Kenangan Merancang Pernikahan dengan Budget Minim
Daftar Isi
Kenangan Merancang Pernikahan Sederhana dengan Low Budget
“Saya mau
jujur, nih. Waktu saya kirim proposal menikah, di biodata saya tuliskan
penghasilan saya sekian. Tapi, saat ini saya sedang collaps, usaha saya
bangkrut. Bagaimana? Nikahnya mau dipending, dibatalkan, atau lanjut? Silakan dipertimbangkan
matang-matang.”
Kuhela
napas panjang begitu sambungan telepon darinya usai. Seperti sarannya, aku
kembali meminta petunjuk lewat sujud-sujud istikharahku. Tak lupa berdiskusi
dengan bapak dan mamak, sebagai orangtua yang tentu telah makan asam garam
pernikahan.
“Bismillah,
Allah maha kaya yang akan memberi rezeki kepada setiap hamba-Nya. Ingat janji
Allah bahwa Dia akan menjadikan kaya seorang pemuda miskin yang menikah. Asal
kalian mau terus berusaha dan bersabar, akan sulit di awal tentunya.”
Bapak memberikan
wejangan yang membuatku makin mantap untuk melanjutkan pernikahan dengan segala
konsekuensinya. Hanya dalam waktu kurang lebih sebulan kami menyiapkan
segalanya.
Undangan Penuh Kenangan
Kami ingin
pernikahan kami diadakan dengan sederhana dan low budget. Jika perlu kami hanya akan mengundang keluarga besar
dan sahabat saja.
Rancangan
perhelatan nikah telah kukirimkan lewat email, mulai dari hal-hal yang
kuinginkan sampai alternatif yang bisa diambil. Kami rancang semuanya dengan
berbagai pertimbangan supaya anggaran bisa seminimal mungkin.
Sejatinya
kami tidak menyebar banyak undangan karena keluarga besar pun sudah cukup
banyak. Untuk keluarga besar memang tidak berlaku undangan, karena perwakilan
keluarga langsung mendatangi sekaligus silaturrahim dan memohon doa restu.
‘Kalau
begitu, undangan cetak sendiri saja, beli blangko undangan nanti saya buatkan
desain isinya.’ Tulisnya di email, menjawab beberapa opsi yang kutulis.
Aku pun
segera berburu blangko undangan murah yang cukup elegan dan mudah untuk dicetak
dengan printer biasa. Kuukur presisi undangan itu agar dia bisa membuatkan
desain. Setelahnya kucetak sendiri dengan printer pinjaman. Jangan kira proses
mencetak itu selancar menggunakan kertas biasa. Aku harus merelakan beberapa
lembar blangko yang rusak karena salah mencetak. Belum lagi printer ngadat, warna belepotan, listrik mati,
dll.
Alhamdulillah,
undangan tak seberapa itu akhirnya bisa selesai tepat waktu dan disebarkan
kepada sahabat dan keluarga jauh.
Mahar dan Seserahan Sepenuh Perjuangan
“Pernikahan yang paling besar keberkahannya
ialah yang paling mudah maharnya.” (HR. Ahmad).
Saat
ditanya minta mahar apa, aku teringat sebuah hadits Rasulullah. Maka aku hanya
meminta mahar emas dan menyerahkan padanya sesuai kadar kemampuan dirinya. Oh ya,
aku juga meminta tambahan seperangkat alat salat dan Alquran.
“Buat seserahan,
pasti nggak mau kan kalau dusuruh datang ke Semarang dan belanja di sini? Kalau
kukasih mentahannya gimana? Belanja sendiri sesuai kebutuhan seserahan apa
aja.” katanya di telepon sewaktu kami membahas acara pernikahan.
“Ya, aku
belanja sendiri. Tapi untuk mahar tolong belikan ya,”
“Maharnya
seperangkat alat salat, Alquran ‘Miracle The Refference’, sama cincin kan?”
tanyanya memastikan.
"Iya,"
"Kalau
cincin beli sendiri gimana? Biar pas di jari,"
"Hm..
Yadeh nanti aku beli sendiri."
"Oke.
Semoga lancar semuanya."
Lalu dia
menutup sambungan telepon setelah mengucap salam.
Bagi orang
lain, mungkin tidak lucu harus membeli semuanya sendiri. Tapi bagiku, inilah
cara agar isi seserahan bisa sesuai denganku, tidak merepotkannya memilih
perintilannya, dan yang jelas menjaga interaksi kami. Kami sadar, jika aku
harus ke Semarang, belum tentu ada yang bisa menemani belanja. Pun, kami ingin
semua proses ini tertutup. Diam tapi mengejutkan banyak orang saat undangan
kami launching.
Aku kembali
ngubek-ubek pasar Wonosobo mencari barang-barang yang pas untuk isi seserahan,
ditemani sepupu dan teman seperjuangan.
Masalah
kembali muncul, siapa yang akan memolesnya menjadi hantaran cantik? Tanya
sana-sini, biaya jasa membuat hantaran berkisar mulai Rp.25.000 belum termasuk
bahan-bahan pelengkapnya. Kenapa tidak buat sendiri saja? Tiba-tiba pikiran ini
muncul, hanya bermodal ‘kadang membuat parcel buah saat di kampus’. Bismillah,
setelah browsing dan melihat-lihat
hantaran di toko sebagai referensi, akhirnya selesai juga semua hantaran itu
kubuat. Terimakasih banyak sahabat 'lingkaran cinta' yang juga membantuku.
Gaun dan Hijab Syari Tutupi Diri
Aku pernah
mendambakan saat menikah kelak, akan membuat desain gaun nikah syari sendiri.
Urusan menjahit akan kuserahkan pada Pakde/Bude dan kakak sepupuku yang
penjahit andal. Namun kenyataan tak seindah impian. Alih-alih membuat gaun
nikah dengan biaya mahal, lebih baik menyewa sekaligus di salon tempat rias
pengantin.
Beruntung,
saat itu ada seorang kenalan yang memiliki salon muslimah. Aku mengenal beliau
dan sering bertemu dalam berbagai kesempatan.
Kuutarakan
keinginanku untuk menggunakan jasa rias beliau dengan konsep pernikahan low
budget. Alhamdulillah.. Sungguh
pertolongan Allah itu dekat. Dengan hangat beliau menyambut dan mendukung
meskipun dengan biaya minim. Beberapa hal 'digoyang' dan 'dipangkas' agar
dekorasi dan resepsi sederhana bisa tetap apik tanpa mengeluarkan dana
berlebih. Bahkan beliau meminjamkan beberapa barang yang kubutuhkan tanpa
meminta tambahan biaya. MasyaAllah... Semoga usaha beliau makin sukses dan
banyak memberi manfaat.
Hari itu
untuk pertamakalinya wajahku dirias tebal. Satu hal yang sangat kusayangkan,
karena kondisi wajah tengah berjerawat beliau pun memoleskan make up sedikit lebih tebal dari
keinginanku supaya jerawat tersamarkan. Selainnya, sungguh ku sangat
berterimakasih kepada beliau yang merancang hijab untuk akad dan resepsi sesuai
dengan keinginanku. Pun dengan syarat tanpa kerok alis dan bulu mata palsu yang
kuajukan.
Pagi
hingga sorenya aku menjadi ratu sehari, mengenakan busana nikah berupa gamis
dengan tambahan outer berbahan tile.
Sederhana, dan mungkin untuk pertamakalinya aku tampak anggun.
Souvenir Tak Harus dieliminir
Bagiku,
mendapat souvenir saat menghadiri
undangan pernikahan adalah kebahagiaan tersendiri. Terlebih jika buah tangan
yang didapat sangat bermanfaat.
Aku pernah
merancang jika menikah, akan memberikan souvenir
barang-barang yang sangat bermanfaat dan ramah lingkungan. Diantaranya bibit
pohon, benih sayuran untuk hidroponik, kaktus, atau foldable bag serbaguna
yang bisa digantung di tas atau masuk kantong baju/jaket supaya bisa digunakan
sewaktu-waktu untuk program diet kantong plastik.
Namun
dengan berbagai pertimbangan termasuk dana, pilihan untuk membuat sendiri souvenir pernikahan pun diambil. Saya
memiliki 2 adik perempuan yang sangat telaten membuat membuat aneka
pernak-pernik seperti bros, pigura, gantungan kunci, dll.
Kami juga
pernah memiliki impian bersama mempunyai workshop
craft. Jika sebelumnya kami hanya menjual pernak-pernik dalam jumlah
terbatas dan dijual dari mulut ke mulut, maka souvenir nikah ini akan menjadi 'launching'
produk kami. Bernama 'D'Sister's Craft'. Anggaplah semacam promosi.
Kami
memanfaatkan kain perca dari pakde dan bude yang menjadi penjahit. Kain-kain
itu kami gunting, lipat dan susun sedemikian rupa sehingga menjadi bros cantik.
Kanzashi namanya, yang tahun itu sedang menjadi tren aksesoris perempuan.
Selain itu, aku juga membeli kain flanel untuk dijadikan kreasi gantungan kunci
karena stok perca yang kurang mencukupi. Satu-persatu pernak-pernik itu kami
buat di sela urusan pekerjaanku, juga kuliah adik-adikku. Meski sangat
sederhana, souvenir kecil itu dibuat sepenuh dedikasi dan cinta.
Menikah Sarat Barakah
Pagi yang
dingin, Penghulu telah siap di panggung tempat akad nikah akan berlangsung.
Petugas KUA yang mendampingi penghulu telah bersiap dengan berkas-bekas.
Lagu-lagu pernikahan terlantun dari pengeras suara. Dia pun telah datang
bersama keluarganya sejak pukul 6 pagi, membelah dinginnya Wonosobo.
Aku
menunggu dengan gundah, waktu seolah berhenti bergerak. Detik demi detik terasa
amat lambat. Tetamu telah memadati kursi yang disediakan, dadaku makin
bergemuruh begitu kulihat sekeliling.
Penghulu
mulai mengecek data calon suami dan istri, tak ada pilihan lain selain aku
harus duduk di majlis ijab kabul. Kulihat bapak tak bisa menyembunyikan
kegugupan di wajahnya. Beliau seperti tengah memikul beban berat, gundah karena
sebentar lagi akan menyerahkan tanggung jawab anak perempuan pertamanya kepada
laki-laki lain. Laki-laki yang belum lama dikenalnya.
Bapak akan
menikahkanku dengan laki-laki itu, sendiri tanpa mewakilkan. Ucapan ijab dan
kabul dalam Bahasa Arab telah disiapkan. Bapak membaca taawuz, basmallah,
syahadat, lalu mengucapkan ijab yang disambut dengan ucapan kabul darinya. Aku
kembali gugup, khawatir jika dia lupa karena grogi.
MasyaAllah,
rupanya dalam sekali tarikan napas dia mengucapkan lafaz kabul dan disambut
dengan ucapan 'sah' dari dari saksi dan tetamu. Gemuruh tahmid memenuhi majlis.
Penghulu
melantunkan doa pernikahan. Kesiur angin membuat bulu kudukku berdiri, lalu
lembut membelai, mengirimkan bahagia. Seolah malaikat dan semesta ikut
melangitkan doa dan harapan suci.
Bismillah,
perjanjian suci di hadap-Nya telah tercipta, sepasang anak manusia meniti
perjalanan ibadah setengah agama. Semoga keberkahan melingkupi selamanya.
Ketika Harus Memilih antara Gedung atau Rumah
Bagi orang
desa sepertiku, menikah di rumah bukanlah perkara yang sulit. Halaman rumah
bapak cukup luas untuk kami jadikan sebagai tempat acara. Jika tak cukup, kami
bisa meminjam halaman rumah tetangga yang tak berbatas. Bahagianya menjadi
orang desa. Jika halaman tak memungkinkan, bisa menggunakan gedung serbaguna
desa dengan biaya terjangkau. Berbeda lagi dengan orang berduit, mereka bisa
menyewa aula pertemuan salah satu universitas yang masih di kecamatan kami,
hanya sekitar 3 KM dari desaku.
Gedung atau
rumah? Pertanyaan ini menjadi pertimbangan berat bagi yang akan menikah. Di rumah
tentunya akan lebih murah namun harus memikirkan segala kerepotan dan
konsekuensi yang ada. Jika di gedung, biaya menjadi jauh lebih besar namun lebih
praktis karena tamu pun hanya datang di waktu yang telah ditentukan.
Jadi,
harus memilih di gedung atau rumah? Kembali ke kebutuhan masing-masing dan anggaran
yang tersedia. Jika dana tersedia, tentu tak perlun dipusingkan lagi dengan hal
ini. namun jika tidak, pikirkan matang-matang karena kehidupan setelah pernikahan
itu lebih penting daripada memaksakan pesta pernikahan meriah.
Ilustrasi:Grand Galaxy Convention Hall Bekasi |
Tips Merencanakan Pernikahan Low Budget
Kami menikah
tahun 2013 dan menghabiskan kurang lebih 15 juta rupiah. Sayang sekarang sudah
lupa rinciannya, jadi kurang lebih aja ya, sebagai berikut:
- Dekorasi, rias, dan dokumentasi: 3.000.000 (kami hanya memesan foto biasa, bukan paket eksklusif, tanpa video)
- Biaya pendaftaran pernikahan: 500.000 (sudah termasuk biaya imunisasi TT)
- Sewa sound system: 500.000
- Souvenir: 500.000 (buat sekitar 300 souvenir, dikerjakan bertiga dengan adik-adik)
- Gedung: 0 (karena diadakan di rumah)
- Sewa tratak: 1.000.000 (selama 3 hari)
- Konsumsi: 8.000.000 (biaya ini paling besar karena datang tradisi di desa, kondangan sejak H-3 akad nikah meskipun tidak sebar undangan).
- Lain-lain: 1.500.000 (maafkan ku lupa biaya apa lagi waktu itu)
Biaya di
atas adalah biaya yang paling penting diluar mahar dan seserahan ya, Temans!
juga diluar biaya (semacam) ngunduh mantu
dari Wonosobo ke Semarang. Jadi, biaya itu untuk resepsi pernikahan sederhana
saja.
Oh ya,
kebetulan di desa tidak ada tradisi standing
party dengan menyediakan aneka menu makanan. Makanan yang disediakan ada
aneka snack (dengan menu wajib lemper, lainnya menyesuaikan kemampuan) dan minum teh ketika tamu datang, lalu
makan besar prasmanan. Biasanya menu wajibnya ada olahan daging sapi, ayam, dan
telur puyuh/ikan. Sedangkan sayur, buah dan menu lainnya bebas disesuaikan yang
punya hajat.
Jika memiliki dana terbatas, beberapa tips
bisa kita lakukan:
- Luruskan niat, kembali mengingat bahwa menikah adalah ibadah, jadi pentingkan nilai keberkahannya.
- Cari Wedding Organizer yang bisa memberikan saran seputar pernikahan yang sesuai dengan budget, seperti @bantunikahan.
- Jika memungkinkan, beberapa hal lakukan sendiri untuk mengurangi beban pengeluaran.
- Langsungkan akad nikah di KUA (dengan biaya 30 ribu rupiah), setelah itu walimah/resepsi di rumah/gedung.
- Dokumentasi bisa memanfaatkan jasa teman yang bisa fotografi, tak perlu buru-buru mencetak foto jika dana terbatas.
- Sederhanakan undangan, alihkan untuk biaya konsumsi.
- Tutup mata dan telinga serta lapangkan dada dari gunjingan dan nyinyiran orang
Alhamdulillah,
meski pernikahan kami sangat sederhana dan setelahnya kami melalui jalan yang
tak mulus, ada banyak hikmah yang bisa dipetik dari semuanya. Masyaallah subhanallah walhamdulillah.
Rumah Tangga Menuju Surga
Hei,
engkau yang kini telah menjadi suamiku, imamku, kakakku, 'teman gila'ku, ayah
yang baik untuk anak-anak yang terlahir dari rahimku.
Ketahuilah,
saat ijab kabul itu aku berdesir hebat. Juga saat mencium tanganmu.
Cesss..seperti kulitku bersinggungan dengan sebongkah es. Ada rasa hangat
menjalar di dada, meski kujuga tahu bibit cinta baru mendapat tempat untuk
tumbuh, dan harus kita siram tiap saat supaya ia sempurna.
Gugup,
jantungku berdegup kencang dan berdebar saat fotografer memaksa kita berpose
sebegitu dekat. Lihatlah foto pernikahan itu, terlihat sekali ekspresi kaku
saat harus berpose berdua layaknya pasangan halal.
Hari itu
aku berkali-kali meyakinkan diri bahwa aku tak sedang bermimpi, bahwa aku telah
menjadi istri seseorang, dan hari-hari selanjutnya akan berbeda.
Waktu
berlalu, dulu kita hanya berdua kini telah berempat dan entah sekian tahun ke
depan akan menjadi berapa anak kita.
Masih
kuingat masa-masa adaptasi yang sungguh berat. Juga masa-masa perjuangan
mengais rejeki-Nya. Ada salah paham, ada saling memaafkan, ada tangis, ada
rindu, ada marah, kecewa, dan selaksa rasa yang akhirnya kutahu bahwa itulah
warna cinta. Tak hanya warna merah jambu tapi juga merah, hitam, kuning, biru,
ungu.
Konon
semakin tinggi pohon tumbuh, akan semakin kencang angin yang menerpa. Semakin
tinggi mendaki, semakin terjal jalan yang harus dilalui. Namun jerih payah
mencapai puncak sepadan dengan keindahan yang didapat di atas sana. Mari
melangkah, makin erat bergandeng tangan.
Aku bukan
perempuan sempurna, pun kau juga bukan tak ada cela. Kita ada untuk melengkapi
dan mengisi kekosongan hati. Menikah denganmu, membangun rumah tangga
bersamamu, semoga kekal hingga surga. Aamiin...
Semoga bermanfaat.
Semoga bermanfaat.
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam
Jadi nih Mbak Arina beli seserahan sendiri, lucu. Waktu Kakakku nikah, aku nanya soal make up sama calonnya biar kepake kan bedak dan lainnya. Kalau barang2 lain, standar sih. Aku, entah gimana nanti. Kayanya mau mentahnya aja dan beli after nikah, wahahaha
Itu tips pernikahan low budgetnya mantab jiwa, kakaaa
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Budget minim bukan berarti gak bisa bikin acara ya mbak
Arina imut bener nih, semoga asmara selamanya ya Rin. Pernikahan sederhana atau mewah punya takdir nya masing-masing
Aku dulu milihnya di rumah padahal ditawarkan di gedung juga. Tapi kalau lihat sekarng mending di gedung deh gak repot beres-beres :)
Barakallahu fiikum.
Semoga Allah menguatkan ikatan tali perjanjian Mitsaqon ghaliza di antara keduanya dan menjadikannya memiliki keturunan yang sholih dan sholiha.
Senang baca ceritanya..
jaman masih kerja dan dua saudara di luarkota dan di luar negeri.
Persiapin diri tanpa Eo, sekarang lebih mudah ya mba.
Aku nikah alhamdulillah dibiayain adiku.
Bahkan Alhamdulillah tak ada hutang tertinggal