Pelatihan Financial Planning dalam Kelas Literasi Digital bersama Sisternet
Daftar Isi
Sisternet Adakan Pelatihan Financial Planning
dalam Kelas Literasi Digital
Bertajuk Sister UKM Go Online
“Bisnis itu warisan, bukan sekadar jualan atau mainan. Bisnis harus
terukur, supaya bisa diatur.”
Pernyataan tersebut diucapkan oleh Tyas Windarti, salah satu
narasumber dalam acara Kelas Literasi Digital, Sister UKM Go Online yang diadakan
oleh Sisternet XL Axiata bersama Blogger Crony Community.
Sabtu, 16 November 2019 bertempat di ruang pertemuan Diklat Industri
Bali, Sisternet sebagai rumah digital bagi perempuan
Indonesia yang digawangi oleh XL Axiata mengadakan Kelas Literasi Digital untuk
pelaku UKM Perempuan di Denpasar dan sekitarnya.
Kurang lebih 100 perempuan hadir dalam acara bertajuk Sister UKM Go
Online tersebut. Hadir sebagai narasumber adalah Adelia Panjaitan dari XL Axiata, Tyas Windarti CEO Bayi Banget Hijab, dan Agnes Pramasurya Head of
SME XL Axiata.
Adelia mengawali acara dengan pertanyaan cukup menggelitik, “bagaimana
caranya beli pulsa 100 ribu sebulan bisa menghasilkan omset 100 juta?” yang
disambut dengan berbagai ekspresi oleh peserta.
Tak kenal maka tak sayang, sebaiknya mari kita berkenalan dulu dengan
Sisternet sebelum melanjutkan mengulik seputar Kelas Literasi Digital.
Sisternet merupakan rumah digital perempuan Indonesia yang dibentuk oleh
XL Axiata sebagai salah satu Corporate
Social Responsibility (CSR) yang fokus dalam pemberdayaan perempuan. Disampaikan
oleh Adelia, bahwa Sisternet mulai berdiri sejak tahun 2015 dan hingga kini
sebanyak 22.000 telah menerima manfaatnya. Sisternet terus menargetkan penerima
manfaatnya semakin bertambah demi perempuan Indonesia yang berdaya melalui
program-program yang dicanangkan. Program tersebut diantaranya pojok pintar,
kelas literasi digital, dan sispreneur.
Kelas literasi digital diadakan karena pesatnya perkembangan dunia
digital saat ini namun belum banyak dimanfaatkan terutama oleh kaum perempuan. Berdasarkan
data terbaru yang dihimpun oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII),
64,8% penduduk Indonesia menjadi pengguna internet. 48,57% diantara pengguna
internet adalah perempuan. Di dalam dunia bisnis online sebanyak 45,14% hanya
melakukan cek harga, 32,19% melakukan belanja secara online, 17,04% melakukan
transaksi perbankan, 26,19% mencari pekerjaan, dan hanya 16,89% yang berjualan
secara online.
Peluang inilah yang seharusnya diambil oleh perempuan terutama yang sudah
memiliki bisnis namun belum merambah ke bisnis online.
Ilustrasi, credit Pixabay |
Financial Planning untuk UKM ala Momsky Tyas
Selanjutnya, narasumber kedua yang akrab disapa Momsky Tyas pun memulai paparannya.
Beliau fokus memberikan materi seputar financial
planning untuk UKM.
Rajin Catat (terutama Cashflow) – Bisnis Kuat – Omset Melesat
Adakah yang selama mengelola bisnis seringkali tidak rajin mencatat
dengan alasan ini itu termasuk tidak ada waktu?
Menurut Momsky Tyas, ini adalah kesalahan fatal, karena mencatat berbagai
hal saat mengelola bisnis seberapapun besarnya bisnis tersebut, adalah hal yang
fundamental.
Sebagaimana kalimat yang sudah saya cantumkan di awal, saya tertohok
mendengarnya. Merasa malu karena selama ini mindset
saya salah. Saya selalu mengatakan bahwa bisnis yang saya jalani adalah untuk
sambilan, bukan yang utama, sehingga mengerjakannya pun ala kadarnya.
Selain itu, seringkali (terutama) perempuan, saat terjun berbisnis
produknya bukanlah yang dicari pasar, tidak punya cashflow yang jelas dan rapi, dan tidak punya team.
“Tidak perlu jadi superwoman,
karena kita akan mengelola bisnis. Tak perlu semuanya dikerjakan sendiri dari
hulu ke hilir sehingga tidak punya waktu untuk mencatat. Bentuklah tim supaya
pekerjaan bisa terdistribusi sesuai perannya masing-masing,” begitu kurang
lebih yang disampaikan oleh Momsky.
Hm... lagi-lagi saya tertohok,
karena bahkan saat membantu mengelola bisnis suami, hampir semua hal kami
kerjakan sendiri. Ya, termasuk urusan pengiriman yang sebenarnya bisa
didelegasikan ke jasa pengiriman atau ojek online.
Waktu itu memang kami beralasan karena modal yang tipis sehingga harus
benar-benar meminimalisir pengeluaran.
Pentingnya cashflow adalah
sebagai sarana untuk melihat dengan helicopter
view, agar kita bisa mengenalisis bisnis secara jelas, meliputi:
- Peta usaha, dimana kita bisa mengambil langkah bagaimana selanjutnya membawa bisnis yang sudah ada di depan mata
- Alat ukur, untuk menentukan bagaimana akan melalukan promosi, menggunakan media apa, berapa banyak harus stok barang, apakah perlu rekrut orang lagi? Dll
- Dan sebagai alat utama untuk mengambil keputusan. Misalnya, keputusan untuk menghentikan brand yang jarag dimintai dan fokus membesarkan brand yang banyak dicari oleh pelanggan.
Antisipasi cashflow yang buruk
dan berbagai hal mengenai keuangan yang kurang baik, Momsky Tyas memberikan 2
tips.
- Pertama, buat laporan pendukung sebagai bukti transaksi. Hal ini meliputi transaksi penjualan harian, kas masuk/keluar, persediaan barang, utang/piutang, history omset, dll
- Kedua, Menghitung Harga Pokok Produksi (HPP) dengan benar dan tepat. Gunakan perangkat yang sederhana terlebih dahulu (misalnya Excel). Ketika bisnis makin maju dan omset makin besar, bisa di-upgrade menggunakan software atau aplikasi yang sesuai dan friendly.
Mengenai HPP, pelaku bisnis juga sering mengalami kesalahan terutama
ketika banyak item yang diproduksi
atau dijual. Seharusnya, HPP dihitung setiap jenis produk, tidak secara
keseluruhan karena bahan, biaya dan produksinya pun berbeda.
Momsky Tyas Windarti memberikan pelatihan financial planning dokumentasi @arinamabruroh |
Peserta sangat antusias dengan materi yang disampaikan oleh Momsky Tyas
terlebih beliau menyampaikannya dengan lugas dan sesuai dengan pengalamannya. Termasuk
saat beliau menanyakan tentang gaji untuk owner,
sebagian besar mengaku tidak mengambil gaji karena alasan tertentu. Lebih banyak
karena bisnisnya masih kecil seperti saya.
“Mulai malam ini ya! Harus rajin mencatat dan mulai mengambil gaji sesuai
dengan keuntungan bersih,” ujar beliau yang disambut seumringah oleh para
peserta.
Beliau mencontohkan prosentase laba bersih yang biasa dipakai oleh UKM, misalnya
50%: 25%: 25%, dengan rincian:
- 50% kembali ke modal
- 25 % laba ditahan
- 25% dana yang bisa digunakan, misalnya untuk gaji.
Beliau juga menuturkan bahwa prosentase tersebut tidak baku, bisa disesuaikan dengan
kondisi UKM. Dengan catatatan untuk dana yang bisa digunakan Idealnya besarannya
maksimal 35% dari laba bersih.
DONT'S untuk UKM
Terakhir, beliau juga memberikan beberapa tips dan catatan untuk UKM
perempuan:
- Jangan mencampur antara keuangan pribadi dan bisnis. Idealnya, setiap transaksi memiliki rekening sendiri. misalnya untuk pembelian barang, untuk penerimaan tranfer (penjualan), laba ditahan, modal, dll.
- Hindari investasi yang tidak tepat, misalnya terlalu banyak brand. Untuk UKM yang memproduksi barang, batasi juga produknya dan jadikan produk unggulan
- Jangan boros pembiayaan, sesuaikan dengan kondisi bisnis.
- Hindari stok barang yang menumpuk
- Jangan menimbun barang baku. Seringkali kita tergiur dengan potongan harga bahan baku yang kita butuhkan, namun sebaiknya jangan gegabah untuk membelinya dalam jumlah banyak. Sesuaikan persediaan bahan baku dengan penjualan.
Beberapa peserta juga menanyakan cara efektif untuk membuat database customer yang lengkap, karena biasanya
yang didapat saat transaksi hanya nomor telepon/WA dan alamat pengiriman. Menurut
Momsky Tyas, kita bisa mengakalinya dengan menyebar kuesioner berupa Google document yang disebar disertai gimmick
atau hadiah kecil yang menarik customer
untuk mengisi kuisioner tersebut.
Alhamdulillah, berkat paparan dari Momsky Tyas dan tanya/jawab dari
peserta, saya mendapat insight baru mengenai
bisnis terutama pengelolaan keuangannya. Jika dulu saya masih selalu let if flow dan nothing to lose saat mengelola bisnis, maka saya harus belajar lagi
untuk fokus dan meluangkan waktu. Terlebih urusan pengelolaan keuangan, dulunya
saya santai sekali langsung membelanjakan laba yang saya dapatkan tanpa saya kelola
untuk menjadi dana laba ditahan.
Well, semoga dengan ilmu yang
disampaikan oleh Momsky Tyas semakin menjadikan pelaku UKM perempuan melek
urusan keuangan bisnis sehingga bisnisnya sukses dan berkembang serta bisa
memberdayakan orang lain. Kuncinya adalah DISIPLIN DAN KONSISTEN, ya Temans!
Biz Card XL untuk Kemudahan Komunikasi dan digital UKM
Narasumber ketiga, Agnes Pramasurya kembali menegaskan bahwa di dunia
digital 4.0 ini, banyak peluang yang bisa kita ambil meskipun banyak juga pekeraan
atau barang yang sebelumnya digunakan namun saat ini perlahan mulai tergerus teknologi.
Agnes Pramasurya, Head of SME XL Axiata dokumentasi @arinamabruroh |
Menurut Agnes, XL Axiata selalu berkomitmen untuk mendukung UKM Indonesia
untuk lebih maju dan berjaya di kancah bisnis online. Salah satu bentuk
dukungan selain melalui kelas literasi digital via Sisternet, XL mengeluarkan BIZ Card yang tepat untuk pebisnis/UKM.
Biz card memiliki keunggulan diantaranya Gratis nelpon dan SMS ke sesama XL, Telpon
dengan biaya murah ke operator lain yakni Rp. 1/detik, dan WhatsApp & Line tanpa
kuota.
Biz card XL untuk UKM dokumentasi @arinamabruroh |
Sedangkan untuk layanan internetnya, biz card memiliki keunggulan yaitu: kecepatanXtreme
untuk video tanpa putus, SIMcard mendukung jaringan dan gadget 2G/3G/4G, dan bisa melakukan pembelian paket via aplikasi
MyXL di android dan iphone. Kelebihan lainnya, kita bisa berlangganan paket
unlimited mulai 50 ribu rupiah. Untuk lebih jelasnya bisa ditanyakan ke XL
center terdekat, ya.!
Alhamdulillah, saya berharap acara Sisternet tidak hanya sampai di sini
namun juga memberikan materi lebih lanjut terutama untuk pengelolaan bisnis
online UKM di Denpasar dan sekitarnya.
snack dan lunch box ramah lingkungan dokumentasi @arinamabruroh |
Oh ya, saya cukup terkesan dengan upaya panitia membuat acara yang ramah
lingkungan dan minim sampah. Snack yang
disediakan menggunakan piring dan gelas kertas, meskipun belum bisa benar-benar
lepas dari plastik tapi ada upaya untuk menguranginya. Makan siang pun kurang
lebih sama, lunch box yang disediakan
menggunakan kemasan besek dengan alas daun pisang. Besek yang dulu sudah kalah
pamor dengan kemasan kertas dan plastik, dikemas dengan cantik dan menjadi lunchbox yang unik dan menarik. Isinya tentu
saja sesuai kearifan lokal, paket nasi ayam betutu. Hm... nyummy! Maafkan Temans, saya pamer nasi ayam betutu-nya ya!
Berpose bareng Mom Blogger Bali dokumentasi @arinamabruroh |
Terakhir, saya juga bersyukur mendapat kesempatan untuk menimba ilmu
seputar bisnis sekaligus silaturrahim dengan teman-teman blogger dan UKM. Menyenangkan
sekali bertemu mereka dalam balutan dresscode
biru dan pink. Meskipun pulangnya harus buru-buru karena ninggalin #DuoKurnia
di rumah, pokoknya nggak ketinggalan untuk foto-foto sejenak.
Bersama Rekan blogger Bali credit panitia |
Terima kasih, XL Axiata melalui Sisternet dan Blogger Crony Community yang
sudah menyelenggarakan acara bergizi tersebut. Kami berharap akan ada agenda
lanjutannya. Terima kasih juga untuk teman-teman panitia yang sudah bekerja
keras hingga acara usai. Salam hangat untuk rekan blogger dan UKM, yuk kita
bahu-membahu berdayakan perempuan terutama di ranah digital.
Semoga bermanfaat,
Salam,
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam
Nah, pembedaan rekening untuk uang kas rumah tangga dengan uang usaha mesti konsisten ya Rin. Aku dulu nyampur gitu, mungkin salah satu penyebab usahaku mandek karena ini. MEski aslinya aku yang kurang perhatian dengan tidak ngurusi sendiri dan percaya pada orang lain.
Aku suka nih dengan tempat nasi, kereeen deh udah mulai menggunakan yang ramah lingkungan gitu untuk tempat makannya