Laritza Donat & Macarons, Produk Rumahan Bercita Rasa Tinggi
Daftar Isi
Assalamu’alaikum, Temans. Siapa suka makan kue bulat bolong tengahnya
alias donat? Hampir tiap orang nggak bisa berpaling dari penganan manis ini.
Bentuknya yang menarik dan tampilannya yang beraneka warna semakin menggoda lidah
untuk segera menyantapnya.
Saya nih, termasuk salah satu pecinta makanan manis meskipun kalau
kebanyakan juga blenger jadinya. Ehm, bukan hanya makanan manis sih,
lebih tepatnya doyan makan *ups. Karena suka donat, saya sering membuat
sendiri dan penasaran dengan donat yang enak banget tapi saya belum berhasil
juga membuatnya. Iya, saya lebih sering membuat donat ekonomis terutama saat hati
sedang nggak karuan. Kalau sedang galau dan bermacam cara belum mempan ngobatin,
mukul-mukul adonan donat cukup bisa meredam panasnya hati *halah.
Berbeda dengan saya, ada seorang dokter yang berhasil membuat donat
rumahan yang rasanya tak kalah dengan merk ternama. Itu lho, merk yang kalau pas ngasih diskonan antrian pelanggannya bisa
sampai mengular panjang.
Bersyukur banget sewaktu di lingkungan RW tempat tinggal saya ibu-ibunya
bersemangat untuk membentuk KUBE (Kelompok Usaha Bersama) dan berlatih berbagai
macam keterampilan. Salah sau agenda rutin bulanan adalah sharing dari pengusaha yang sudah berhasil. Waktu itu kami
mengundang owner Laritza Donat & Macarons, dr.
Eko Setyowati untuk berbagi pengalaman dan memberikan suntikan semangat
untuk kami yang masih sangat pemula.
Ibu tiga anak yang berprofesi sebagai dokter ini mengaku mengawali usahanya
karena hobi dan jenuh di rumah. Saat sedang tidak ada jadwal praktik di klinik
tempatnya mengabdi, beliau menganggur sedangkan di rumahnya sudah ada asisten
rumah tangga (ART) yang meng-handle
pekerjaan rumah. Beliau pun mengutarakan keinginannya kepada suami. Suaminya
yang juga seorang dokter menyetujui dan mereka pun berkolaborasi untuk membuat
resep donat yang enak dan tahan beberapa hari. Beliau memilih donat karena suka
makan donat dan hobi mencoba berbagai resep.
Toko yang dirintis sejak Maret 2016 di Parang Kembang Raya Tlogosari |
Oktober 2015 beliau mulai menerima pesanan, promo hanya dari mulut ke
mulut. Proses pembuatan donat masih dilakukan manual dan mengandalkan sinar
matahari untuk mengembangkan adonan. Berkali-kali beliau mengalami kegagalan. Tak
hanya sekali-dua kali mendapat komplain dari pelanggan mulai dari pesanan yang
terlambat, rasa yang tidak sesuai, juga pembatalan sepihak yang beliau lakukan
karena ternyata adonan donatnya tidak bisa mengembang dan waktunya tak cukup
lagi untuk membuat adonan baru.
Berbagai pengalaman pahit itu tak membuatnya patah arang, justru makin bersemangat
untuk menciptakan resep baru khas Laritza dan sesuai dengan yang beliau
inginkan.
“Saya ingin sekali bisa membuat donat seperti JC*, yang empuk dengan topping bermacam-macam dan sampai
sekitar 3 hari pun teksturnya tak berubah menjadi keras, tapi tetap menjaga
tidak menggunakan pengawet,” ujar beliau di hadapan ibu-ibu anggota KUBE yang
antusias.
Tak berapa lama, tepatnya pada April 2016 beliau membuat gebrakan dengan
membuka toko yang diberi nama Laritza. Laritza diambil dari nama kedua anaknya,
Sahla dan Maritza. Memiliki gerai sendiri adalah bukti komitmennya terhadap
usaha yang telah dirintis bersama suaminya.
Lambat laun beliau mulai menambah peralatan yang sebagian merupakan
modifikasi dengan memesan ke pengrajin, seperti mixer berkapasitas besar yang
beliau pesan dari pengrajin aluminium di sekitar Barito, Semarang. Hal ini
semata-mata dilakukan agar bisa menekan biaya operasional sekaligus memiliki
alat yang awet dan tehan banting. Setelah memiliki alat yang memadai mulai dari
mixer, pengembang adonan, sampai oven dengan kapasitas besar, produksi donat
beliau semakin meningkat.
Kurang lebih setahun akhirnya beliau menemukan resep yang fix, setelah mencoba berbagai cara
dengan mengkombinasikan aneka bahan dan proses pembuatan. Resep inilah yang
kemudian dipakai seterusnya untuk produksi donat Laritza. Dengan bantuan alat,
kini beliau bisa membuat donat yang sama enaknya, tak tergantung lagi dengan
cuaca dan kondisi badan.
Anggota KUBE Lazata berfoto bersama dr. Eko |
Anggota KUBE pun pernah berkesempatan datang ke workshop alias dapur Laritza di kediaman dr.Eko. kami disambut dengan ramah oleh tuan rumah dan
berkesempatan mencoba resep beliau. Waktu itu kami belajar membuat donat dan roti
manis. Hm... menyenangkan sekali, dan ternyata buat pemula sekadar membentuk
bulatan untuk roti manis pun belum bisa serapi dr.Eko dan asistennya.
Dari sini kami juga paham bahwa salah satu ciri donat yang berkualitas
baik adalah ada tanda cincin di tengahnya. Tanda cincin ini muncul karena
proses penggorengan yang hanya sekali balik. Jadi, adonan donat yang sudah siap
dimasukkan ke dalam wajan dengan minyak yang panas, beberapa detik lalu balik,
tunggu lagi beberapa detik dan angkat. Praktis menggorengnya harus satu persatu
supaya tidak gosong dan tidak merusak tampilan.
Donat yang oke itu, yang ada tanda cincinnya |
Setelah puas melihat proses pembuatan donat dan roti manis, kami juga
mencicipi langsung dan masih dibekali untuk dibawa pulang. Waduh, jadi enak
deh.. donatnya memang lembut banget. Oia, kami juga belajar membubuhkan topping donat. Begini pun butuh ilmu dan
ketelatenan lho, terbukti donat yang kami kreasikan kebanyakan belepotan karena
tangan yang belum terampil. Nggak apa sih, rasanya tetap sama dengan yang ada
di toko Laritza.
Nah, ceritanya kemarin bumil pengen banget makan donat Laritza.
Sebelumnya memang belum pernah beli langsung ke tokonya, terakhir makan ya
waktu dibawain donat setelah ke workshop-nya
itu. Duh, kebayang-bayang terus empuk-manis-lumernya donat Laritza. Nggak
ngidam sih, cuma pengen aja. Hehehe.
Sudah nahan diri buat nggak kepengin makan yang manis-manis dan banyak
karbo, tapi akhirnya ke Laritza juga. Tak apalah, sekalian buat latihan foto
produk lagi karena sudah lama malas gelar properti foto. Makan dikit boleh kan?
*ngeles.
Rasa Matcha yang menggoda |
Sampai di Toko yang masih di wilayah Tlogosari itu, sedang ada beberapa
pelanggan yang antre. Saya gunakan kesempatan ini untuk berfoto-foto seperti
biasa. Nggak! nggak narsis ko! foto sekitar toko, bukan foto selfie.
Untuk donatnya, harga per box isi 10 Rp. 35.000. Kita juga bisa juga beli
satuan dengan harga @Rp. 4.000. Awalnya saya pengen beli beberapa aja tapi
karena tergoda dengan semua varian topping
cokelat dan taburannya jadi beli se-box deh. Topping-nya semua terbuat dari cokelat, ada rasa cokelat, teh
hijau/greentea/matcha, strawberry, vanilla, cappucino, Mango, dan Tiramisu. Pilihan
taburannya ada Oreo, Gula Halus, Meses, Sprinkle butir, Chocochip, Sprinkle
live dan kacang tanah. Hm... yummy
semua kan? Bingung memilih, saya pun minta semua rasa diacak supaya bisa
merasakan kesemuanya.
Sampai rumah, sebelum dimakan tentunya difoto dulu. Wkwkwkw. Banci foto
banget yak! Nggak sih, Cuma lagi belajar foto produk aja. Sayang banget kalau
ada makanan cantik warna-warni nggak dimanfaatin buat foto-foto. Dan begitu
sesi foto selesai, si kecil langsung menyerbu kotak donatnya lalu nyomot dan
nyomot lagi. Duh, dia makan 4 biji, Temans! Emaknya gigit jari karena ingin
makan semuanya tapi takut kebanyakan asupan gula. Hiks.
Saya paling suka yang cokelat, tiramisu, dan mango. Hm... toppingnya manis banget, jadi cocok buat
teman minum kopi hitam pahit atau teh pahit. Duhduh, mendadak pengen ngopi ditemani
Laritza lagi, nih! Teman-teman ada yang suka ngopi sambil nyemilin donat juga?
Segigit, mana cukup? |
Trus, nama Tokonya kan Laritza Donat & Macarons, jadi disini juga
jual kue manis dengan warna-warni menggoda itu. Kue yang terbuat dari tepung
almond itu konon awalnya berasal dari Italia namun lebih populer di Prancis.
Asli saya belum pernah merasakan macarons (bukan macaroon, yes! Itu kue yang terbuat dari bahan
berbeda), makanya kemarin ingin beli juga beberapa. Tapi rupanya sedang kosong karena Mr. Koki-nya baru sakit
dan masih dalam masa pemulihan. Semoga lekas sembuh dan produksi lagi sehingga
pelanggan Laritza Macarons bisa menikmatinya. Aamiin...
Ssttt! ini cocok juga buat oleh-oleh atau bingkisan lho..!
“Jangan ada kata malu, pesimis, su’udzon. Selalu berpikir positif bahwa
apapun usaha yang kita geluti pasti akan ada jalannya,” imbuh dr.Eko yang kini sibuk
melayani orderan hingga 500 box donat tiap bulannya.
Tak lupa, beliau pun mengingatkan untuk berhati-hati dengan modal usaha
yang digunakan. Sebisa mungkin berusaha untuk menghindari riba meskipun kita
tak bisa lepas dari lingkaran setan yang satu itu.
Sukses dan berkah selalu untuk dr.Eko dan suami dengan Laritza Donat
& macarons-nya. Semoga perjuangan di balik manis-empuk-meler-nya donat yang
dijual menjadi inspirasi untuk banyak orang.
Semoga bermanfaat,
Salam,
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam