Sweet Escape, Menanti Sunset di Pantai Batu Belig Bali
Daftar Isi
Dua pekan di Denpasar, rasanya sungguh terlaluh! Iya, terlalu panas dan crowded. Mulai pukul 10 siang hingga pukul 5 sore matahari panas menyengat.
Suasana di perumahan pun crowded karena anak-anak yang lalu-lalang berlarian dan suka teriak kencang. Hm.. Suasana yang bagi ibu rumah tangga dengan bayi sungguh bikin ambang stress semakin tipis.
Bagaimana tidak? Dalam kondisi panas di siang hari si Kecil terus-terusan minta ASI. Satu tangan menjaga badannya, tangan yang lain ngipasin supaya dia tidak terlalu kepanasan.
Belum lagi si Kakak yang sibuk bermain dengan teman-temannya dan hanya masuk rumah untuk membangunkan adiknya untuk kemudian 'kabur' main lagi.
Fyuuuh...! Setiap hari mendapati hal yang sama, Emak benar-benar butuh #vitaminSea.
Akhirnya pas si Ayah jatah Off, bener-bener nodong supaya main ke pantai, padahal mana tahu kami pantai daerah sini selain Sanur dan Kuta yang cukup jauh?
Hm.. Baiklah mari kita minta bantuan sama Embah paling baik sedunia. Dan si Mbah Gugel bilang ada pantai paling dekat dan paling mudah dijangkau. Jaraknya hanya sekitar 30 menit perjalanan normal.
Siap! Let see! Jalan bareng-bareng kalau nyasar tanggung bareng, kata suami saya sebelum berangkat.
Saya hanya ngikik, bismillah lanjut! Apalagi sudah terbayang aroma pantai. Bikin semangat, tentunya.
Sebenarnya si Ayah ogah-ogahan sih, karena anak pesisir sudah bosan pantai dan lagi khawatir banyak 'ranjau' di sepanjang pantai. Tapi demi nyenengin istri dan anak, mari kita lanjutkan! Wkwkwkwkkwk.
Sepanjang jalan, selain menikmati suasana pinggiran Denpasar kami juga mengamati setiap hal yang dijumpai. Maklum lah, pendatang baru jadi masih butuh orientasi dan adaptasi.
Tak lupa, GPS selalu terpantau terutama saat melewati persimpangan. Padahal sih dari rumah sudah persiapan dan yakin setelah melewati jalan ini belok ke sini lalu lurus sebelum berbelok sedikit masuk area pantai.
Tapi tetap saja di jalan merasa kurang yakin. Daripada nantinya malah tersesat jauh, yakan...
Kami juga sudah siap-siap GPS (Gunakan Penduduk Sekitar) kalau nantinya tersesat.
Denpasar sore hari selalu macet dan sibuk oleh lalu-lalang kendaraan dan aktivitas kedai makanan yang baru buka. Perjalanan yang harusnya kurang dari 30 menit harus ditempuh sedikit lebih lama karena macet di beberapa titik.
Sekitar 2 KM dari area pantai, suasana tempat wisata sudah sangat terasa. Sepanjang jalan berjejer kedai dan kafe, juga hotel, aneka oleh-oleh kerajinan khas Bali, spa, dll. Sampai di sini kami semakin yakin tidak salah jalan. Turis-turis asing pun mulai terlihat. Sebagian duduk-duduk di kafe, melilih cinderamata, ataupun bersepeda motor ke arah pantai.
200m dari pantai, berdiri hotel-hotel dan restoran yang disetting dengan nuansa romantis.
Menyewa payung dan kursi empuk? bisa! |
Sebenarnya area masuk pantai ini seperti tidak terawat terutama di area parkirnya. Selain itu, sepeda motor juga bisa diparkir di pinggiran jalan tepat di pinggir pantai.
Di sana, juga tersedia hotel dan resto yang menawarkan pemandangan pantai sembari menikmati hidangan.
Jika ingin menyewa kursi dan payung pun tersedia. Sayang sih saya tidak bertanya berapa harganya karena sudah lebih dulu heboh dengan banyaknya anjing yang berkeliaran di pantai. Padahal dimana-mana juga sering banyak anjing ya, suka lupa aja sih si Emak.
Saya juga nggak sempat ambil foto resto yang berada di pinggiran pantai, habis penuh sama bule-bule. hehe.
Saya juga nggak sempat ambil foto resto yang berada di pinggiran pantai, habis penuh sama bule-bule. hehe.
Begitu menyentuh pasir pantai, si Kakak langsung gembira ria dan meraup pasir dengan tangannya.
"Bunda! Kakak mau main pasir.. Ke sana!"
"Iya, boleh.. Nanti Bunda temani,"
Selanjutnya, antusias dia main-main pasir. Awalnya sambil jongkok dan pura-pura membuat istana pasir. Lama kelamaan benar-benar jogrok di pasir dengan wajah, tangan, baju, celana penuh pasir. Wkwkwkwkwk. Biarinlah, nggak tiap hari juga bisa main pasir pantai. Apalagi gratis ini. Hihi.
Saya sih cukup duduk di pinggir menikmati kesiur angin sambil gendong Salsa dan mengawasi Hasna.
Sesekali saya mendekati air untuk mengambil foto atau sekadar iseng. Kebetulan sedang malas juga mau beneran main air. Rempong pulangnya kalau sampai kami semua basah.
Saat ke tengah itu saya juga harus berlagak percaya diri dengan gamis-jilbab lebar-kaos kaki di tengah-tengah sebagian orang berbikini dan berpakaian minim lainnya. Sebagian turis memang tengah tanning dengan tiduran di pasir, sebagian lagi bermain air, atau bercanda di bawah payung.
Sepertinya pantai ini cukup popuper di kalangan wisatawan, terbukti dengan banyaknya hotel dan restoran di sekitarnya, banyaknya wisatawan, dan juga beberapa pasangan yang terlihat sibuk sedang melakukan sesi foto pre-wedding.
Semakin sore, air laut semakin pasang. Udara yang bertiup semakin kencang. Warna keemasan mulai muncul di ujung garis pantai. Saya semakin menikmati suasana sambil duduk di pasir. Hasna biarlah bermain dengan ayahnya.
Saat langit telah benar-benar berwarna emas,dan saya sudah puas memandangi dan mengabadikan ciptaanNya, barulah kami beranjak.
Sayang tidak tersedia toilet umum untuk sekadar membersihkan diri dan berganti pakaian. Jadilah si Kakak berbasah ria naik motor kembali ke rumah. Alhamdulillah tetap sehat dan dia pun riang karena telah menikmati bermain pasir.
Lain kali, kita jadwalkan explore Bali lagi ya! Semoga ada kesempatan (kesempatan waktu dan budget, hihi). Aamiin....
Oia, teman-teman yang ingin ke pantai Batu Belig, sebaiknya bawalah makanan-minuman sendiri. Ada minimarket di sekitar hotel di pinggir jalan menuju pantai, tapi pasti akan lebih lezat jika piknik membawa bekal sendiri. Jangan lupa tetap menjaga kebersihan area pantai, dan bawa kembali sampahmu jika tidak menemukan tempat sampah.
Semoga bermanfaat,
Salam,
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam