Sekolah Tinggi "Hanya" Menjadi IRT

Daftar Isi
IRT sekolah tinggi

Ketika tiba-tiba tangan terasa "gatal" untuk membuka "memory" di Facebook, muncullah curhat seputar Ibu Rumah Tangga (IRT) yang pernah saya tulis kurang lebih 5 tahun silam. Jujur saat itu saya baper sekali, karena seringnya mendapatkan komentar serupa.

Sekarang, setelah menjalani "profesi" menjadi IRT selama 11 tahun lebih, bodo amat mau dibilang apa sama orang. Hihi.

Nah, saya copy paste-kan curahan hati 5 tahun silam ke sini, ya. 

Tentang Sekolah Tinggi Lalu Menjadi IRT

"Mbak, Mbak ini sekolah tinggi sampai sarjana,  akhirnya di rumah saja. Sayang tho Mbak, ijazahnya nggak kepake"

Sebenarnya saya sudah muak dengan #momwar mulai dari urusan kerja di rumah atau berkarier di luar, melahirkan pervaginam atau secar, endebrebrebre yang nggak akan ada habisnya kalau dibahas.

Makanya kemarin waktu ada yang tiba-tiba ngomong begitu, saya menanggapinya dengan tertawa renyah. Nggak baper lagi seperti dulu. ((oia, selama tinggal di Bali, sudah dapat komen ginian beberapa kali 😂😂 selow aja lah yes! Lha wong yang pendidikannya jauh lebih tinggi dan milih berkarya di rumah juga banyak. Wes talah 😜))

"Tetanggaku di Jawa ada beberapa yang kuliah tinggi. Pas sudah menikah dan punya anak sama suaminya nggak dikasih izin kerja. Aku tanya apa nggak nyesel, nggak sayang dulu sekolah tinggi-tinggi. Katanya kalau tahu nggak bakalan kerja, nggak akan kuliah. Cukup sampai SMA aja, gitu," lanjut si Mbak cerita tentang orang lain.

"Hm... Teman saya banyak tuh yang sekolah tinggi trus sekarang nggak kerja. Yang kerja juga banyak, wajar."

"Tapi ya sayang tho Mbak, udah keluar uang banyak untuk kuliah, trus di rumah aja karena suaminya nggak ngizinin."

"Berarti mindset-nya yang harus diubah. Zaman sekarang nggak cuma cowok yang bisa sekolah tinggi. Jika memungkinkan, perempuan juga harus. Kalau bisa kerja untuk mengamalkan ilmunya itu bagus. Zaman sekarang kerja juga nggak melulu ngantor. Kalau nggak kerja, tugas utamanya itu mendidik anak-anak. Butuh banyak ilmu loh, nggak boleh main-main," jawab saya mulai pengen nyerocos.

Rasanya pengen ngomong, "Termasuk ilmu ngurus anak, nggak seenaknya ngasih makan bayi sejak umur sehari." 

Tapi sepertinya bakalan sia-sia, karena sudah beberapa kali bahas tentang ini toh anaknya sehat-sehat saja dikasih makan sejak baru brojol, seperti katanya. Yasudahlah, saya cuma merasa peduli, kasihan bayinya masih di bawah 6 bulan sudah dikasih makan nasi.

Sebenarnya setiap orang sudah paham ada posisi ideal (seperti melahirkan pervaginam, ASI untuk bayi, ibu pendidik utama anak-anak, dll), tapi bukan berarti yang dihadapkan dengan permasalahan seputar itu adalah ibu yang gagal. Setiap orang punya peran masing-masing, punya ujian dengan porsi yang berbeda.

Tapi nyatanya di masyarakat masih banyak juga yang belum open minded. Kalau nggak ngantor dibilang nggak kerja, padahal banyak loh teman saya yang gelarnya DRS alias di rumah saja tapi penghasilannya tergolong besar (ini kalau yang dimaksud Mbaknya tentang gaji, ya! Udah mulai malas mau bahas lagi).

"Ada juga Mbak, udah kuliah tinggi sampai entah gelarnya apa, ujung-ujungnya jadi petani." 

"Bagus itu, apalagi kalau jadi petani modern. Bisa jadi bisnis dan lapangan kerja. Aku malah salut dengan orang seperti itu."

(((mau ngomong apalagi Mbak?!))) Rasanya pengen teriak gitu. Wkwkwkwwkwkwk. Sebel aja sih dengan orang yang selalu mengaitkan tingkat pendidikan dengan pekerjaan. Karena sebenarnya, bukan hanya tentang profesinya apa, tapi tentang bagaimana sikapnya dalam bekerja. Sekali lagi, ATTITUDE. Kerja halal, itu juga yang paling penting.

Sekian curhat malam ini, 

Salam hormat untuk semua perempuan tangguh. Mau yang beginu atau begiti, berpelukaaan... (ala Teletubbies)

Salam, dari Emak-emak yang hobinya nodong gaji suami 💋😜

Kata Mereka Tentang IRT Berpendidikan

Sekolah tinggi kan nggak hanya untuk cari ijazah saja, tapi ada yang lebih penting , yaitu pengalaman selama di bangku sekolah dan prosesnya , hehe itu menurut saya sih, proses dan pengalamannya jauh lebih penting dari ijazahnya 😁 (Heny Ika Tinokiki)

Bener memang ijazahnya nggak kepake...kan disimpan di lemari. Tapi ilmunya kan kepake, wawasannya lebih luas untuk mendidik anak dan teman diskusi bagi suami... (Dian Septiandani)

Mendidik anak zaman sekarang perlu banget ilmu yang luass. Lha kayak anakku, TK, sering banget minta penjelasan, dari denger berita di TV. "Bun, pinjaman luar negeri itu apa", "penyalahgunaan data penumpang lion air" ki piye? ... dll.. hmm, (Ratna Prasetyo)

Duh lebih sayang kalau melalaikan rumah tangga demi karir ☺. Yah memang itu pilihan yg sulit yahhh mbaa... Tp rasanya bodoh kalo menolak pinangan pria baik lagi mumpuni yang pasti punya alasan kuat agar kita berpikir kembali keinginan untuk kerja full time, bukan berarti nggak boleh kerja.. Yhaa khaan 😘. Semangat buat kita mba 💪 (Tika Siwi Saraswati)

Saya sekolah tinggi karna ingin membangun peradaban. Event saya tidak bekerja saya tetap bisa berkarya untuk umat. Pola pikir, pengasuhan anak pengalaman tentu berbeda dong dengan yang tidak sekolah. Duhhh...Generasi yang lahir dari yang berpendidikan tentunya beda dengan yang tidak (Nur Azizah)

Kalau kuliah cari ijazah ya nggak terpakai, kalau cari ilmu ya kepakai terus... (Rini Tri Utami)

Keren donk, anaknya didik oleh sarjana, berpendidikan tinggi 😘 (Sally Fauzi)

Well, kemarin setengah pamer ke someone soalnya Saladin "takleskan" English dengan mentor bundanya sendiri😁. Kuliah 5 tahun nggak sia2 kan. (Avizena Zen)

Aku udah selesai S3.. tapi bawaannya pingin di rumah.. wkwkwk... satu satunya alasan  bertahan gaji kecik jadi dosen karena senang menemui anak anak penerus bangsa dan bercanda dan berdakwah kepada mereka... (Seli Siti Sholihat)

Sedih sama pikiran sempit begini, karena anak-anak adalah bibit masa depan bangsa, wajib mendapat guru pertama dalam hidupnya di rumah, yakni ibu yang baik pengetahuannya. Dan, sebagai perempuan ada hak kok buat berkreasi dan kreatif dengan ilmunya, meski di rumah bisa mengerjakan apa yang dia mau dan menghasilkan, misal jualan online, ngajar online, atau ngajar di rumah, atau nulis dan bekerja lepas seperti yang saya lakukan. Juga hak perempuan buat nodong gaji suami, jadi sebaik emang nggak usah ya Mbak komen-komen basi begitu wkwkkwkwkkw. Merdeka (Eni Martini)

Setelah punya anak yang kuliah aku juga sempat mikir emang sayang banget kuliah tinggi nggak kepake, hihi... tapi, aku juga ibu 2 anak perempuan, kelak akan aku bekali lifeskill dan mendapatkan penghasilan bukan sekedar kantoran karena setelah menikah prioritas keluarga itu pertama dan ketika suami bilang, "Udah di rumah aja, aku yang cari uang," sebagai istri ngikut aja. Hidup adalah pilihan. Orang cuma bisa mengamati, tapi aku juga bersyukur kakak2 perempuanku kerja karena dengan jasa merekalah aku bisa sekolah sampai selesai, ketika kedua ortuku meninggal. (Naqiyyah Syams)

Ya sabar. Masing2 punya cara pandang, pengalaman yg berbeda itu juga yg perlu dipahami. Karena di masyarakat kita msh sebagian besar bahwa sekolah/kuliah tuh untuk cari kerja. Apalagi yg berfikir kerja tuh yg digaji orang lain, gak tahu di rumah juga kerja, juga bisa menghasilkan. He hee (Nurmadi Harsa Sumarsa)

Mendidik anak, mendidik masyarakat perlu pendidikan yg cukup bahkan untuk menuju keluarga samara pun diperlukan pendidikan. (Agus Yulianto)

MasyaAllah, sengaja nyomot komentar-komentar teman di Facebook untuk saya bawa ke sini dengan sedikit sunting ejaan. Mohon maaf saya hanya izin melalui komentar juga, tidak izin satu-persatu. Semoga semuanya membaca dan memberikan izin. Saya berharap komentar teman-teman tersebut juga memberikan insight untuk pembaca IstanArina.

Berpendidikan tinggi adalah hak setiap orang. Lalu berperan menjadi apa pun di masyarakat kelak, seorang perempuan tetaplah seorang anak dari orang tuanya, seorang ibu bagi anaknya, seorang istri bagi suaminya, juga sebagai seorang individu sebagai hamba berikut kewajiban kepada Rabb-nya.

Selamat mencetak batu bata peradaban, wahai para perempuan yang berperan di mana pun. Semoga Allah senantiasa memberkahi. Aamiin.

Semoga bermanfaat,

Salam,


Posting Komentar

Link Banner Link Banner Link Banner Link Banner Link Banner Intellifluence Logo Link Banner