Penerapan Social Distancing Selama Pandemi Covid-19
Daftar Isi
Penerapan Social Distancing Selama Pandemi Covid-19
Membahas corona selama beberapa hari membuat saya lebih jeli mengamati
kondisi sekitar. Ada sebagian orang yang taat mengikuti anjuran pencegahan
virus corona, ada yang menyepelekan, sementara sebagian lainnya terpaksa harus tetap
beraktivitas seperti saat sebelum ada pandemi.
Physical/social distancing
dimaksudkan untuk memperlambat penyebaran virus corona dari orang yang ‘membawa’
virus kepada orang lain. Sayangnya, karena virus adalah makhluk tak kasat mata,
maka banyak orang yang merasa aman untuk berada di keramaian.
Di area umum seperti pasar dan minimarket, masih banyak orang yang tak mengindahkan
anjuran jaga jarak, terutama saat antre di kasir. Namun sudahlah, kita fokus ke
diri kita dulu saja. meskipun dalam hati gondok sangat, kita sudah berusaha
menjaga tapi yang lain abai, sia-sia nggak sih?! insyaAllah nggak sia-sia. Bagaimanapun,
kita harus berusaha melakukan berbagai cara.
Well, inilah cara saya agar bisa social distancing selama masa pandemi:
1. Mendelegasikan Urusan Belanja Kepada Suami
Sebenarnya, sejak sebelum masa pandemi, urusan belanja ke minimarket
sudah sering di-handle oleh suami. Penyebabnya
tentu karena saya belum berani motoran sampai minimarket dan jika membawa
anak-anak pasti akan banyak ‘pajak’ dan lebih ribet.
Sesekali kami memang mengajak anak belanja bulanan supaya mereka juga
bisa bermain di area minimarket. Namun sejak masa pandemi, urusan belanja
kebutuhan rumah tangga selain yang bisa saya dapatkan di warung, adalah tugas
suami. Bahkan belanja ikan di tempat langganan pun beliau yang mengurus, saya
memilih ikan dengan video call saat suami belanja.
Rupanya, aturan ini juga diterapkan di negeri jiran, Malaysia. Saat pandemi,
di sana diberlakukan yang boleh belanja ke toko hanyalah kepala keluarga atau
yang mewakili. Jika di Indonesia diterapkan aturan seperti ini juga, pastinya
akan lebih baik karena mengurangi jumlah orang yang lalu-lalang di area umum.
Kami memutuskan hanya suami yang pergi untuk urusan-urusan di luar rumah
juga karena alasan beliau masih bekerja seperti biasa (hanya ada pemangkasan
jadwal), pekerjaannya tidak bisa dilakukan di rumah.
2. Belanja di Warung Terdekat Saat Sepi
Urusan belanja sayur mayur, suami tidak mau meng-handle belanja sayur dan printilan bumbu-bumbu dapur. Maka saya
terpaksa ke luar untuk belanja di warung terdekat. Jika biasanya saya belanja
pagi/sore menjelang maghrib, saat ini saya memilih belanja lebih siang atau
setelah shalat ashar, di mana biasanya warung sepi pelanggan.
Saat belanja saya juga mengenakan masker dan berusaha menjaga jarak
dengan pelanggan lain, meskipun kenyataannya tak semudah yang diharapkan. Paling
tidak saya sudah berusaha untuk jaga jarak dan mencari cara supaya tidak
bertemu banyak orang.
Selain itu, beberapa sayur saya beli dari teman yang berjualan online,
cukup untuk stok sekitar 3 hari supaya tidak terlalu sering ke luar.
3. Memperbanyak Kegiatan Bersama Anak di Dalam Rumah
Di komplek saya, hal yang paling susah dikendalikan adalah urusan
anak-anak. setiap saat, anak-anak ramai di depan rumah, di jalan-jalan gang. Otomatis
anak-anak saya ingin ikut keluar juga. parahnya, jika saya kunci pagar, dia
bisa melompat karena tembok pembatas tidak terlalu tinggi.
Akhirnya saya izinkan mereka keluar sesekali. Untuk mencegah terlalu lama
mereka bermaindi luar bersama anak-anak lain, saya berusaha membuat mereka
nyaman di dalam rumah. Memasak, membuat DIY mainan dari barang bekas, nonton
bareng, dll.
4. Tidak Ikut Ngumpul Bersama Tetangga
Sebenarnya, saya bukan termasuk orang yang biasa ngumpul-ngumpul dengan
ibu-ibu komplek. Bukan anti sosial, hanya saja terkadang sudah capek dengan
urusan rumah tangga dan tak sempat lagi untuk keluar. Ada waktu luang saya
gunakan untuk menulis, baca buku, atau nonton film. Terkadang saya ikut ngumpul
sambil mengawasi anak-anak main.
Selama masa pandemi, saya lihat beberapa ibu komplek masih sering
ngumpul-ngumpul meskipun tetap menjaga jarak. Saya memilih untuk tetap berada
di rumah, hanya sesekali ‘say hello’
dengan tetangga samping kanan/kiri.
5. Mengerjakan Urusan Rumah Tangga Sendiri
Dulu, pekerjaan rumah tangga saya lakukan sendiri dengan bantuan suami. Namun
sejak beberapa bulan yang lalu terutama saat suami sakit, saya ‘lempar’ baju
bersih saya ke laundry untuk disetrika. Jadi saya lebih santai karena hanya
mencuci dan menjemur. Itu pun tidak semua saya bawa ke laundry, hanya pakaian
untuk pergi dan pakaian biasa yang sangat kusut. Baju-baju rumahan biasanya hanya
saya lipat untuk dipakai kembali tanpa disetrika.
Namun sejak saya mendengar selentingan tetangga mengatakan ‘agak waswas
karena ada tetangga yang kerja di bandara’ saya putuskan untuk melakukan urusan
tumah tangga sendiri lagi. Daripada menjadi tertuduh penyebar corona, saya
memilih jalan aman untuk tidak berinteraksi dengan tetangga.
6. Belanja Online
Alhamdulillah, sekarang banyak toko dan teman-teman yang melayani
penjualan online. Mulai dari beras, hingga sayur dan aneka lauk dan masakan
bisa dipesan-antar. Saya senang karena dengan cara ini agar roda perekonomian
di sekitar kita terus berputar. Meskipun belum bisa membantu banyak karena
kebutuhan yang harus dipangkas demi bisa bertahan.
Bismillah, semoga ikhtiar ini membuahkan hasil, supaya virus tidak cepat
menyeba. Jika persebarannya lambat, paling tidak rekan kita para tenaga
kesehatan tidak sedemikian berat harus merawat pasien covid-19 yang terus
bertumbangan.
Semangat sehat, ya!
Semoga bermanfaat,
Salam,
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam
Masih banyak juga yang bepergian dan nongkrong di cafe cafe