Ke Bali Naik Kereta Blambangan Ekspres Semarang - Ketapang
Ke Bali dalam rangka balik mudik lebaran tahun ini kami mencoba opsi naik kereta Blambangan Ekspres dari Semarang menuju Ketapang.
Maklum ya, personel sekarang 5 orang dan kalau naik kendaraan umum sudah bayar penuh semua (kecuali KAI yang batas umurnya mulai 3 tahun). Mau naik pesawat, sungguh berat di ongkos. Mau tak mau harus mencari alternatif transportasi untuk mudik dan balik yang lebih ramah kantong alias lebih hemat. Nasib kaum mendang-mending, ya. Hihihi. Tapi nggak masalah juga, karena dengan begini, anak-anak juga akan merasakan perjuangan untuk pulang dan kembali ke rantauan. Sekalian jadi pelajaran buat mereka bahwa hidup itu tak selamanya mulus.
Sebenarnya, suami saya diam-diam memesan tiket kereta api setelah memastikan bisa mudik. Namun, yang dikatakan ke saya baru informasi kalau kemungkinan bisa mudik tapi paket hemat: pulang ke Semarang naik bus, balik ke Bali naik kereta. Saya oke-oke aja, mau pakai moda apa pun, ayo aja lah. Nikmatnya bisa ketemu keluarga dan banyak orang saat momen idul fitri jauh lebih berharga.
Kami pulang ke Semarang dengan bus Gunung Harta, sedangkan suami kembali ke Bali dengan kereta api. Ya, suami harus kembali untuk bekerja sebelum menjemput kami kembali. Memang repot, tapi keuntungannya jadi sekalian survei (semacam tim advance/pendahulu yang memastikan kondisi dan lokasi. Hahaha).
Di hari H, kami berangkat menuju stasiun Semarang Tawang Bank Jateng kurang lebih pukul 16.30, setelah melaksanakan shalat ashar. Setelah urusan tiket dan barang-barang selesai, kami langsung menuju toilet dan mushala supaya bisa shalat dulu sebelum naik kereta.
Kondisi Kelas Ekonomi Blambangan Ekspres
Kereta berangkat dari Semarang pukul 18.15 WIB. Kami di gerbong kelas ekonomi, dengan kursi tegak berhadapan yang sejajar untuk berdua (bukan kursi sendiri-sendiri). Paham lah ya, bagaimana rasanya duduk dalam perjalanan kereta malam kurang lebih selama 12 jam dengan kursi model itu. Oh ya, ternyata suami saya pesan 6 kursi (2 kursi atas nama kakek/neneknya), jadi ada space untuk kami berlima (karena si Kecil masih usia 2,5 tahun jadi belum bisa beli kursi sendiri).
Barang-barang masih cukup disimpan di bagasi atas kepala. Awalnya saya sempat merasa insekyur karena bawa anak 3 dengan barang segambreng. Namun melihat penumpang lain dengan barang bawaan yang tak jauh berbeda, membuatku tersenyum simpul, ternyata banyak temannya. Bahkan ada yang bawa karung, kemungkinan isinya hasil bumi dari kampung.
Kami juga memilih duduk di kursi paling ujung dekat toilet, supaya tidak repot, lebih dekat jika anak-anak perlu ke sana. Meskipun duduk di kursi yang berada di belakang toilet, aroma dari toilet tidak tercium. Di atas pembatas toilet tersedia penyemprot otomatis pengharum ruangan yang mengeluarkan aroma sereh secara berkala. Sebenarnya dari segi kesehatan kurang bagus ya, karena kami yang langsung menghadap penyemprot itu.
Makin lama, kondisi di gerbong makin dingin. Mungkin karena malam hari, udara di luar dingin ditambah hujan, dan aktivitas orang-orang di dalam gerbong pun hanya sedikit, kebanyakan memilih tidur. Akhirnya kami sewa 3 selimut untuk anak-anak. Sewa selimut @10ribu, kondisinya terlipat rapi dan dibungkus plastik, bau wangi juga. Kami cukup pakai jaket yang sudah sejak awal dibawa.
Toilet di kereta ini juga cukup bagus. Meskipun kelas ekonomi, sudah menggunakan toilet duduk (pernah naik kereta ekonomi lain, toiletnya jongkok), air selalu ada, tisu juga tersedia.
Kabar baiknya, mulai tanggal 18 Juni 2024, rangkaian kereta Blambangan Ekspres sudah menggunakan kursi kereta ekonomi baru, ekonomi new generation versi modifikasi (72 seat). Alhamdulillah, bakal lebih nyaman nih kalau naik kereta ini lagi.
Menyeberang Selat Bali dan Perjalanan Gilimanuk - Denpasar
Setelah perjalanan hampir 12 jam, sampai Ketapang kurang lebih pukul 6 pagi. Subhanallah, badan rasanya pegal dan ngantuk luar biasa. Niatnya mau istirahat sebentar di ruang tunggu stasiun, tapi akhirnya mencari warung di luar stasiun untuk sarapan dan bersih-bersih badan.
Keluar dari stasiun kami disambut bapak-bapak jasa becak dan atau becak motor, kami bilang mau istirahat dulu, mereka tetap ngotot untuk menemani. Akhirnya kami setuju menggunakan jasa 1 bapak, beliau pun bersedia menunggu kami dan ikut sarapan. Bapaknya baik banget, pas kami gantian mandi malah ikut jagain anak-anak. Waktu si Kecil tantrum nggak mau pakai baju, malah beliau gendong diajak jalan lihat sungai sampai tidur. MasyaAllah.
Saya pikir beliau ini jasa becak motor, ternyata becak manual, lho! Untungnya jarak stasiun ke pelabuhan tuh deket sih, cuma nyeberang jalan besar aja. Saya bertiga dengan si Kecil dan barang-barang naik becak, si Kakak dan ayahnya jalan kaki sambil bawa ransel masing-masing dan bawaan yang ringan.
Kurang lebih jam 7 kami masuk ke pelabuhan Ketapang, ketemu Pak porter di depan pelabuhan dan langsung dipandu beliau sampai naik kapal yang sudah mau berlabuh. Sambil lari-lari tentunya karena sudah injury time. Capek tapi asyik. Keuntungannya pejalan kaki kalau naik kapal ya gini, nggak perlu antre panjang, tinggal jalan aja menuju kapal yang sudah siap di dermaga.
Perjalanan kali ini dapat kapal yang tempat duduknya berderet panjang dan tidak ada tempat lesehan. Saya pun akhirnya memilih untuk duduk di kursi yang masih tersisa.
Kondisi saat naik kapal agak mendung dan gelombang cukup tinggi, sehingga waktu tempuhnya menjadi lebih lama. Saya yang biasanya ingin menikmati pemandangan laut jadi duduk saja di kursi, memanfaatkan waktu untuk tidur setelah malamnya kesulitan tidur karena berbagi dengan si Kecil.
Sampai di pelabuhan kami istirahat di mushala (dan kemarin itu pakai drama salah jalur turun padahal sudah ada penunjuk arah di mana-mana) mohon maaf... Capek, ngantuk, dan fokusnya mau ke arah kanan terus, padahal harusnya jalur keluar ke arah kiri 🙈 maaf ya, Mbak-mbak pegawai pelabuhan Ketapang 🙏🏾
Gilimanuk - Denpasar dengan Bus Sehati
Kami beristirahat di mushalla pelabuhan sampai mendekati jadwal bus PO Sehati yang akan kami tumpangi menuju Kota Denpasar. Bus Sehati ini adalah bus yang paling nyaman di antara bus lain dengan trayek Gilimanuk - Denpasar. Tak heran kalau bus selalu penuh. Sebaiknya, booking online dulu lewat WA jika ingin menggunakan Sehati.
Bus Sehati berkapasitas 30 orang. Cukup nyaman karena full AC, meskipun jarak antar kursi penumpang agak sempit. Buat yang tinggi badan melebihi rata-rata, better pilih kursi paling depan (dekat pintu depan) supaya lebih leluasa. Waktu saya naik juga dapat kursi yang kurang prima, tapi it's OK.
Perjalanan dari Semarang menuju Bali (Kota Denpasar) dengan kereta api, ferry, dan bus tentu memakan waktu yang lama dibanding naik bus. Butuh waktu sampai 24 jam. Kami keluar rumah Semarang puku 16.30 masuk rumah Denpasar pukul 17.30. Ditambah dengan segala kerepotan selama perjalanan, rasanya jauh lebih capek dibanding naik bus. Namun, anak-anak merasa lebih nyaman saat naik kereta.
Kalau bukan saat lebaran dan dengan harga tiket yang tak jauh beda antara bus dengan kereta (plus penyeberangan dan bus ke Denpasar), lebih worth naik sleeper bus Gunung Harta. Namun saat harga tiket bus naiknya sampai dua kali lipat, naik kereta menjadi pilihan tepat.
Semoga bermanfaat,
Salam,
Posting Komentar
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam