Ramadhan di Pulau Dewata
"Gimana rasanya menjalani bulan ramadhan di Bali?" Pertanyaan ini kerap datang dari teman-teman terutama saat ngobrol dan mereka baru tahu jika saya tinggal di Pulau Dewata.
Sebenarnya, pertanyaan ini juga pernah ada di kepalaku menjelang kepindahan kami ke Bali. Saat itu saya overthinking, nanti puasanya gimana, bisa dapat kontrakan dekat masjid nggak ya? Biar bisa dengar adzan, dan berbagai kekhawatiran berkecamuk.
Alhamdulillah, ternyata di Denpasar nuansa Islam masih kental khususnya di kampung-kampung muslim. Banyak pendatang dari berbagai wilayah di Indonesia tinggal di Kota Denpasar. Di komplek permukiman yang saya tempati, kebanyakan warga pendatang dari Jawa Timur. Tak heran jika saat bulan puasa, suasana sekitar tak ubahnya dengan di daerah lain.
Banyak pujasera sementara yang hanya ada saat bulan ramadhan, isinya stand dari warga sekitar yang menjual aneka takjil dan makanan. Nggak perlu bingung saat kehabisan ide masak atau tidak sempat masak karena setiap hari banyak yang berjualan. Berbagai menu takjil dijajakan di pinggir jalan dan di "pujasera" dadakan, sampai bingung mau pilih apa, biasanya berakhir dengan menu itu-itu lagi.
Tradisi "Megengan" Menjelang Ramadhan
Di Jawa Tengah, ada tradisi "Ruwahan" dan di Jawa Timur dikenal dengan istilah "Munggahan". Tradisi ini adalah kegiatan menjelang bulan ramadhan, atau biasa kita kenal dengan "tarhib Ramadhan". Biasanya dilakukan dengan acara pengajian, makan bersama, dan bermaaf-maafan sebelum memasuki bulan puasa.
Tradisi yang sama di Bali ada yang menyebutnya dengan "megengan". Sayangnya, saya mencari informasi tentang asal-usul megengan dan arti katanya, ternyata tidak ada info validnya. Kita anggap sama saja dengan Ruwahan dan Munggahan, ya.
Masjid yang Penuh saat Tarawih
Salah satu ibadah istimewa di bulan ramadhan adalah shalat tarawih. Maka masyarakat pun berbondong-bondong untuk melaksanakan shalat tarawih berjamaah di masjid-masjid. Di salah satu masjid besar yang ada di komplek perumahan di sini selalu dipenuhi jamaah. Masjid ini juga ramah anak. Ibu-ibu membawa anaknya serta untuk shalat tarawih, termasuk saya jika ada kesempatan.
Umumnya, masjid-masjid yang berada di komplek perumahan selalu dipenuhi jamaah khususnya di awal ramadhan. Maka banyak juga yang harus mencari masjid yang cukup jauh dari tempat tinggalnya, misalnya ke masjid Sudirman di komplek TNI. Masjid ini biasanya dipenuhi jamaah tak hanya dari warga sekitar.
Buka Bersama di Masjid - Masjid
Selain shalat tarawih jamaah, umumnya masjid-masjid juga menyediakan makanan untuk berbuka puasa setiap hari. Program ini telah berjalan rutin dan selalu ada donatur yang menyumbangkan uang dan atau makanan untuk berbuka. Biasanya, di beberapa masjid juga ada takjil spesial yang terjadwal, misalnya dengan menu kambing guling, nasi kebuli, dll.
Tak kalah seru dengan di daerah lain, bukan?
Saling Berbagi Takjil
Salah satu hal yang menyenangkan saat bulan ramadhan adalah kebiasaan saling berbagi ke tetangga, khususnya berbagi menu takjil. Ada yang berbagi kurma, es buatan sendiri, snack, bubur kacang ijo, nasi kotak, nasi Jinggo, dll. Pahalanya insyaallah dapat, bonus gayeng sama tetangga. MasyaAllah...
Tarawih Malam 1 Ramdhan saat Nyepi
Tahun kemarin, hari raya Nyepi bersamaan dengan H-1 Ramadhan. Artinya, malam 1 ramadhan berbarengan dengan malam Nyepi. Oh ya, Nyepi dihitung dari pukul 06.00 - 06.00 WITA. Kami melaksanakan shalat tarawih saat kondisi gelap karena tidak boleh menyalakan penerangan. Untuk membantu supaya sedikit bisa melihat sekeliling, saya menyalakan senter HP lalu menaruh secara terbalik di dekat tempat shalat. Alhamdulillah, tarawih di rumah berjalan lancar, dapat bonus view milky way setelahnya. Ini salah satu yang dinanti, saat Nyepi dan langit cerah akan terlihat jelas bintang gemintang. Akibat tidak ada cahaya dari daratan, kerlap-kerlip bintang terlihat mencolok. Sayangnya saya tidak bisa mengabadikan dengan kamera HP.
Nyepi tahun ini hanya selisih 1 hari dengan hari raya IdulFitri. Jika hasil ru'yatul hilal Idulfitri jatuh pada tanggal 30 Juni, maka malamnya takbiran dengan pelan di rumah masing-masing. Tak masalah sih, anggap saja sebagai kesempatan untuk bermuhasabah saat Idulfitri. Membaca takbir dan kalimat thayyibah dengan pelan tak akan mengurangi esensi Idulfitri.
Bagaimana suasana ramadhan di daerah Temans? Ceritain yuk!
Semoga bermanfaat,
Salam,
Posting Komentar
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam