Senja di Taman Indonesia Kaya
Daftar Isi
Senja di Taman Indonesia Kaya
Sore itu, saat rindu masih memenuhi kalbu. Meski telah sepekan kembali ke
kampung halaman, namun rasa hati masih enggan untuk kembali ke perantauan. Apa
daya, jatah libur suami hampir habis, mau tak mau harus kembali ucapkan selamat
tinggal. ‘Sampai jumpa lagi’, mungkin lebih terasa nyaman.
Taman Indonesia Kaya, menjadi tujuan kami untuk melepas rindu. Rindu pada
jalanan yang dulu akrab menyapa, pada gedung-gedung yang kini terpoles indah,
juga pada rekan-rekan yang lama tak bersua. Taman yang dulu dikenal dengan
Taman KB kini telah disulap menjadi Taman Indonesia Kaya yang menyuguhkan
nuansa berbeda.
Jika dulu kami biasa melepas penat sembari menikmati aneka kuliner kaki
lima di sekeliling Taman, sekarang Taman Indonesia Kaya terlihat lebih modern dan bersih. Taman hasil
kerjasama Pemkot Semarang dengan CSR Djarum Foundation tersebut telah
diresmikan pada Oktober tahun lalu. Peresmian dilakukan oleh Walikota Semarang
dan dihadiri wakil walikota serta perwakilan dari Djarum Foundation.
"Tujuannya untuk mempercantik Kota Semarang. Semua telah melewati
kajian dengan proses panjang, hingga akhirnya terwujud pembangunan Taman
Indonesia Kaya," kata Hendi, Walikota Semarang.
Saat kami menyusuri sekeliling taman, kami dapati berbagai patung dan
mural yang menambah estetika taman. Bersamaan dengan itu, tengah diadakan food
festival di sepanjang jalan Menteri Supeno tepat di sebelah kanan taman. Kemeriahan
di panggung utama festival membuat suasana taman makin semarak meskipun tidak
sedang ada acara di galerinya.
Taman yang berada di Jl. Menteri Supeno ini merupakan taman dengan
panggung terbuka pertama di Jawa Tengah. Hal ini disampaikan oleh Program
Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian yang menghadiri
peresmian bersama wali kota dan wakil walikota Semarang.
Destinasi baru yang dibangun Pemkot Semarang dan Bakti Budaya Djarum
Foundation itu cukup luas mencapai 5000 meter persegi. Sejumlah fasilitas
menarik dihadirkan untuk memanjakan para seniman serta masyarakat secara
gratis. Mulai dari panggung terbuka berukuran jumbo dengan berbagai fasilitas
pendukung seperti ruang make-up ber
AC. Daya tampung kawasan ini mencapai 1000 penonton. Kabarnya, akan diadakan
gelaran budaya secara rutin di panggung tersebut.
Paling menarik
diantara lainnya adalah adanya dancing
fountain atau air mancur menari. Air mancur yang dilengkapi warna-warni
dari lampu LED ini akan menari mengikuti irama lagu yang dimainkan berupa lagu
perjuangan Indonesia yang dijadwalkan akan menyala pada pukul 19.00 – 20.00 dan
hingga pukul 21.00 di akhir pekan. Sayangnya kami hanya di sana sampai isya
karena anak-anak sudah jenuh, kantuk pun mulai melanda.
Selain itu, berbagai sisi Taman Indonesia kaya juga didesain sedemikian
rupa agar mengikuti konsep kekinian yang instagramable
dan menarik pengunjung dari kalangan milenial. Mural, patung, dan berbagai
ornamen dibuat supaya cantik dan menarik untuk difoto dan ditampilkan di media
sosial.
‘Malam terakhir sebelum kembali ke perantauan,’ unggah suami dalam status
whatsapp-nya. Agak aneh, karena update status adalah sesuatu yang hampir
tak pernah dilakukan. Wajar, karena Semarang adalah tanah kelahiran sekaligus tempatnya
dibesarkan. Orangtua pun masih tinggal di Kota Atlas ini. Kerinduan di dalam
hatinya pasti jauh lebih besar dibanding saya.
Tak banyak yang kami lakukan selain berjalan berkeliling mengamati taman.
Banyak juga yang berkeliling seperti kami lalu asyik mengambil foto di spot-spot yang menurutnya menarik.
Sementara di tengah panggung beberapa orang duduk melingkar dan asyik dalam
obrolan.
Menuruti anak-anak yang haus dan kelaparan, kami menyisir ke sebelah,
tempat diadakannya food festival. Hm...
hampir tak ada makanan yang cocok karena setiap yang ingin kami coba rupanya
sudah habis, sedangkan beberapa menu yang menggugah selera rupanya menu pedas
yang tak mungkin kami beli. Akhirnya si Kakak membeli Ice Cream Rolled, dan saya memilih bakso-cumi bakar yang harganya cukup
mahal (30K) tapi rasanya jauh dari ekspektasi.
Saat malam makin menua, kami pun beranjak pulang. Menyimpan rapat-rapat sekelumit
kenangan di senja itu, kala Taman Indonesia Kaya begitu meriah. Kami akan
selalu merindukan, karena Semarang adalah pulang.
Salam,
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam