My First Flight to Bali by Garuda Indonesia
Daftar Isi
Apa kabar, Temans?
Lama sekali ya nggak nengokin blog ini. Ada yang kangen? ((uhukuhuk!!)) #KemudiandilemparinKamera.
Mau sharing seputar pengalaman pertama naik pesawat terbang sih, plisss jangan ketawa ya! Namanya pengalaman pertama biasanya berkesan.
Tapi sebelumnya mau curhat dulu 😜
Saya sedang sok sibuk banget sih, makanya sampai istana ini dianggurin lama-lama. Pengennya sih nggak nganggurin, tapi apa daya kesempatan buat nulisnya terbatas selama beberapa pekan terakhir. Ini juga nulis nunggu #DuoKurnia tidur dan si Ayah sedang dinas malam.
Kesibukan pertama sejak persiapan besanan mertua saya. Iyes adik ipar nikah sama gadis pujaan dari tetangga kabupaten Sebelah, Semarang coret Mranggen City, hehe. Dan sekarang mereka lagi hanimun ke Lombok! Huwaaa! Bagian ini saya envy sangat karena belum kesampaian juga berkunjung ke sana. Hihi.
Selamat bersenang-senang ya, Om dan Bulik-nya #DuoKurnia 😘
Terus, saya juga sibuk menyiapkan barang-barang yang mau dibawa pindahan nyusul suami ke Bali. Well, banyak barang yang sudah disiapkan tapi akhirnya nggak keangkut karena keterbatasan tenaga. Bagasi sih bisa 60kg, tapi siapa yang bakal handle semua bawaan kalau terlalu banyak? Padahal masih ada si Kakak aktif dan si Adik bayi yang masih ASIX.
Dua hari sebelum berangkat saya packing barang sambil baper terus-terusan. Keingat bapak dan ibu mertua yang pasti jadi kesepian ditinggal anak cucu, juga bapak mamak di kampung yang bakalan lebih lama ketemu anak cucu dibanding sebelumnya.
Trus mikirin di Bali bakal gimana, sekolah anak gimana, bakal rindu teman-teman lingkaran, kangen berat teman-teman komunitas, dan segala pikiran yang bikin makin baper.
Akhirnya malam sebelum berangkat, Mbah Kung-nya #DuoKurnia inisiatif untuk foto bareng. Sekalian saya bilang pakai aja seragam batik pas nikahan Om-nya Hasna trus foto ke studio foto biar hasilnya bagus. Sayang kan kalau sudah kompakan tapi hanya foto pakai HP. Heheh #modus
Setelah acara foto dan makan-makan saya pun lanjut packing lagi sampai insomnia. Nggak bisa tidur sampai pagi. Jadilah habis shalat subuh langsung nglempus, Salsa dimandikan jam 8.30! ((jangan ditiru 😜))
Makin siang rasanya makin degdegser karena artinya semakin dekat waktu keberangkatan.
Bismillah, jam 11an kami berangkat menuju bandara A. Yani Semarang. Sengaja berangkat awal supaya bisa check in lebih awal dan bisa milih kursi sederet yang tidak terlalu di belakang.
Semarang Sabtu siang rupanya cukup macet, untungnya pesan taksi si Burung biru pakai aplikasi pas ada promo diskon 30%. Hehe. Niatnya sih mau pesan taksi online saja tapi daripada gambling takut dapat mobil kecil dan bawaan nggak muat jadi pesan taksi argo.
Sampai bandara kami langsung check in. Bawa 2 koper, 2 travel bag, 2 backpack, 1 tas laptop, 1 tas Hasna, masih ditambah tas-tas kecil isi HP dan selimut Salsa cukup membuat kami terlihat sangat rempong. Si Ayah berperan jadi guide sekaligus porter. Hihi.
Iya Temans, alasan saya minta dijemput karena belum pernah naik pesawat. Padahal katanya sih di bandara A. Yani nggak se-riweuh di Ngurah Rai atau Soeta. Tapi tetap saja namanya belum pernah jadi kepikiran terus.
Setelah lolos dari petugas yang ngecekin tiket, giliran cek bawaan dan lewat detektor logam. Lagi-lagi si Ayah yang rempong angkat-angkat barang bawaan. Bunda mandu Hasna jalan supaya nggak lari kesana kemari. Si Kakak juga exciting banget melihat tas-tasnya jalan sendiri di konveyor.
Lanjut lewat detektor logam, si Petugas malah menyuruh kami bergegas dan tidak mengecek lagi. Mungkin karena emak-emak gendong bayi dan bawa balita, ya! Jadi nggak perlu dicurigai macem-macem. Mueheheh.
"Hayo, perhatikan. Nanti kalau suatu saat harus terbang sendiri sama anak-anak nggak bingung lagi, " kata si Ayah yang hanya kutanggapi dengan cengiran.
Iya sih, bener kata temanku kalau di Semarang tergolong sepi dan nggak antre terlalu lama.
Setelah itu kami check in ke counter Garuda Indonesia. Alhamdulillah nggak pakai antre juga. Tadinya si Ayah sudah nyiapin f.c KK karena bawa bayi, tapi rupanya yang dibutuhkan hanya KTP kami berdua. Nggak sampai lama urusan tiket dan bagasi beres kami keluar lagi untuk ngobrol-ngobrol dengan bapak dan ibu mertua sebelum terbang ke Bali.
Sambil ngobrol ngalor-ngidul kami bergantian shalat dhuhur di mushala bandara. Mushala yang ada di area luar terbilang kecil sih, jadi cukup antre yang mau shalat (tapi saya juga nggak sempat nyoba yang di dalam ding!).
Menjelang pukul 13.30 kami terpaksa harus masuk lagi menuju ruang tunggu. Mewek-mewek deh pamitan sama bapak dan ibu. Hiks. Bakalan kangen... Apalagi hampir 5 tahun ini saya ngikut mereka. 😭😭
Sebelum masuk ruang tunggu, harus melewati pemeriksaan tiket dan barang (lagi). Seperti sebelumnya, emak-emak langsung melenggang bersama balita. Hihi. Tapi laptop harus dicek dengan dinyalakan terlebih dahulu. Entah saya nggak mudeng tujuannya apa, nanti deh searching. Atau ada yang paham?
Memasuki ruang tunggu, si Bayi minta jatah. Saya pun meluncur ke ruang menyusui yang disediakan di dekat mushala dan kamar mandi wanita. Ruang menyusuinya agak sempit, ada 2 kursi, 1 wastafel, lemari sudut yang atasnya diberi alas untuk menidurkan bayi saat ganti popok, tempat sampah, dan apa lagi saya lupa. Interiornya cukup menarik buat anak-anak karena tempelan wall sticker aneka karakter. Tapi karena sempit jadi tidak muat banyak orang. Pintu tidak bisa dikunci dari dalam juga, jadi agak worry kalau sedang menyusui tiba-tiba ada yang masuk. Tambahan lagi AC-nya sedang mati, hanya ada kipas yang berisik. Lumayan lah, jadi berkurang panasnya.
Setelah selesai urusan menyusui dan ganti popok, saya kembali lagi ke ruang tunggu dan mendapati suami yang sedang ngubek-ubek tas.
"Sepatuku ketinggalan di depan. Tunggu dulu ya! Aku cari dulu sepatunya," katanya sambil bergegas keluar lagi.
Saya juga waswas, bagaimana kalau nggak ketemu? Itu satu-satunya sepatu yang dipunya dan besok pagi harus berangkat dinas pagi.
Alhamdulillah, lega rasanya saat melihatnya kembali sambil menenteng sandal. Artinya, sepatunya selamat 😊
Bergegas kami menuju ruang tunggu di depan gate 2 karena tak lama lagi pesawat akan diberangkatkan.
Benar saja, tak menunggu lama terdengar panggilan untuk penerbangan menuju Denpasar. Kami pun antre di depan gate.
Rupanya banyak banget penumpang yang akan menuju Denpasar.
Menuju tangga pesawat, saya grogi, Temans! Untung nggak sampai mules-mules. Hehe. Cukup tenang sih, karena tinggal mengekor suami sambil mengamati ini-itu.
Mengondisikan 2 Balita Sebelum dan Selama di dalam Pesawat
Membawa 2 balita, itu yang jadi PR berat dan membuat saya makin grogi menjelang perjalanan.
Berbagai informasi penting saya tanyakan kepada teman-teman yang sering membawa anaknya bepergian naik pesawat. Salah satunya tentang kondisi saat take off dan landing serta pengaruh tekanan di dalam kabin yang bisa membuat telinga anak-anak sakit.
Awalnya saya sudah survey earmuff untuk bekal perjalanan, namun banyak teman yang menyarankan menggunakan kapas sebagai penyumpal lubang telinga. Kapas berfungsi untuk mengurangi suara yang masuk ke telinga anak, juga agak tidak terlalu berdengung.
Lebih praktis dan ekonomis menggunakan kapas sih, apalagi Hasna biasanya tidak mau menggunakan aksesoris di kepala selain jilbab.
Selain itu, saya sounding terus menerus kepada si #DuoKurnia bahwa tak lama lagi akan bepergian naik pesawat. Ikuti kata Ayah-Bunda, dll.
Begitu duduk di kursi pesawat, si Kakak antusias melihat kesana kemari. Lagi-lagi saya jelaskan beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan di dalam pesawat.
Bismillah, terdengar peringatan pesawat akan take off tak lama setelah simulasi prosedur keamanan penumpang. Wajah si Kakak serius namun ingin tahu. Selama take off dia tegang namun menikmati perjalanan. Bahkan saking mau menjaga kapas di telinganya, dia tidak berani bergerak-gerak.
Si Bayi alhamdulillah aman, sepanjang perjalanan lebih banyak diam dan menyusui.
Oia, rupanya bayi juga dapat belt dan pelampung darurat khusus ya 😁
Saya sudah menyiapkan beberapa permainan dan snack agar si Kakak tidak bosan selama 80 menit di atas udara. P3K juga tak lupa kami sediakan di tas kecil jika sewaktu-waktu si Kakak mabuk udara.
Berhubung di Garuda Indonesia ada layanan snack and drink, bawaan jadi nggak tersentuh deh. Apalagi di layar yang tersedia di setiap kursi, dilengkapi dengan permainan edukasi anak. Jadilah Hasna asyik main mewarnai di sana.
Saat dia mulai bosan, kami alihkan perhatian ke luar jendela dengan mengamati awan, laut atau gunung yang kami lewati.
Alhamdulillah, perjalanan lancar, tak ada yang cranky. Hanya sedikit terkejut dengan goncangan saat landing, saat roda pesawat menyentuh tanah.
"Asyik ya Yah, naik pesawat! Dapat minum jus," kata si Kakak dalam perjalanan keluar dari bandara.
Dasar anak-anak! Dapat jus kesukaan di pesawat jadi alasan senang naiknya. Hihi.
Alhamdulillah, selamat sampai di Bali. Perjuangan selanjutnya telah menanti!
Semoga jika kelak pulang ke Jawa nggak naik Garuda, tetap bisa menikmati perjalanan ya, Anak-anak 😄
Jadi juga first flight naik GA, itung-itung 'bayar' hadiah ke Labuan Bajo yang gagal waktu itu. Ekekkeke. Ga ding! Becanda. Kali ini tujuan ke Bali bukan untuk wisata aja 😊
Mohon doanya ya Temans. Terimakasih sudah baca curhatan saya 😄
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam
Saya mah waktu pertama kali naik pesawat, bisanya Air Asia. Dibela2in udah stay di bandara 2 jam sebelum waktu check in supaya jangan sampai telat hehehe