Jelajah Geopark Global Unesco Batur Kintamani Bali
Salah satu tempat di Bali yang paling ingin kukunjugi adalah Danau Batur di Kintamani. Ya, saya dan keluarga senang memilih wisata alam. Selain biayanya yang relatif murah, mengunjungi wisata alam juga memberikan kepuasan tersendiri. Kami pun ingin memberikan kesan mendalam kepada anak-anak tentang setiap perjalanan yang kami lakukan.
Dari Denpasar kami menuju Batur di Kabupaten Bangli menggunakan sepeda motor. Jaraknya kurang lebih 60 KM untuk sampai di danau. Tentunya karena menggunakan kendaraan roda dua, kami harus ekstra hati-hati dan sering berhenti untuk beristirahat supaya semuanya merasa nyaman.
Kami mencoba melewati jalur Ubud sembari menikmati suasana Ubud yang belum pernah kami kunjungi sebelumnya.
Geopark atau taman bumi adalah wilayah terpadu yang terdepan dalam perlindungan dan penggunaan warisan geologi dengan cara yang berkelanjutan, dan mempromosikan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang tinggal di sana. Terdapat istilah Taman Bumi Global serta juga Taman Bumi Nasional (sumber: wikipedia).
Inilah Rekomendasi Tempat Wisata untuk Dikunjungi di Kintamani, Bali
Museum Gunung Api Geopark Batur yang Memukau
Tempat pertama yang kami tuju setelah tiba di Kintamani adalah Museum Geopark Batur. Museum ini dikelola oleh kementerian ESDM bekerja sama dengan Bappeda Kabupaten Bangli. Museum Geopark Batur di Bali terletak di Jl. Raya Penelokan, Kintamani, Bangli, Provinsi Bali.
Museum yang berada di selatan Gunung Batur ini menyajikan informasi geopark nasional dan geopark global. Arsitekturnya terlihat unik, berbentuk seperti menara yang mengerucut, mirip dengan bentuk gunung.
sumber gambar: web ESDM |
Saat memasuki museum, kita akan mendapati replika Geopark Global Unesco Batur. Di sinilah kita bisa melihat posisi danau batur, gunung batur, hingga gunung Agung dengan puncak tertinggi di Pulau Bali. Di lantai 1 ini juga terdapat pameran display elektronik mengenai geopark, termasuk informasi geopark global di seluruh dunia. Informasi tersebut terpampang di layar LED yang terpasang di dinding. Selain itu, melalui mesin telusur kita juga bisa melihat informasi yang bisa kita pilih dengan layar touch-screen.
Museum ini didesain sedemikian rupa hingga membuat pengunjungnya nyaman untuk menikmati setiap sisinya. Ruangan peragaan museum berdasarkan konsep geopark atau taman bumi, terdiri dari keanekaragaman geologi, hayati, dan budaya. Keanekaragaman geologi umumnya diisi oleh batuan produk letusan Gunung Batur.
Menarik sekali menelusuri setiap jengkal benda-benda yang terdapat di sana. Berbagai jenis batu di sekitar Batur, keanekaragaman hayati meliputi flora dan fauna, juga kekayaan budaya masyarakat Kintamani.
sumber gambar: Web ESDM |
Sumber gambar: WEB ESDM |
Kami dibuat takjub dengan semua yang terdapat di sana. Tak hanya pengetahuan dari masa kini, disajikan juga peninggalan-peninggalan sejarah berupa bebatuan, peralatan yang digunakan oleh masyarakat, dll.
Sayang sekali saat memasuki peragaan geologi, kami mendapati tanda larangan mengambil gambar sehingga saya pun tidak melanjutkan mengabadikan isi museum dengan ponsel. Barangkali jika meminta izin untuk keperluan tertentu, pengunjung bisa mengambil gambar. Sayangnya kami sudah telanjur masuk dan anak-anak pasti akan bad mood jika saya berbalik lagi.
Kami datang saat hari Sabtu, dan hanya kami berempat pengunjung museum. Terasa seperti tamu VVIP yang bebas menjelajah museum tanpa gangguan rombongan lain. Namun suasana sepi ini membuat bulu kuduk saya meremang terutama saat memasuki display-display peninggalan masa lalu. Bukan, tidak ada hal mistis yang saya temukan, hanya saja merasa sedikit aneh karena sangat sepi. Mungkin jika datang bersama rombongan dan ada guide yang menjelaskan, suasanya akan lain lagi.
Museum ini sangat cocok untuk dikunjungi terutama untuk wisata pendidikan. Anak-anak usia SMP hingga mahasiswa pastinya akan mendapatkan banyak sekali ilmu dan pengalaman selama di sana.
Dari lantai 2 museum, pengunjung diarahkan keluar museum melalui tangga di luar gedung menuju tempat parkir. Wah, ini juga mengasyikkan karena di sebelahnya terdapat taman dengan aneka pepohonan yang membuat suasana semakin sejuk.
Menikmati Pemandangan Kaldera Batur dari Rest Area sekitar Hotel Lakeview
‘Kaldera’ berasal dari Bahasa Spanyol yang berarti ‘wajan’. Kaldera berasal dari aktivitas vulkanik di dalam gunung berapi yang kemudian membentuk cekungan. Beberapa kaldera yang kita kenal misalnya Danau Toba di Sumatera Utara.
Rupanya, Danau Batur yang berada di Kintamani Kabupaten Bangli, Bali ini juga merupakan kaldera. Setelah melewati jalanan yang terus naik, kita akan sampai di daerah yang landai, kemungkinan adalah wilayah tertinggi di sekitar Kintamani.
Di sini, kita bisa menjumpai hotel-hotel seperti Lakeview Hotel yang terkenal, dan hotel/cafe lain yang menawarkan pemandangan danau dari ketinggian. Tak jauh dari sana juga terdapat rest area dan gardu pandang. Dari ketinggian ini kita bisa memandangi danau batur di sebelah kanan dengan airnya yang biru dan dikelilingi perbukitan. Sedangkan di sisi kirinya, berupa bukit-bukit yang sebagian berpasir. Pemandangan yang cukup memukau: birunya langit berpadu dengan pendar biru air danau, hijau pepohonan, dan kehitaman di area bukit pasir.
Sama halnya dengan beberapa daerah di pegunungan_seperti Dieng, misalnya. Daerah ini juga disebut negeri di atas awan. Karena dari ketinggian ini di waktu tertentu kita bisa melihat awan yang berada di bawah.
Di rest area Batur ini banyak penjual yang menawarkan dagangan berupa pernak-pernik cinderamata khas Bali seperti halnya di tempat wisata lainnya. tak sedikit yang menawarkan jeruk Kintamani dengan tekstur jeruk yang padat, renyah, dan rasanya yang manis-asam segar. Beberapa gadis remaja menawarkan jasa lukis dan cat kuku dengan harga terjangkau. Kami hanya membeli jeruk kintamani yang sebenarnya bisa dibeli juga di Denpasar.
Ah ya, saya berseloroh waktu itu bahwa kami ke Batur hanya untuk beli jeruk! LOL.
menikmati pemandangan danau Batur dari rest area foto koleksi pribadi |
Danau Batur nan Eksotis
Dari rest area, kami menuju danau batur. Jalanan yang kami lewati menurun dan berkelok-kelok. Bagi yang tidak terbiasa melewati jalanan seperti itu, harus sangat ekstra hati-hati. Terlebih jika menggunakan kendaraan matic baik roda 2 maupun roda 4.
Sejak berangkat dari rumah, kami sudah membayangkan akan makan siang di pinggir danau. Menikmati bekal makanan dari rumah beralas tikar ditingkahi kesiur angin dan gemerisik dedauan. Hm... syahdu sekali membayangkan piknik di pinggir danau.
Kami pun melewati jalan di pinggir danau. Di pertigaan, mengambil jalur ke kiri ke arah tempat wisata air panas Toya Devasya. Awalnya jalan ini melewati pinggiran sawah dengan pemandangan danau. Sembari berjalan, saya mengawasi apakah ada jalur menuju pinggir danau selain memasuki kafe-kafe. Namun sampai jalan tersebut makin menanjak melewati bukit-bukit berkapur yang gersang, kami tak juga menemukan area yang kami inginkan.
Berbalik arah, ingin mencoba jalur satu lagi yaitu jalur ke arah Trunyan, namun anak-anak sudah kecapekan dan lapar. Akhirnya kami melipir mencari minimarket untuk membeli camilan dan numpang makan siang. Biarlah harapan untuk piknik di pinggir danau belum kesampaian. Kami tetap merasakan serunya bertualang ke Danau Batur.
Rupanya, jika mengambil jalur ke Trunyan (belok kanan di pertigaan jalan arah danau) kita akan menemukan jalur menuju pinggir danau. Di sana juga bisa sampai ke pelabuhan untuk menuju kuburan Trunyan, tempat mistis yang fenomenal di Pulau Bali bahkan di Indonesia.
Kuburan Trunyan, Tradisi Pemakaman Unik di Bali
Kuburan Trunyan adalah wisata mistis yang sangat unik. Di Trunyan, berbeda dengan kebiasaan masyarakat Hindu Bali yang umumnya meng-kremasi jenazah anggota keluarganya, masyarakat yang meninggal secara wajar (maksudnya meninggal karena sakit atau hal lain tetapi bukan karena kecelakaan) akan dibawa ke kuburan Trunyan. Di sana, jenazah tidak dikubur di dalam tenah melainkan hanya didiamkan begitu saja di dalam semacam keranda yang terbuat dari bambu. Jenazah yang diletakkan di sana diberi pakaian lengkap juga dibekali dengan aneka sesajen. Mereka tak ubahnya orang yang tengah tidur di dalam hutan.
Kondisi ini tidak menimbulkan bau tak sedap khas bau jenazah yang membusuk karena pengaruh pohon taru menyan yang ada di sana. Pohon tersebut tinggi menjulang dan konon ialah yang ‘menyerap’ bau busuk jenazah yang diletakkan di sana sehingga tidak tercium bau ke sekitarnya.
Banyak orang tertarik untuk membuktikan secara langsung apakah benar kondisi kuburan Trunyan seperti yang digambarkan. Jadilah tempat ini menjadi wisata yang menarik.
Saat itu kami tidak merencanakan untuk ke Trunyan. Selain risiko karena membawa anak-anak, kantong juga sedang tidak memungkinkan untuk menyewa perahu pulang/pergi menuju Trunyan. Yeah, saya lebih suka tempat wisata yang tidak beraroma mistis.
Nah, jika Kamu ke Danau Batur di Kintamani, apakah akan mengunjungi Trunyan juga?
Jika tidak, banyak alternatif wisata menarik yang bisa dipilih termasuk hiking dan camping di gunung Batur dan gunung di sekitar danau.
Menarik, bukan? Dan jangan lupa untuk mencoba wisata petik buah jeruk atau agrowisata lainnya di Bali.
Semoga bermanfaat,
Salam,
Posting Komentar
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam