Seorang teman penulis berbagi cerita di laman Facebook-nya, tentang kopi gula aren yang beliau icip waktu berkunjung ke Desa Baduy. Saat itu, kopi gula aren belum populer seperti saat ini. Menurut beliau, rasa kopi gula aren kekinian pun berbeda dengan apa yang beliau cecap dulu.
Saya menyambung, urun komentar, berpendapat kalau kopi gula aren yang sekarang ini gulanya berbeda dengan gula aren murni. Istilah "Gula aren" sendiri mengalami perubahan makna. Jika dulu (khususnya dipahami oleh orang desa, gula aren adalah gula merah yang bahannya dihasilkan dari nira aren), sedangkan saat ini, banyak orang yang tahunya gula merah adalah gula aren.
Padahal gula merah pun bisa terbuat dari nira kelapa atau air tebu. Tak jarang juga ditemukan gula merah palsu yang mengandung senyawa kimia berbahaya.
Simbah Putri dan Sepotong Gula Aren
Tiap membincang gula aren, sontak saya mengingat kenangan bersama Simbah Putri. Meskipun hubungan kami kadang tidak baik-baik saja, tinggal serumah bersama sejak lahir hingga beliau berpulang tentu menyisakan banyak kenangan. Salah satunya adalah tentang gula aren.
Gula aren saat itu bagi kami terbilang barang mewah. Bagaimana tidak, penjualnya tidak setiap hari datang. Beliau (penjual yang datang ke rumah Simbah) membuat sendiri gula aren itu. Saat akan membawanya ke pasar, beliau akan lewat di jalan depan rumah, saat itu, akses jalan satu-satunya menuju pasar dan pusat kota kabupaten adalah lewat desa kami. Beliau akan mampir menawarkan gula arennya. Harganya memang cukup tinggi, hampir 2 kali lipat lebih tinggi dibanding harga gula kelapa. Makanya gula aren ini diperlakukan secara khusus oleh Simbah.
Gula merah yang dicetak dalam batok kelapa itu, akan dipotong kecil-kecil untuk sekali penggunaan. Beliau pun akan menjemurnya dengan tampah dilapisi kertas. Konon menurut beliau, supaya lebih awet dan tidak mudah berjamur. Setelah benar-benar kering, akan dimasukkan ke dalam stoples kaca atau plastik yang sudah dialasi kertas.
Gula aren ini tidak digunakan untuk bumbu masak sehari-hari, tetapi untuk teman minum teh. Beliau sangat suka menyeduh teh dengan air mendidik yang dimasak dengan kayu bakar di tungku. Teh hitam produk dari kebun teh Tambi, Wonosobo itu beliau oplos dengan teh wangi melati "Gopek" dari Slawi. Saat air panas mengucur ke dalam cangkir berisi serpihan teh tubruk, aroma teh melati akan menggoda indra penciuman. Menunggu panasnya turun supaya tidak membakar lidah, beliau menyiapkan sepotong kecil gula aren.
Bingung bagaimana cara minumnya? Pertama, beliau akan menggigit sedikit gula aren, lalu menyeruput seduhan teh tubruk pahit sambil menikmati aromanya yang khas. MasyaAllah...
Sesekali, jika Simbah Kakung atau bapak pulang dari ladang membawa singkong, pagi-pagi Simbah Putri akan mengukus/merebus singkong itu. Singkong rebus khas Simbah Putri selalu istimewa buatku. Entah gimana, rasanya selalu enak meskipun kadang hanya ditambahkan garam atau sesekali ditambah parutan kelapa. Hanya sepotong singkong kukus/rebus ditemani teh pahit dan gula aren, tapi nikmatnya luar biasa.
Simbah Putriku, berpulang 12 tahun silam, tepatnya tanggal 11 November 2012. Semoga Allah lapangan kuburnya, dan mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah. Aamiin.
Salam,
Posting Komentar
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam