Di mana Level SABAR mu?
Daftar Isi
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum, Temans.
Kali ini mau sedikit cerita tentang #KajianKamisSore yang baru saya ikuti
kemarin dan materinya ternyata tepat sekali. tepat menohok ulu hati saya
maksudnya. Apalagi kalau bukan tentang SABAR.
Duuh.. namanya emak-emak, eh saya maksudnya, sabar kaya jadi teori tanpa
bukti. Anak berulah sedikit stok sabar langsung turun drastis ke level minus
sekian sekian. Padahal sudah sejak bangun tidur meniatkan diri untuk meredam
emosi dan banyak tersenyum supaya makin cantik *eh.
Eladalah tapi pagi-pagi sudah
menjelang pukul 6 si Kecil belum mau dibangunkan, dibujuk-bujuk malah ngamuk
dan akhirnya mewek. Belum lagi drama diajak ke kamar mandi nggak mau, tapi
kalau sudah masuk kamar mandi keluarnya juga sesulit mengajaknya masuk. Sarapan,
nasi yang cuma seuprit diujung piring itu hanya dilirik sekejap dan asyik
melahap lauk sambil geleng-geleng “No no no sayur!” *brb cari resep kece lagi
buat sikecil* fyuuh... emak lega
setelah dia hepi dadah-dadah di sekolah, nyuruh emaknya pulang karena dia sudah
enjoy bareng teman-temannya. Baiklah... seneng kalau dia nyaman di sekolah.
Siang waktunya tidur ada saja ulahnya. Kasur lipat digulung
diseret-seret, naik ke motor parkir dan pindah ke motor sebelahnya, siang panas
terik inginnya main di luar, buka-tutup-aduk-aduk isi kulkas entah sehari
berapa kali, mainan remote TV, duuh... belum lagi kalau waktunya tidur malam,
jam 9 diajak masuk kamar adanya bolak-balik keluar masuk. Nahloh! Malah curhat panjang bener di sini! *maaaaapppp*
“Yah, di mana yang jual kapsul sabar?! Beliin dong!”
Dan dijawab dengan kalem, “Nggak jauh-jauh, minta aja sama Allah,”
*langsungdiem*
Etapi sabar yang dibahas di kajian kamis sore itu adalah tentang sabar
dalam hidup ya, bukan urusan sabarnya emak-emak ngadepin anak yang unik itu.
Menurut KBBI, sa.bar
a tahan menghadapi cobaan
(tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); tabah: ia menerima nasibnya dengan --; hidup ini
dihadapinya dengan --
a tenang; tidak tergesa-gesa;
tidak terburu nafsu: segala usahanya
dijalankannya dengan --
Ada 3 tingkatan sabar yaitu:
Sabar dalam ketaan
Sabar dalam menjauhi maksiat
Sabar dalam menghadapi takdir yang pahit
Dari ketiga tingkatan tersebut, yang paling berat adalah sabar dalam
ketaatan. Bagaimana tidak? seseorang yang berada dalam ketaatan maka ada beban
yang tersampir di pundaknya untuk menjalankan apa-apa yang ditaatinya itu. Meski
begitu, hati (dimana kecenderungan hati ada ke dua hal yaitu baik dan buruk)
seringkali membisikkan untuk cenderung
kepada hal yang buruk sehingga taat itu menjadi berat dijalani.
Dan sabar dalam ketaatan ini sejatinya termasuk di dalamnya sabar untuk
menjauhi maksiat dan sabar dalam menghadapi takdir hidup yang pahit.
Tentang menjauhi maksiat,terlebih saat aksesnya mudah dan celah-celahnya
terbuka gampang saja bagi orang untuk bermaksiat. Namun tidak bagi orang
beriman, ia akan bersabar untuk menjauhi maksiat meski berat.
Ingat kisah sahabat yang dijebak oleh seorang istri saudagar kaya raya dan
diajak berzina? Namun sahabat tersebut justru meminta izin ke belakang lalu
melumuri tubuhnya dengan kotoran sehingga membuat jijik si perempuan. Akhirnya berkat
pertolongan Allah dia pun bisa terlepas dari jeratan si perempuan. Bagaimana jika
yang terjadi sebaliknya, tidak ada setitik sabar dalam hati untuk menjauhi
maksiat? Niscaya akan lain ceritanya.
Sabar dalam menjalani ujian hidup yang berat rupanya berada pada level
paling bawah. Padahal kita orang awam mungkin pernah sampai pada titik di mana
merasa mejadi manusia paling menderita sedunia saking sulitnya hidup yang
dijalani.
Namun sebenarnya, bersyukur dalam kondisi lapang itu lebih berat
dibandingkan bersabar dalam kondisi sempit. Seperti kisah seekor monyet yang beradu
dengan angin. Si monyet menjawab tantangan angin dengan menaiki pohon dan ia
tidak akan jatuh meski angin mengganggunya. Digilas angin kencang ia berpegangan
erat pada dahan pohon, waspada. Lalu angin mengirimkan si topan, ia pun makin
erat menggenggam batang pohon. Datang angin puting beliung, monyet telah siap
dengan segala bentuk serangan angin. Namun begitu angin mengganggunya ‘hanya’
dengan tiupan pelan sepoi-sepoi, monyet merasa tak ada bahaya yang
mengincarnya, ia pun menikmati belaian angin dan akhirnya tertidur lalu
terjatuh.
Semoga kita bisa melewati semua ujian kesabaran yang dibebankan ke pundak
kita, sesuai dengan level dan kemampuan. Aamiin..
Semoga bermanfaat,
Salam,
#ODOP #BloggerMuslimahIndonesia
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam
Sabar (seharusnya) memang tidak ada batasnya ya kak..
Abi pernah bilang, belajar kehidupan itu, ujiannya mendadak, makanya harus selalu dibiasakan.. ^^