Bali Semarang dengan Bus Gunung Harta
Mudik ke Semarang naik bus selalu menjadi momok bagi saya, tapi akhirnya melewati juga pengalaman pertama naik bus Gunung Harta Denpasar- Semarang PP.
Suami saya pernah mencoba naik bus pulang ke Semarang sendirian, dan waktu itu capeknya luar biasa. Tak terbayang membawa 1 bayi, 1 balita, dan 1 anak usia SD dalam perjalanan kurang lebih 17 jam tersebut.
Namun, karena pandemi dan tiket pesawat yang naiknya luar biasa, saya pun akhirnya mengiyakan ketika tiba-tiba suami menawarkan untuk mudik (dadakan). Itu pun setelah melalui perenungan sekitar 2 hari. Saya memikirkan bagaimana nanti di kampung ketika ditinggal dengan 3 anak, bagaimana Idulfitri tanpa suami, bagaimana suami melalui hari-hari di rantau sendirian termasuk saat Idulfitri, dll.
Satu hal yang menguatkan saya untuk mudik dadakan itu adalah, kami sudah sekian tahun tidak bisa merayakan lebaran di kampung halaman. Lalu ada bayi, anak ketiga kami, yang mana kakek dan neneknya dari Wonosobo belum pernah berjumpa.
Setelah suami mendapatkan izin cuti, ia segera booking tiket bus Gunung Harta Denpasar - Semarang. Kami mendapat tiket harga normal, 350 ribu/orang, karena belum kena tambahan tuslah lebaran 2022. Skenarionya, kami pesan 4 kursi, dan bayi saya gendong bergantian dengan ayahnya. Saya duduk dengan Kakak H dan menggendong bayi, Ayah duduk dengan Kakak S. Barang-barang yang diperlukan saat perjalanan disimpan di bagasi atas bus dan di bawah kaki.
Perjalanan Naik Bus saat Puasa
Saat itu masih puasa baru melewati 10 hari pertama. Saya hanya izin via WA ke wali kelas, Si Kakak tidak sekolah karena mudik duluan. Kebetulan hari itu si Kakak jadwal masuk, sehingga dia tetap masuk sekolah.
Malamnya, saya packing seringkas mungkin. Yang biasanya pakai koper ukuran besar, koper ukuran sedang, dan segala macam printilan, kali ini mencukupkan dengan koper ukuran sedang, travel bag, dan ransel-ransel yang dibawa masuk ke dalam bus.
Dari rumah, kami hanya membawa bekal untuk anak-anak, karena kami puasa. Harga tiket pun sudah termasuk makan malam dan 2x snack. Jadi kami sengaja tidak membawa bekal makanan berat daripada repot di dalam kendaraan.
Perjalanan dari rumah menuju pool Gunung Harta Denpasar cukup hectic. Karena tiba-tiba si Kakak mengeluh pusing. Kemungkinan karena malamnya dia ikut begadang, menemani dan niatnya membantu saya packing. Kondektur menelpon menanyakan posisi kami di mana, saat itu taksi online pesanan baru datang. Jika sampai pool bus sudah berangkat, artinya kami harus menyusul sampai terminal Mengwi.
Untunglah ketika kami di sana, bus baru bersiap jalan. Saat masuk dan duduk, rasanya plong karena kursi bus ergonomis dan sangat nyaman. Yeah, meskipun senyaman-nyamannya kursi bus, jika perjalanan jauh sampai 17 jam ke atas pastinya capek juga.
Alhamdulillah... Begitu duduk dan mencoba sandaran punggung dan sandaran kaki, langsung optimis perjalanan akan lebih nyaman, tak seheboh yang kupikirkan. Maklum, mikirnya akan naik bus semacam bus pariwisata dan harus handle bayi dan anak. Rupanya kursi nyaman, jarak tiap kursi pun cukup lebar sehingga kaki bisa diluruskan.
Saat perjalanan ini, aturan perjalanan keluar dan masuk Bali harus dilengkapi dengan surat negatif test covid-19 khususnya bagi yang belum vaksin lengkap. Alhamdulillah kami sudah vaksin lengkap sehingga aman. Kondektur sempat meminta kertas bukti vaksin lengkap atau surat hasil tes antigen kepada penumpang, tapi hanya random untuk laporan di terminal.
Snack dibagikan oleh kondektur saat masih di pool Tabanan. Isinya cukup lengkap, ada roti, snack kering, kacang, kurma, dan air mineral dalam kemasan botol kecil. Berhubung puasa, kami menyimpannya untuk berbuka.
Menyeberang Selat Bali Menjelang Senja
Sekitar pukul 17 WITA, kami masuk ke dalam kapal dan tak lama setelahnya kapal pun melaju. Anak-anak antusias meskipun badan mereka kurang sehat. Ini pengalaman pertama mereka naik kapal menyeberangi laut.
Di dalam kapal terasa sangat panas, kami pun mencari tempat yang nyaman untuk duduk bersama anak-anak. Beruntung ada area lesehan sehingga kami bisa duduk dan rebahan di sana. Anak-anak memesan mie seduh dan air mineral. Cukuplah untuk mengalihkan perhatian mereka dari gelombang yang terasa di atas kapal.
Perjalanan memakan waktu kurang lebih 1 jam, dan akhirnya kami sampai juga di ujung Pulau Jawa sekira pukul 17 WIB. Harapan begitu sampai pelabuhan ketapang sudah waktunya berbuka, pupus sudah karena harus menunggu kurang lebih 1 jam lagi. Ahahahah.
Perjalanan lancar dan kami makan malam sekira pukul 8 malam di Situbondo. Setelah makan malam, bus tidak lagi berhenti di terminal kecuali untuk menurunkan penumpang sesuai tujuannya masing-masing.
Pukul 3 pagi kami sampai di Solo, berhenti di warung makan padang untuk makan sahur. Kami pun turun untuk makan dan keperluan ke toilet, dll. Sesuai perkiraan, setelah adzan subuh kami hampir tiba di terminal Banyumanik Semarang. Alhamdulillah, sampai rumah Tlogosari pukul 7.30 WIB.
Fasilitas Executive Bus Gunung Harta Denpasar - Semarang
1. Kursi nyaman dan ergonomis, jarak antar kursi lebar, seat 2-2
2. dispenser air di dalam bus
3. snack (2 kali) dan makan malam
4. toilet (hanya untuk BAK)
5. Include biaya kapal
Semarang – Denpasar Jalur Darat dengan Bus Gunung Harta
Setelah habis waktu mudik, mau tak mau harus kembali ke kenyataan di kehidupan perantau. Untuk kembali ke Bali, kami putuskan untuk kembali menggunakan bus. Sebelumnya, terpikir untuk melakukan perjalanan seperti mudik dua tahun yang lalu, menumpang kereta api Semarang – Surabaya lalu menggunakan pesawat dari Surabaya menuju Denpasar.
Namun harga tiket pesawat yang masih terlalu tinggi untuk kantong kami, juga jadwal kereta dan pesawat yang tidak cocok, akhirnya kami putuskan untuk menggunakan bus. harga tiket bus pun masih terkena tuslah, 480 ribu/orang.
Suami saya memesan tiket online langsung di web Gunung Harta. Di hari H, kami langsung menuju terminal Banyumanik dan konfirmasi ke agen Gunung Harta yang ada di terminal. Saat itu kami sengaja datang lebih awal agar tidak terlambat seperti saat ke Semarang. Sayang, bus terlambat lebih dari 1 jam, padahal kami sudah di tempat sejak pukul 10 kurang.
Senang akhirnya ketika bus datang kurang lebih pukul 12.30. waktu itu kami tidak membawa bekal makan berat karena repot dengan barang bawaan dan berharap akan ada penjual asongan di titik-titik pemberhentian. Benar saja, ternyata perjalanan menuju Denpasar menjadi lebih lama salah satunya karena sering berhenti di terminal dan di agen. Setiap berhenti di terminal, banyak penjual asongan yang menjajakan dagangannya, sesekali pengamen pun ikut masuk.
Bagi yang tidak suka dengan keramaian, kondisi ini memang tidak mengenakkan. Namun hikmahnya kita bisa membeli makanan dari mereka jika tidak membawa bekal.
Kami makan malam di Probolinggo, lalu melanjutkan perjalanan dan (seingat saya) tidak berhenti-berhenti lagi di terminal. Sayangnya, saat akan menyeberang, antrean cukup panjang sehingga tidak bisa langsung naik ke kapal. Alhamdulillah perjalanan selanjutnya lancar meskipun akhirnya sampai di rumah menjelang pukul 11 siang,
Tips Naik Bus Jarak Jauh dan Menyeberang Selat
1. Pelajari rute bus dan di mana saja bus akan berhenti. Ini bisa berpengaruh pada seberapa banyak bekal yang akan dibawa dari rumah atau bisa didapatkan selama perjalanan. Apalagi membawa anak-anak, tentunya harus membawa bekal lebih karena cenderung tidak bisa menahan keinginan/menahan lapar
2. Jika ada kegiatan sesuai dengan jadwal kedatangan bus di kota tujuan, sebaiknya tidak terlalu mepet karena bisa saja terjadi kemacetan di jalan atau leterlambatan jadwal penyeberangan. Seperti kami, saat berangkat kurang lebih 17 jam sudah sampai ke Semarang. Namun saat balik mudik, terkendala di pelabuhan karena panjangnya antrean, waktu tempuh pun menjadi kurang lebih 21 jam.
3. Membawa air mineral saat akan menaiki kapal. Sewaktu-waktu ingin buang air di kapal bia digunakan karena air di atas kapal terkadang air keruh atau bahkan tidak ada air sama sekali.
4. Bawalah makanan ringan saat naik kapal, antisipasi anak-anak bosan dan tidak ada penjual di atas kapal
5. Membawa baju ganti dan toiletries, antisipasi ada anggota keluarga yang mabuk laut
Itulah pengalaman pertama saya mudik jalur darat dengan bus Gunung Harta Denpasar – Semarang PP. Tentunya, penuh rasa “nano-nano”, banyak cerita seru, ada sedih, haru, dan banyak hal lain yang menjadi pelajaran selama perjalanan. Yang kami syukuri, anak-anak kooperatif dan menikmati perjalanan. Sesekali mereka bertanya kapan sampai, kenapa lama sekali tapi selebihnya mereka merasa nyaman di dalam bus dan sangat antusias saat menaiki kapal.
Semoga bermanfaat,
Salam,
Posting Komentar
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam