5 Alasan Muslimah Harus Eksis di Dunia Maya
Daftar Isi
“Jika kamu mendidik seorang laki-laki,
sesungguhnya engkau hanya mendidik satu dari jutaan penduduk bumi. Tapi jika
kamu mendidik seorang perempuan, maka sesungguhnya engkau sedang mendidik
sebuah bangsa” (mantan Presiden Tanzania).
Semangat pagii!
Semoga quote ini menjadi
penyemangat untuk kaum hawa atau ibu yang mendapat nyinyiran karena anaknya
perempuan dan perempuan (lagi) bahwa di dalam islam, perempuan itu selalu
dimuliakan. Bahkan anak perempuan bisa membawa orangtuanya masuk ke surga. Dalam
sebuah hadits disebutkan:
Dari Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Siapa yang menafkahi
dua atau tiga anak perempuan atau saudara perempuan, hingga mereka menikah atau
sampai dia mati, maka aku dan dia seperti dua jari ini.” Beliau berisyarat
dengan dua jari: telunjuk dan jari tengah. (HR. Ahmad 12498 dan dishahihkan
Syuaib al-Arnauth).
Namun begitu, tantangan mendidik anak perempuan juga
berbeda dengan anak laki-laki. terlebih di era digital saat ini dengan segala
karakteristik dan kelebihan/kekurangannya. Tantangan mendidik anak menjadi
semakin besar. Hftt... beratnya menjadi ibu-ibu kekinian yang anaknya jauh
lebih canggih dibanding orangtuanya.
So, mengikuti perkembangan teknologi juga wajib bagi kaum perempuan agar
bisa mengimbangi anak-anaknya dan lingkungan sekitarnya. Muslimah eksis di
dunia maya, duh... ahsan ga sih? eits! Tunggu dulu, simak yuk alasannya mengapa
seorang muslimah harus eksis di dunia maya terutama di media sosial.
1. Update Informasi
Arus informasi yang deras dan sambung-menyambung seringkali membuat kita
apatis dengan informasi yang tersebar. Peran media yang cenderung memiliki
standar ganda juga membuat orang semakin jengah mengikuti berita yang
ditayangkan.
Saya sudah pusing dengan urusan
saya sendiri, kenapa masih harus ditambah ruwet dengan urusan orang-orang di
luar sana? Sebagian orang mungkin berpikir seperti ini. Meski ada benarnya
bahwa sesekali kita harus cuek dengan apa-apa yang tidak ada hubungannya dengan
kita, namun ada saat dimana kita harus peduli meskipun urusannya sangat jauh
dari kehidupan kita.
Untuk itulah sangat penting bagi kita untuk memilih dan membandingkan
setiap informasi yang masuk. Terlebih dahulu membandingkan informasi dari media
lain sebelum memberi komentar dan menyebarkannya. Bersikap dengan kepala dingin
dan tidak reaktif terhadap suatu informasi juga membuat kita lebih jeli dan
tidak mudah share sekenanya.
Seorang muslimah, terlebih seorang ibu sangat perlu untuk selalu
mengetahui info terbaru agar mengetahui apa yang sedang berkembang dan menjadi
pelajaran/kehati-hatian dalam keluarga. Misalnya marak kasus perundungan
terhadap anak, maka keluarga harus menjadi tempat yang nyaman dan orangtua
memberi pengarahan agar anak tidak menjadi pembully. Di sisi lain orangtua juga
menjadi pengayom saat si anak menjadi korban perundungan.
Update informasi bukan untuk menjadikan seorang perempuan menjadi
paranoid namun menjadi waspada dan untuk menambah wawasannya.
2. Upgrade Diri Sendiri
Sebelum menikah, terlebih dahulu seorang muslimah harus belajar tentang
pernikahan. Pun sebelum memiliki anak akan lebih baik jika rajin menggali
informasi seputar anak dan parenting. Meskipun pada kenyataannya sering jauh
panggang dari api, praktik tak semudah teori.
Memperkaya diri dengan kapasitas keilmuan yang didapat dari dunia maya
sangatlah penting. namun hati-hati untuk urusan agama harus ada guru yang
membimbing, tidak hanya mengambil apa yang tersedia di internet.
Upgrade diri dengan ilmu sesuai kapasitas/passion yang dimiliki sangat
bermanfaat bagi seorang muslimah. Misalnya yang memiliki hobi menjahit ia bisa
mendapatkan ide berbagai desain busana muslimah, yang menyukai dunia fotografi
bisa bergabung dalam komunitas fotografi di dunia maya, muslimah yang memiliki
hobi menulis bisa mengembangkan dirinya lewat lomba menulis atau blog yang
dikelola, dan sebagainya.
Saya selalu iri dengan muslimah yang pandai menjahit karena saya dulu
selalu malas belajar jahit (padahal keluarga besar saya sebagian besar adalah
penjahit andal). Setelah menikah baru merasakan betapa pentingnya keahlian yang
satu ini karena bisa menunjang perekonomian keluarga (baca: penghematan).
3. Berbagi Ilmu Bermanfaat
Memiliki banyak ilmu tapi hanya disimpan untuk diri sendiri itu sangat
rugi. Ilmu yang terbagi tidak akan mengurangi apa yang sudah dimiliki, justru
malah akan bertambah seiring pengetahuan baru yang masuk.
Berbagi ilmu tak harus dalam forum edukasi langsung, kita bisa
memanfaatkan media yang tersedia du dunia maya. Berbagai platform sangat
memudahkan untuk hal satu ini karena sangat user friendly. Sebutlah blog dengan
segala platform yang tersedia seperti blogger, wordpress, tumblr, dll. Melalui media
sosial seperti facebook, instagram, youtube, twitter dll pun bisa kita
manfaatkan untuk berbagi ilmu.
Membuat tutorial, sharing
materi kajian yang baru didapat, sharing
ilmu paranting dan ilmu praktis kerumahtanggaan, aneka tips dan trik sederhana,
dan berbagai macam hal yang bisa dibagi. Kelihatannya sepele, namun jika banyak
orang yang memanfaatkan bukankah kita juga terkena ‘cipratan’ pahala dari
manfaat tersebut?.
4. Berdaya dalam Finansial
Seorang perempuan tidak dilarang untuk memiliki penghasilan sendiri
selama tidak melupakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang ibu dan istri. Baik
yang bekerja di luar rumah maupun di dalam rumah semuanya bisa memanfaatkan dunia
maya sebagai sarana berdaya secara finansial.
Memiliki dan mengembangkan bisnis digital kreatif adalah peluang besar
yang harus diambil oleh para muslimah. Online shop, pengelola website,
programming, dll adalah hanya diantara sekian dari pekerjaan yang bisa diambil muslimah
dalam dunia digital. Lihat saja banyak desainer kondang yang karirnya melejit
karena media sosial, atau anak muda yang memiliki omset milyaran tiap bulan karena
bisnisnya yang memanfaatkan internet.
5. Mengajak dalam Kebaikan
Sampaikanlah walau satu ayat, begitu islam mengajarkan. Jadi ketika
seseorang berusaha untuk amar ma’ruf nahy
munkar namun orang-orang di sekelilingnya menanggapi dengan ‘jangan sok suci’ atau ‘sebelum ngajakin orang lain lihat dirimu
sendiri apakah sudah benar’ dan kalimat senada, anggaplah angin lalu atau
seperti anjing menggonggong kafilah berlalu.
Mengajak dalam kebaikan tidak ada syarat seseorang itu harus sempurna,
tentu jika ia seorang ulama maka ilmunya pasti sudah jauh lebih banyak
dibandingkan orang awam seperti saya namun mereka pun tak lepas dari kesalahan.
Ya, karena ulama juga manusia, bukan malaikat. Kita adalah da’i sebelum segala
sesuatu, begitu kata salah satu ulama.
Muslimah yang mengajak kebaikan dengan elegan, dengan cara yang cantik
dan tidak nyinyir tentu akan lebih disukai dan dituruti nesihatnya dibandingkan
mereka yang mengajak dengan cara yang kurang ahsan.
Kenapa harus mengajak di dunia maya? Karena sangat banyak orang yang
menggunakan internet dalam kehidupannya dan menghabiskan waktu di depan
smartphone atau komputer untuk berselancar di sana. Pengguna internet mulai
dari anak-anak hingga dewasa adalah mereka yang akan mendapatkan manfaatnya.
Jadi, tak ada salahnya seorang muslimah eksis di dunia maya. Karena eksisnya
bukan sekadar membagi swafoto-nya ke penduduk jagad maya tetapi eksis lewat
tulisannya, lewat curahan nasihatnya, lewat ilmu yang dibaginya, dll.
Yuk, manfaatkan internet sebaik-baiknya.
Semoga bermanfaat,
Salam,
Tulisan ini diikutkan dalam Postingan tematik Blogger Muslimah Indonesia
November 2017
#PostinganTematik
#PostemNovember
#BloggerMuslimahIndonesia
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam
Keren banget mbak.
Pemilihan katanya juga update, menunjukkan kualitas penulisnya.
Tata tulis postingannya rapi, nggak bikin sakit mata. Mantap deh!
Eh, kok malah oot ya komennya :).
Tapi saya setuju dengan point2 yang disampaikan.
Eksis di dunia maya bukan berarti hanya mengumbar foto selfie semata.
Banyak hal positif yang bisa kita bagikan dan dapatkan di sana.
Terima kasih sharenya mbak.
Menyampaikan sesuatu biasanya seseorang menggunakan gaya bahasanya sendiri yang belum tentu orang lain bisa menanggapi dengan baik. Mungkin gaya bahasanya memang formal dan seperti menggurui padahal maksudnya sih untuk perhatian karena mungkin ia mengganggap yang dinasehatinya adalah teman. Bahkan dengan bahasa santunpun kadang belum tentu nyampe ke yang diberi nasehat.
Legowo aja sih kalau menurut saya tiba-tiba ada yang kultum di kolom komentar sosmed.. mungkin maksudnya memang untuk kebaikan... :D
Ulasan yang komplit..terima kasih telah berbagi Mbak :)
Berdaya dalam hal keuangan ini kadang masih jadi PR besar. Masih beradaptasi dengan ritmenya. Semoga bisa nih! Aaaamin
Salam kenal,
Meykke Santoso