Jatuh Cinta pada Pesona Pasir Putih Pantai Pandawa Bali
Daftar Isi
Pantai, adalah tempat yang selalu membuatku nyaman. Entah sejak kapan saya tergila-gila dengan pantai. Mungkin sejak kecil karena tanah lahirku adalah gunung.
Pantai yang pertama kali kukunjungi adalah Pangandaran, saat study tour sekolah. Maklum, karena jauh dari pesisir jadi saya tidak pernah main ke pantai. Pantai terdekat ada di Kabupaten Purworejo dan Kulon Progo, namun untuk sekadar main ke pantai tanpa tujuan lain, tak akan pernah dilakukan. Berat ongkosnya, Kau tahu?
Saat suami mendapat pekerjaan di Bali dan berencana memboyong keluarga, saya langsung bersemangat. Yah, tetap saja ada rasa sedih terselip karena harus berjauhan dengan keluarga besar. Namun ini seperti jawaban dari Allah padaku yang sering sesumbar ingin traveling ke Indonesia bagian timur. Kenapa milih bagian Timur? Karena pesona pantainya tak pernah bisa kuabaikan. Sebenarnya di seluruh wilayah Indonesia pesona alamnya sangat menakjubkan tak terkecuali di wilayah bagian barat. Setuju?
Tetap saja, Bali-Lombok-Flores- Makassar dan sekitarnya menjadi kota impian untuk traveling.
"Bali! Wow!" Itu kata orang setiap mendengar saya sekarang tinggal di pulau ini.
Yayaya! Ini pulau ini merupakan destinasi wisata paling dicari oleh turis lokal dan mancanegara. Namun bukan berarti saya juga bisa traveling setiap saat. Mahal, Temans..! Hihi. Yeah, apalagi jika harus menyesuaikan dengan jadwal suami dan sekolah anak. Akhirnya, belum bisa juga mengagendakan setiap bulan mengunjungi 1 tempat wisata.
Paling banter kami pergi ke pantai terdekat yang murah meriah, hanya berbekal makanan/minuman, alas duduk, mainan untuk anak, dan bensin untuk bermotor ria menuju lokasi.
Salah satu pantai yang sangat kusuka adalah pantai Pandawa. Pertama kali melihat pantai indah ini justru saat menonton film 'Untuk Angeline' film yang didedikasikan kepada mendiang Angeline yang mendapat perlakuan buruk dari orangtua angkatnya hingga meninggal. Beberapa scene film ini diambil di pantai Pandawa.
Setelah itu, beberapa kali melihat artis/selebgram yang memamerkan foto prewed atau pose terbaiknya di tengah jalan dengan sisi jalan berupa tebing tinggi. Mengingatkanku pada tol Semarang-Bawen yang membelah bukit. Tentu, saya makin penasaran dengan pantai ini.
"Wah, jauh tuh kalau dari sini," kata suami saya saat kubilang ingin main ke Pantai Pandawa.
"Yaudah lain kali aja kalo gitu," jawabku sedikit kecewa.
Pilihan jalan-jalan pun jatuh ke pantai terdekat, Pantai Batu Belig atau Batu Bolong.
Tak terkira senangnya ketika kesempatan untuk ke pantai Pandawa datang juga. Apalagi jika bukan nemenin bapak dan ibu mertua saat beliau nengok cucu ke Bali.
Yeeaaay! setelah kulineran seafood di Kedonganan, kami pun meluncur ke Pandawa.
Masih dengan memanfaatkan jasa taksi online, saya memesan taksi agak jauh dari pasar ikan. Masih di lokasi jalan Kedonganan, di depan salah satu resort karena kebetulan harus ke ATM terlebih dahulu, dan ada ATM di resort tersebut.
Setelah mendapatkan driver, saya ditelpon dan ditanya 'apakah ada transportasi lokal di sekitar situ' saya jawab tidak ada karena saya pikir mobil-mobil yang terparkir di sekitar resort adalah mobil pengunjung atau pengelola.
Hanya berselang beberapa menit setelah driver menelpon, sesorang bapak setengah baya menghampiri.
"Mau ke mana, Bu?"
"Menunggu pesanan taksi, Pak. Mau ke Pandawa."
"Oh, sudah dapat taksinya?" kata beliau menelisik curiga.
"Sudah, Pak."
"Jadi saya telat, nih..."
"Oh, maaf Pak, saya tidak tahu..."
"Ya, Dak apa-apa. Saya terlambat menawarkan."
"Iya Pak, terimakasih."
Duh, awalnya saya teramat takut jika sampai si Bapak marah dan berakibat buruk untuk driver taksol (taksi online) yang saya pesan. Saya mendengar beberapa kali kejadian driver taksol yang dikeroyok oleh driver kendaraan setempat. Saya bisa bernapas lega setelah di bapak berlalu dan membiarkan kami berdiri di pinggir jalan menunggu taksi.
Sepanjang perjalanan dari Kedonganan menuju Pandawa, kami disuguhi pemandangan alam yang indah, meski sebagian besar gersang. Bukan pantai, karena ini adalah wilayah bukit. Oia, kami juga melewati kampus II Universitas Udayana di seputaran Jimbaran.
Jika diibaratkan perjalanan ke Pandawa seperti di Jawa, maka tak ubahnya seperti perjalanan menuju Gunung Kidul. Melalui jalanan naik/turun dan sesekali berkelok, lalu di akhir perjalanan kita akan menemukan pantai yang sangat menakjubkan.
Memasuki area pantai Pandawa, ada loket tiket masuk berdiri kokoh di tengah jalan. Harga tiket masuknya cukup murah, 8 ribu/ orang dewasa, anak-anak tidak dihitung waktu itu. Kami membayar tiket masuk dan biaya parkir untuk kendaraan roda 4 sebesar 5 ribu rupiah. Cukup murah kan? Kalau untuk bis, saya tidak sempat melihat daftar biaya masuk dan parkirnya, entah tertera di loket atau tidak.
Semakin mendekati pantai, jalan yang dilewati adalah jalan aspal di tengah belahan bukit. Wow sekali ya manusia, apapun bisa dilakukan.
Jalan masih mendatar hingga di gardu pandang dan landmark 'Pandawa' yang fenomenal itu. Driver menawari kami turun di sana, tapi melihat kondisi, saya minta turun sampai ke pantai.
Pilihan kami tidak salah, karena jika berhenti di gardu pandang, kami akan kesulitan untuk turun karena jaraknya cukup jauh.
Sampai di area parkir, saya tertegun mendapati deretan bis 'Barito' memenuhi sebagian besar area parkir.
"Lah, ke Pandawa ketemunya orang Jawa semua," batin saya.
Bagaimana tidak? Bis Barito itu 'kandangnya' ada di Wonosobo, karena pemiliknya orang Kertek, Wonosobo. Setiap perjalanan pulang/pergi Semarang-Wonosobo kami pasti melewati garasinya.
Rupanya kami salah timing, Temans! Kami ke Pandawa hari itu bersamaan dengan liburan sekolah dan banyak sekali sekolah di Jawa yang study tour ke Bali.
Seperti apa suasana pantai Pandawa? Seperti pasar! Wkwkwkwk. Pantas selama perjalanan dari kos ke Kedonganan dan ke Pandawa berkali-kali melihat bis bertuliskan wisata dari daerah Jawa.
"Panas timen ya!"
Sekonyong-konyong saya mendengar percakapan dalam bahasa Jawa ngapak. Sontak saya pun berpandangan dengan suami lalu tergelak bersama.
Usut punya usut, mereka rombongan dari salah satu SMK di Tegal dengan rombongan sejumlah 700-an orang. Wow! Pantaslah banyak sekali bis Barito yang berbaris rapi di sana.
Perhatikan titik-titik hitam itu, Ramainya seperti suasana konser band favorit |
Matahari masih sangat panas meski sudah pukul 15 lebih. Bapak mertua memutuskan untuk sewa kursi dan payung dengan biaya 50rb/jam. Dengan dua kursi panjang dan payung besar, kami bisa cukup aman dari sengatan matahari, terutama untuk baby Salsa.
Ke pantai seindah ini tidak main air?! Rugiii! Tapi saya tidak merasa rugi karena saya harus menjaga si Kecil. Hasna dan si Ayah langsung menghambur ke bibir pantai untuk bermain pasir dan ombak yang sampai ke pinggiran.
Tak lama mereka bosan dan hanya duduk-duduk di kursi menikmati pemandangan. Hm.. Kalau bawa anak ke sini agak hati-hati sih karena banyak bule yang berjemur juga.
Sebenarnya ada beberapa spot foto di Pandawa, namun saya malas berjalan-jalan di panas terik. Alasan lainnya tentu malas antre di spot foto karena pengunjung sangat ramai.
Setelah puas, kami beranjak naik dan menuju mushalah sebelum melanjutkan perjalanan pulang.
Setelah beres shalat dan bersih-bersih Hasna, saya pesan taksi online lagi. Sayang, sinyal sangat sulit terjangkau di sekitar pantai, padahal posisi HP pun lowbat. Untunglah saya tak ketinggalan membawa powerbank.
Berkali-kali tak bisa membuka aplikasi, kami meminta izin kepada bapak/ibu mertua untuk mencoba ke gardu pandang. Saya kembali mencoba pesan taksi sembari suami bolak-balik antar/jemput bapak dan ibu.
Rupanya di gardu pandang pun tak lebih baik daripada di area parkir bawah. Maka setelah sejenak berfoto di depan landmark, saya ke luar lokasi dengan diantar suami.
Sinyal baru didapat setelah sampai di pos pecalang (kantor polisi) desa terdekat. Saya mencoba membuka aplikasi dan suami kembali antar/jemput bapak&ibu.
Alhamdulillah.. Akhirnya dapat driver menjelang pukul 6 sore. Rasanya seperti dapat harta karun.
Sepanjang perjalanan, kami mengobrol santai dengan driver yang katanya berasal dari Purwokerto itu. Kata si Bapak, Pantai Pandawa dulunya menjadi idola turis asing. Namun karena semakin ramai oleh turis lokal, banyak turis asing yang mulai meninggalkan Pandawa dan beralih ke pantai sekitarnya yang masih sepi. Hm.. Kurang lebih seperti 'nasib' Pantai Dreamland deh.
Nah, teman-teman pengen ke pantai Pandawa juga? Perhatikan beberapa hal berikut ya,
1. Timing yang Tepat, hindari saat peak season terlebih saat musim study tour. Kecuali Temans memang bagian dari yang study tour yak!
Lagian biasanya harga tiket pesawat lebih murah saat bukan peak season kan? Yah.. Asal punya waktu aja sih 🙊
Arrange waktu yang tepat sehingga bisa menikmati setiap sudut pantai Pandawa dengan tenang.
2. Jika menggunakan kendaraan umum, pastikan jangan kemalaman.
Menggunakan jasa ojek/taksi online memang menjadi alternatif yang cukup membantu karena fleksibel dan lebih ekonomis. Namun letak pantai Pandawa yang cukup jauh dari pusat keramaian/permukiman penduduk membuat driver merasa berat untuk menuju ke sana. Selain itu, sinyal juga sangat susah tersambung ke gawai. Entah karena letaknya yang di balik bukit atau bagaimana saya kurang paham.
Saya pernah mendengar cerita dari driver taksol, salah satu pelanggannya pernah terjebak di Pandawa hingga diantarkan oleh Pecalang/polisi sampai pos polisi terdekat. Sampai di kantor polisi, barulah orang tersebut bisa memesan taksol. Nasibnya mirip saya, ya. Bedanya saya ada cadangan pakai motor 😄
Solusinya jika ingin menggunakan jasa taksol adalah membayar waktu tunggu driver yang rata-rata 50 ribu/jam. Ada juga driver yang mau menjemput sampai Pandawa namun minta mark-up pembayaran untuk menutup biaya bensin menuju Pandawa. Tapi opsi terakhir ini sanget berisiko ya, Temans. Sangat jarang driver yang mau menjemput.
3. Bawalah alas duduk seperti tikar waterproof. Jika perlu, bawa makanan dan piknik di pinggir pantai. Kalau tidak mau repot, bisa sewa kursi dan payung seharga 50ribu/jam. Lumayan murah sih kalau untuk sekeluarga saja.
Sewa atau bawa sendiri? Sesuaikan dengan kondisi |
4. Jika bawa anak-anak, pastikan membawa 'alat perang' mainan anak agar tidak bosan bermain pasir.
5. Ombak di pantai Pandawa rata-rata sama dengan ombak di pantai-pantai di Pulau Bali, cocok untuk surfing dan aneka permainan air lainnya. Meski tak tersedia permaianan sebanyak Tanjung Benoa, kita bisa menyewa perahu dayung. Asyik kan?
6. Pastikan ada sunscreen aluas tabir surya di dalam tas karena panas sangat menyengat.
7. Tentang timing lagi, hindari saat gelombang laut tinggi. Belum lama ini kami sekeluarga nekat ke pantai saat gelombang laut masih tinggi. Masih bisa main pasir di pinggiran sih, tapi tidak bisa leluasa bermain air. Terlebih angin lebih kencang dari hari biasanya.
Anak-anak asyik main pasir di Batubelig |
Bagi yang pernah ke pantai Pandawa pasti tahu bagaimana pantai itu menggoda memesona. Pasir putihnya yang bersih dengan butiran seperti ketumbar, warna air lautnya yang biru kehijauan, ombak yang menyapu bibir pantai dengan busa-busa putih diantara biru-hijaunya air laut, semuanya membuat rindu untuk datang dan datang lagi.
Satu hal yang saya kurang suka hanya banyak turis berjemur, dan saya harus menjelaskan banyak hal ke anak-anak.
Well, Bali selalu punya cerita manis untuk dikenang. Semoga saya pun dikasih kesempatan menjelajah ke berbagai tempat selama masih tinggal di pulau Dewata. Ke mana lagi kita? Bedugul, Tanah Lot, Karangasem, Nusa Penida, Bali Zoo, Bali Bird Park, Bali Safari, Bangli, dan sederet tempat lainnya. Semoga. Aamiin..
Semoga bermanfaat, Temans.
Salam,
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam