Ketika Buku Solo Pertama Akhirnya Terbit
Impian Memiliki Buku Solo Tercapai di tahun 2020, tapi banyak hal yang menjadi evaluasi baik dari fisik buku maupun isinya. Well, semuanya tentu menjadi pelajaran berharga untuk kembali produktif dan mencetak karya selanjutnya.
Mengikuti Coaching Menulis Buku Solo: Sebuah Awalan
Akhir tahun 2018, saya masih aktif di komunitas Pejuang Literasi (PL) yang digawangi oleh Ndan (panggilan di PL, Komandan) Hessa Kartika. Ndan Hessa, founder PL sering mengadakan kegiatan nulis bareng dan terbitlah antologi. Saya sempat mengikuti 2 tema, yaitu di Buku Antologi "Dilatasi Hati" dan antologi "Ta'aruf, Awal Cinta yang Makruf".
Sebenarnya saya bosan, karena sejak tahun 2011 masih saja berkutat dengan antologi, belum beranjak menerbitkan buku solo atau minimal duo. Ah ya, pernah berencana menulis buku duet dengan si Adik shalihah Bianglala Hijrah, tapi sampai sekarang belum juga terlaksana.
Maka ketika Ndan Hessa membuat kelas khusus coaching Buku Solo, saya gercep mendaftar meski harus bobol tabungan. Biayanya bukan banyak sekali juga sih, masih wajar, tapi bagi waktu itu saya harus bobol tabungan karena kami juga masih harus tertatih bertahan di perantauan. Alhamdulillah suami mengizinkan untuk ikut kelas dan menulis buku solo.
MasyaAllah, saat bergabung di WhatsApp grup untuk coaching, semuanya bersemangat. Terlebih Ndan Hessa juga memberikan suntikan semangat dengan materi yang sangat menggugah. Saat itu saya pun rasanya tak sabar untuk segera mencium aroma lembaran buku di mana tertera nama saya di sampul depannya.
Taat Jadwal dan Outline: Sebuah Perjuangan
Setelah sesi motivasi selesai, berlanjut ke sesi scheduling dan outline. Di sini, setiap penulis diminta untuk membuat target dan jadwal masing-masing.
Saya pun memutuskan untuk menulis kisah taaruf, yang telah lama saya kumpulkan tapi belum dipublikasikan seluruhnya. Dulu pernah berencana membuat blog khusus kisah taaruf tapi batal kubuat. Lebih tepatnya sudah kubuat versi gratisan, tapi selanjutnya saya takedown karena belum sanggup mengurusnya.
Sebagian kisah sudah ada, saya masih harus mencari tambahan kisah lain supaya makin cukup.
Konsep bukunya berupa non fiksi dan faksi (istilah baru untuk menyebut kisah fiksi yang berdasarkan kisah nyata).
Untuk non fiksi, saya mencari rujukan dari buku seputar pernikahan dan taaruf, juga mengutip ayat-ayat Al-Qur'an yang berkaitan. Selain itu, juga mengadakan survei di FB untuk membuat bab FAQ Taaruf.
Alhamdulillah, banyak teman yang bersedia kisah pertemuannya dengan tambatan hati ditulis ulang dan dibukukan, meski tanpa imbalan. Sebenarnya proses pencariannya juga tak mudah, karena tidak semua mau kisahnya dibagikan untuk umum. Terima kasih tak terhingga untuk para narasumberku.
Qadarulllah, ada saja hal yang membuat semangat terkikis sedikit demi sedikit. Target waktu yang kubuat, begitu saja terlewat. Pun teman-teman seperjuangan yang entah ke mana rimbanya.
Satu tahun proyek itu mangkrak, akhirnya saya kembali tertatih menuntaskan apa yang sudah saya mulai. Alhamdulillah, akhirnya semua naskah selesai dan saya kirimkan ke PL untuk proses penyuntingan.
Dream Come True: Buku Solo Terbit Menjelang 7th Wedding Anniversary
Buku yang sebagian berisi kisah taaruf saya dan suami itu akhirnya terbit juga. Dari target awal terbit di awal tahun 2019, akhirnya tertunda sampai tahun 2020.
Tetap bersyukur meski ada sedikit kecewa. Kecewa karena hasil bukunya kurang sesuai dengan ekspektasi. Well, alhamdulillāh, salah satu mimpi untuk punya buku solo sudah tercapai. Semoga buku itu memberi manfaat untuk pembaca.
Akan Mencoba Lebih Baik Lagi: Sebuah Tekad untuk Melanjutkan Langkah
Beberapa teman memberikan masukan tentang buku yang saya tulis. Awalnya mereka mengira itu adalah novel, ternyata kumpulan kisah. Semoga isinya tidak mengecewakan para pembaca.
Sedangkan masukan lainnya berkaitan dengan teknis/fisik bukunya, misalnya ada bagian yang terlihat blur sehingga terkesan seperti hasil fotocopy, masih ada salah tik, sampul buku yang kurang kuat sehingga terbuka saat buku diletakkan, dll.
Judulnya juga kurang eye catching dan terlalu panjang. Sebenarnya, saat mau mengajukan ISBN, saya belum sreg dengan judul "Perjalanan Cinta Dua Hati dalam Rida Ilahi" itu. Kurangnya informasi mengenai pengajuan ISBN, saya berpikir, ah nanti judulnya bisa diganti, yang penting ISBN sudah diurus dulu. Rupanya, judul tidak bisa diubah. Tentu saja, masa iya yang didaftarkan adalah judul A tapi ketika terbit tertulis judul B? Wagu, kalau kata orang Jawa.
Bagaimanapun hasilnya, ini adalah hasil kerja keras saya, dengan bantuan suami, coach, penerbit, dan banyak pihak yang mendukung.
Meski di luar sana ada yang mencibir bahwa buku ini "hanya" diterbitkan indie, biarlah anjing menggonggong kafilah berlalu. Alhamdulillah, bisa tercetak sesuai harapan saat masa pra pesan.
Belum sempurnanya buku Kisah Taaruf PCDHRI menjadi pelajaran berharga untuk memulai karya selanjutnya.
Ssst! Di buku itu ada contoh proposal taaruf, loh!
Semoga bermanfaat,
Salam,
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam