” jika
tidak ada keterangan mengenai boleh/tidaknya membawa buntut, eh anak.
Jika ternyata panitia mengizinkan, dan saya melihat masih memungkinkan
untuk membawa si Kecil, tentu saya tak segan untuk datang. Apalagi bagi saya,
bertemu dengan teman-teman blogger adalah kebahagiaan tak terkira. Iya, biasanya
kan saya hanya berkutat di rumah saja.
Ketiga, Ibu Lebih Memahami Anaknya
Seorang ibu lebih memahami anaknya dibanding yang lain. Apakah anaknya
tipe pendiam, aktif, mudah dikendalikan dll. Dulu saya sering iri dengan
beberapa mom blogger yang datang bersama anak tapi anaknya selalu anteng, tidak
berisik, dan kalaupun dia bertingkah malah lucu dan tidak mengganggu
sekelilingnya. Lama kelamaan saya menyadari bahwa setiap orang dan setiap anak
terlahir istimewa, tidak bisa disamakan. Artinya, jika anak saya aktif dan anak
orang lain diam, tidak ada yang perlu disalahkan atau dibenarkan (apasih).
Berhubung anak saya aktif dan jika dikekang malah semakin bertingkah,
maka saya memilih absen dari kegiatan jika tidak ada yang bisa menjaganya di
rumah.
Pernah saya datang ke seminar umum (bukan acara blogger) dan membawanya. Di
tempat acara dia lari kesana-kemari bersama teman sebayanya. Beberapa ibu
rupanya merasa terganggu meskipun yang lain banyak memaklumi.
“Digendong saja, Bu,” begitu kata salah seorang peserta yang merasa
terganggu.
Padahal sudah berkali-kali saya mencoba menggendongnya, tapi karena
teman-temannya masih berlarian di ruang seminar, dia pun inginnya ikut bermain.
Hasilnya saya digunjingkan peserta lain, tidak mendengar materi sepenuhnya, dan
yang lain pun terganggu (rugi berkali lipat deh! L
).
Sejak saat itu saya selalu sungkan membawa si Kecil apalagi beberapa kali
kejadian dia bosan bermain dengan temannya dan lari ke jalan raya membuat panik
semua orang (huhuhuhu).
Makanya saya senang sekali jika mendapat undangan event dengan catatan harus membawa anak dan mengajak keluarga
(hahaha. Event begini mah ga mesti
setahun sekali ada).
Semuanya kembali kepada prioritas dan pertimbangan masing-masing. Kalau saya
sih senang aja ada anak kecil yang dibawa ke acara, biasa buat mainan *eh
maksudnya pipinya ditowel-towel :D
Dan kita juga yang harus pandai-pandai melihat satu hal dari berbagai
sisi. Saat tidak berkesempatan menghadiri event blogger, artinya kita memiliki
waktu yang lebih banyak bersama anak-anak dan keluarga, ada waktu untuk
menulis, dan sebagainya.
Semoga bermanfaat ya Temans, mohon maaf jika ada salah *ketjup
Salam,
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam